Lakon Story Profile picture
Feb 16 108 tweets 15 min read
Santet tumpes kelor.
Benar,
Santet ini tergolong santet paling mematikan.
Bagaimana tidak, santet ini tidak akan berhenti jika semua korbannya belum meninggal dunia.
Lantas, apakah semua itu bisa dihentikan ?.
Hmmm. sepertinya susah.
....
Bismillahirrohmnirrohim.
Tepatnya sekitar awal tahun 2020 yang lalu, cerita ini datang kepada lakon story.
Dan sekarang, diawal tahun 2023 akhirnya cerita ini bisa kami bagi.
Sebelum kami mulai menceritakan semua ini, rasanya tidak berlebihan
jika kami mengatakan bahwa sepertinya, Tuhan memang sengaja memasang lakon story untuk membagikan kisah ini.
Dan tentu saja, semua itu bukanlah tanpa alasan.
Karena perlu kalian tau, mungkin setelah membaca cerita ini kalian akan mengerti kenapa kami mengatakan sesuatu
hingga seperti ini.
Sepanjang kami membagikan cerita horror, baru pertama kali ini kami mengalami hal seperti ini, bukan hanya tentang setan, tetapi disini ada sebuah keajaiban.
....
Kembang Alum
( Santet Tumpes Kelor )
...
"Pak..... Bangun pak...bangun" rintihku dengan air mataku yang rasanya sudah habis terkuras.
Bagaimana tidak, malam itu tepat pukul 23.30 malam, bapakku akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya
setelah berjuang melawan penyakit aneh yang tiba-tiba datang menyerangnya.
Dan tidak hanya itu, setelah aku menyadari jika bapakku sudah tidak bernyawa lagi, tiba-tiba pandanganku teralihkan kesalah satu sudut ruangan rumahku yang malam itu,
aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, ada sosok nenek-nenek tua yang terlihat sedang berdiri menatapku dengan tatapan yang cukup mengherankan.
Sosok nenek-nenek tersebut terlihat diam berdiri disalah satu sudut rumahku dengan sesekali tersenyum pilu.
Mengetahui hal itu, aku masih sempat menatap sosok nenek-nenek tua tersebut dengan sedikit keheranan meskipun aku tidak bisa memungkiri,
jika waktu itu air mataku sudah terus keluar bercucuran.
Sesaat setelah itu, akhirnya sosok nenek-nenek tersebut terlihat berjalan pelan kearah luar rumahku melalui pintu belakang dengan tidak sekalipun menoleh kembali kearahku.
Dan tanpa memperdulikan hal itu, akupun terus memeluk bapakku dengan sesekali memanggil namanya dengan besar harapan, bahwasanya bapak kembali bisa hidup seperti sedia kala.
"Pak...bapak....ya allah..pak...jangan tinggal aku pergi..." Rintihku..
Hingga akhirnya, setelah beberapa lama aku larut dalam kesedihan, akupun memutuskan untuk berlari keluar dari rumahku agar aku bisa segera mendapatkan bantuan.
" Tolongg....tolloonggg...bapakku mati..bapakku mati..." Teriakku berulang ulang..
Mendengar teriakanku, akhirnya para tetanggakupun berbondong-bondong datang kerumahku untuk segera membantu merawat almarhum bapakku yang sepertinya, prosesi pemakamannya akan dilaksanakan keesokan harinya mengingat waktu itu keadaan memang sudah sangat larut malam.
Dan akhirnya, tidak hanya aku, para tetanggakupun sangat keheranan dengan keadaan jenazah bapakku yang ternyata, beberapa bagian tubuh jenazah bapakku waktu itu tiba-tiba sudah terlihat membusuk seperti halnya orang yang terkena penyakit kencing manis.
Padahal sebelumnya, aku masih ingat dengan sangat jelas jika aku sama sekali tidak melihat adanya luka busuk seperti itu.
Luka membusuk tersebut, terlihat merata dibagian dada, paha, pinggang dan leher.
Mengetahui semua itu, akupun hanya lemas dengan terus memeluk tubuh bapakku yang semakin lama memang mulai mengeluarkan bau yang sangat tidak sedap.
" Kasian pak Yanto ya bu, seluruh keluarganya habis secara tragis, Sekarang yang tersisa cuma Sukma dan Retno. "
Ucap salah satu tetanggaku yang terdengar berbisik-bisik membicarakanku.
"Kalau Sukma sih sepertinya aman bu, soalnya dia kan ikut suaminya tuh tinggal diluar kota. Yang kukhawatirkan sekarang si Retno, setelah ini dia tinggal dirumah ini sendirian. Kita semua juga tau kan,
setelah kematian bu Yanto dulu, banyak kejadian aneh yang terjadi dirumah ini. Kata orang-orang sih, keluarga ini terkena Santet . Mudah-mudahan, kedepannya Retno baik-baik saja ya bu, perasaanku gak enak deh..
sepertinya semuanya belum berakhir disini." Terang tetanggaku yang lainnya.
Mendengar semua itu akupun hanya diam meskipun aku tidak bisa memungkiri, jika semua yang dikatakan tetanggaku waktu itu memanglah sebuah kebenaran.
Semua keanehan dirumahku memang diawali dari kematian Ibuku yang sebelumnya meninggal secara tragis.
Waktu itu, ibuku memang terjatuh dari tangga rumah dan tersiram air mendidih yang saat itu berada ditangannya.
Tapi anehnya, di detik-detik sebelum kematian ibuku,
ayahku sempat terdengar berlari kearah tangga sambil berteriak aneh tidak karuan.
"Pergi kamu jangan ganggu istriku...! "
Dan sesaat setelah itulah, aku mendengar jeritan suara ibuku yang terdengar kesakitan karena wajahnya
yang saat itu sudah terlihat melepuh kepanasan karena air mendidih tersebut benar-benar tumpah dibagian wajahnya.
Singkat cerita, setelah kematian ibuku, dirumahku rasanya sering sekali terjadi keanehan.
Mulai dari nasi yang selalu membusuk,
Air yang tidak lagi mengalir hingga serangga dan hewan seperti kecoa, tikus dan semut didalam rumah yang terlihat mati dengan sendirinya.
Dan tidak hanya itu, banyaknya kesaksian warga tentang penampakan pocong yang terlihat berdiri didepan rumah,
seolah melengkapi pandangan warga terhadap rumahku yang waktu itu semakin lama memang sudah sudah semakin seram saja.
Dan tanpa memperdulikan semua itu, malam itu akupun tetap memeluk tubuh jenazah bapakku dengan sesekali meminta maaf jika selama ini
aku belum bisa membalas semua kebaikannya.
Singkat cerita, setelah puas aku memeluk tubuh almarhum bapakku, malam itu Perlahan tubuh bapak mulai dirawat oleh para tetanggaku.
Dimandikan, disucikan, hingga dikafani, semuanya benar-benar diselesaikan malam itu juga.
Semua itu menurutku cukup wajar dilakukan karena sepertinya, para warga ingin keesokan harinya, jenazah bapakku tinggal diberangkatkan saja.
Oleh karena itu, malam itu semua keperluan prosesi pemakaman jenazah bapak, benar-benar telah disiapkan dengan sangat baik dan tidak ada satupun yang terlihat dilewatkan.
Puncaknya, sekitar pukul 02.00 dinihari, jenazah bapakku akhirnya terlihat rapi dengan kain kafan
yang sudah dibalut sedemikian rupa layaknya orang yang meninggal pada umumnya.
Setelah rapi, jenazah bapakku diangkat dan diletakkan ditengah ruang tamu rumahku yang disitu, aku dan para tetanggakupun akhirnya perlahan mulai mengaji disekelilingnya.
Tapi sayangnya, masih belum lama aku dan tetanggaku mengaji, jenazah bapak yang sebelumnya terlihat diam, malam itu tiba-tiba terlihat bergerak dan duduk dengan sendirinya.
Mengetahui semua itu, tentu saja semua orang yang ada dirumahku seketika berhamburan berlari sambil berteriak ketakutan.
"Ya allah...tolong...pak Yanto urip maneh..pak Yanto urip maneh...( Ya Allah..Tolong, pak Yanto hidup lagi...pak Yanto Hidup lagi...)."
Teriak orang-orang berhamburan.
Bahkan, akupun juga masih ingat, selain tiba-tiba duduk, wajah almarhum bapakku waktu itu sebagian sudah terlihat membusuk.
Dan tidak berhenti disitu saja, beberapa saat setelah duduk, jenazah bapak terlihat menggeliat seperti orang yang sedang menahan rasa sakit yang tidak tertahankan.
Disitu, aku masih sempat melihat kain kafan dan tali yang sebelumnya mengikatnya pun sudah terurai tidak karuan.
Mengetahui semua itu, akupun ditarik oleh salah satu tetanggaku untuk keluar karena sepertinya, mereka mengganggap jika terus didalam rumahku akan sangat berbahaya.
Dan puncaknya, sekitar pukul 04.30 pagi, pak Hasan, selaku ulama didesaku akhirnya mengajakku dan para tetanggaku untuk kembali masuk kedalam rumahku karena beliau menganggap, jika bapakku sebenarnya sedang membutuhkan pertolongan.
Menurut pak Hasan, kejadian tidak masuk akal tersebut bisa terjadi tidak lain tidak bukan adalah campur tangan setan.
"Keluarga samean iki kenek santet nduk. Wes jelas. ( keluargamu ini terkena Santet nak, semuanya sudah jelas )."
Ucap pak Hasan dengan terus melangkah kembali kerumahku bersamaku dan para tetanggaku.
Dan puncaknya, sesampainya dirumahku, jenazah bapakku malam itu sebagian tubuhnya sudah benar-benar terlihat membusuk dengan kain kafan sudah berhamburan tidak karuan.
Disitu, bapakku sepertinya sudah benar-benar tidak bernyawa dengan matanya yang melirik ditambah mulutnya yang terus menganga.
Akhirnya, atas intruksi dari pak Hasan, semua tetanggakupun kembali merawat ulang jenazah bapak agar layak untuk dikebumikan.
Atas izin tuhan yang maha esa, akhirnya prosesi pemakaman bapakku waktu itu bisa dikatakan cukup lancar.
....
Cerita tentang bapakku itu, rasanya sudah menjadi cerita lokal bagi warga kampungku.
Banyak dari warga yang terdengar menceritakan kembali kejadian tersebut ketika mereka sedang duduk-duduk bersama.
Mengetahui semua itu, akupun bersikap biasa saja karena akupun tidak bisa memungkiri, jika semua itu memanglah benar adanya.
.....
Beberapa tahun kemudian..
Hari ini sudah sekitar 6 tahun setelah kematian bapakku.
Sekitar 3 tahun yang lalu, kakakku juga meninggal dunia karena kecelakaan.
Jadi bisa dikatakan, aku adalah satu-satunya orang yang tersisa dalam silsilah keluargaku.
Hal itu, tentu saja tidak menjadi masalah bagiku asal hidupku tetap dalam keadaan baik-baik saja.
Namun sayangnya, keadaan yang sebelumnya baik-baik saja, waktu itu tiba-tiba berubah menjadi terror dan ancaman dari makhluk tak kasat mata yang setelah kuingat kembali,
semua gangguan yang kualami tersebut memang ada hubungannya dengan santet yang dialami keluargaku yang sepertinya memang belum selesai.
.....
Malam itu seperti biasanya, setelah semua kegiatanku telah selesai, akupun duduk santai didepan televisi
sembari sesekali menggerakkan jariku mengotak atik ponselku tidak berhenti.
Namun sayangnya, belum lama aku duduk, tiba-tiba aku mendengar suara ketukan pintu yang menandakan, jika malam itu sepertinya ada seorang tamu.
Mendengar hal itu, akupun cukup terkejut karena sejak kematian bapakku, aku bisa dikatakan sudah sama sekali tidak pernah menerima tamu karena sepertinya, semua orang yang ada disekitarku masih trauma dengan kejadian yang dulu.
"Loh kok tumben ada tamu.." fikirku dalam hati dengan kakiku yang melangkah cepat kearah pintu ruang tamuku yang malam itu terus saja berbunyi.
Setelah pintu terbuka, waktu itu aku cukup terkejut karena pak Hasanlah yang saat itu datang
kerumahku dengan satu orang perempuan tua yang akupun tidak tau siapa dia.
"O pak Hasan, ada apa ya pak..kok tumben." Ucapku sopan.
"Saya mau bicara sebentar denganmu bisa ?." Sahut pak Hasan pelan.
"Bisa pak, silahkan-silahkan masuk..." Imbuhku dengan mempersilahkan kedua orang tersebut masuk kedalam rumahku.
Singkat cerita, setelah pak Hasan dan perempuan tua tersebut duduk, merekapun mulai menceritakan maksud kedatangannya .
"Jadi begini nak, bapak mau cerita sedikit, tapi kamu jangan kaget ya" ucap pak Hasan mengawali Orbolan.
"Maksudnya pak ?." Tanyaku bingung.
"Kenalkan, nama orang ini mbok Minah, beliau ini sesepuh desa ini.
Dulu, almarhum bapakmu sering main kerumah mbok Minah jika ada masalah atau ada keperluan" terang pak Hasan.
"Bien bapakmu gak kenek tak elengno, tapi saiki, mugo-mugo samean iso. Mumpung sek ono wektu.
(Dulu bapakmu tidak bisa saya ingatkan, dan sekarang, semoga kamu masih bisa. Mumpung masih ada Waktu)." Sahut perempuan tua tersebut yang sepertinya beliau adalah sesepuh desaku yang bernama mbok Minah.
"Ada apa sih sebenarnya" tanyaku penasaran karena saat itu ucapan kedua orang tersebut masih sangat membingungkan.
"Keluargamu iki kenek santet nduk. Santet e ganas, santet iki gak mandek lek gak mateni kabeh. (Keluargamu ini terkena santet nak, santet ini jahat,
Santet ini tidak akan berhenti kalau tidak menghabisi semua anggota keluarga)." Ucap mbok Minah dengan tatapan matanya yang terlihat sangat serius.
" Kamu ini keturunan terakhir dari keluarga pak Yanto. Kami khawatir kamu yang menjadi korban selanjutnya nak " imbuh pak Hasan.
Mendengar hal itu, akupun seketika diam karena akupun tidak bisa memungkiri, jika aku sudah tidak asing lagi dengan berita tentang adanya santet yang sejak dari dulu menyerang keluargaku.
"Setiap 1000 hari, santet ini akan membunuh targetnya, kalau hitunganku benar,
target selanjutnya adalah kamu. Kedatangan kami kesini ingin membantumu karena ketika pak Yanto masih hidup, beliau pernah berpesan kepada mbok Minah agar dia memperingatkanmu" terang pak Hasan menjelaskan.
"Aku sebenarnya sudah mendengar kalau keluargaku terkena santet.
Tapi aku tidak mengerti siapa yang mengirim dan akupun tidak tau harus berbuat apa.." jawabku polos.
" Nanti semuanya akan kami ceritakan nak. Tapi untuk sementara ini dengarkan mbok Minah bicara dulu ya.." imbuh pak Hasan.
Karena aku berfikir jika semua yang akan dikatakan mbok Minah malah semakin membuat hatiku tidak tenang, akhirnya akupun memutuskn untuk menyelanya dan akan mendatanginya jika aku sudah siap untuk mendengarnya.
"Mohon maaf ya pak, fikiranku masih kacau,
didunia ini tidak ada lagi siapapun yang kumiliki. Keluargaku sudah habis, saudaraku juga sudah tidak ada yang peduli denganku. Jadi, misalnya aku jadi korban selanjutnya aku pasrah kepada tuhan yang maha kuasa. Mudah-mudahan si pengirim santet mendapat balasannya.
Untuk saat ini, aku belum siap mendengar cerita mbok Minah yang sepertinya ceritanya malah akan membebani hidupku. Sementara ini, aku masih mau menenangkan fikiranku dulu pak, aku mau konsentrasi kerja dan mencari uang
untuk membiayai perawatan rumah ini dan hutang-hutang bapakku yang belum lunas. Mohon maaf ya pak, nanti kalau aku sudah tenang, aku akan pergi kerumah mbok Minah ini untuk mendengarkan ceritanya " ucapku sopan karena sejujurnya, waktu itu aku masih banyak beban fikiran.
Mendengar hal itu, pak Hasanpun terlihat mengerti dengan maksud perkataanku dan tidak lama setelah itu, beliau seketika berdiri dan mengajak mbok Minah untuk pergi.
"Yasudah, mohon maaf sudah menganggu ya nak, nanti kalau sudah ada waktu mainlah kerumah mbok Minah,
ada sesuatu yang harus kamu tau tentang bapakmu" ucap pak Hasan dengan mulai berjalan pergi meninggalkan rumahku ini.
Disitu, mbok Minah yang sebelumnya hanya diam, malam itu masih sempat berbicara ditengah-tengah langkahnya yang mulai meninggalkan rumahku begitu saja.
"Aku ono ndek omahmu pas bapakkmu genok. (Aku ada dirumahmu waktu bapakmu meninggal)" ucap mbok Minah sambil mulai berjalan pergi.
Dan tanpa memperdulikan semua itu, akupun kembali masuk kedalam rumahku dengan fikiranku yang sudah mulai kacau tidak karuan.
"Ya allah, banyak sekali sih beban fikiranku, ditinggal orang tua, hidup sendiri, kebutuhan banyak, nanggung hutang, belum dapat jodoh, kerjaan susah. Eh malah mau ada lagi..hmmm pak Hasan ini ada-ada aja...
Haduhhh stres aku lama-lama.." gumamku sambil berjalan terus masuk kearah kamarku.
Tapi sayangnya, belum sampai aku membuka pintu kamarku, malam itu tiba-tiba pandanganku teralihkan dengan adanya perempuan berambut panjang yang terlihat berjalan ditangga dan menuju
kearah lantai dua rumahku.
Perempuan tersebut terlihat melangkah perlahan dengan tidak sekalipun menoleh karahku.
Mengetahui semua itu, akupun seketika terkejut karena akupun tau, didalam rumahku tidak ada siapapun selain aku.
Disitu, akupun seketika berteriak dan mengejar kearah lantai dua rumahku karena aku khawatir jika ada orang yang menyusup kedalam rumahku.
"Heh siapa itu" teriakku dengan kakiku yang berjalan cepat menyusul kearah tangga yang menuju kearah lantai dua rumahku tersebut.
Namun sayangnya, sesampainya dilantai dua rumahku, aku tidak melihat adanya siapapun, bahkan setelah semua lampu kunyalakan, keadaan lantai dua rumahku benar-benar tetap sepi tidak ada tanda-tanda adanya orang yang mengunjungi.
"Loh,,,kok hilang, kemana perempuan tadi ?." Fikirku dalam hati dengan mataku yang terus kuarahkan kesana dan kemari.
Dan akhirnya, karena aku yang tak kunjung melihat adanya orang, akupun hendak kembali berjalan menuju kamar tidurku yang memang terletak dilantai satu.
Tapi anehnya, ketika aku masih berada ditangga, malam itu aku tiba-tiba melihat adanya bekas air yang terlihat tergenang dibagian anak tangga rumahku.
Dan tidak hanya itu, genangan air tersebut terlihat mengeluarkan asap menandakan jika genangan air tersebut adalah genangan air panas.
"Loh..ini kan air panas...waduh fikiranku jadi gak enak ini.." fikirku dengan seketika akupun melanjutkan langkahku kearah kamar tidurku
karena malam itu, aku tidak mau memikirkan semua itu.
"Halah mending aku tidur saja wes, aku capek" ucapku cuek.
Hingga akhirnya,. Malam itupun berlalu begitu saja...
Keesokan harinya, bukannya membaik semuanya malah semakin aneh saja.
Pagi itu, ketika aku hendak sarapan, nasi dirumahku tiba-tiba sudah basi padahal aku masih ingat jika aku memasak nasi tersebut masih kemarin sore.
Dan tidak hanya itu, didapurku pagi itu aku melihat banyak sekali kecoa yang terlihat mati ditambah adanya
bangkai tikus yang tercecer di tiap sudut lantai rumahku.
"Sudah lama aku gak lihat nasi basi dan serangga banyak yang mati. Sekarang kok seperti ini lagi. Sepertinya apa yang diucapkan pak Hasan kemarin benar deh"
ucapku dalam hati dengan aku yang mulai membersihkan bangkai-bangkai serangga yang waktu itu memang benar-benar cukup banyak.
Dan puncaknya, karena fikiranku yang memang tidak enak, setelah selesai membersihkan rumah, akupun pergi kerumah mbok Minah untuk mencari informasi
tentang semua yang terjadi kepadaku.
Tapi sayangnya, ketika aku sampai dirumah mbok Minah, bukannya mendapat Informasi, mbok Minah waktu itu tiba-tiba sakit keras.
Hal itulah yang akhirnya membuat aku gagal mendapatkan informasi karena saat itu,
mbok Minah benar-benar sudah tidak bisa diajak berkomunikasi lagi.
Dan tidak kehabisan akal, akupun memutuskan untuk berkunjung ke rumah pak Hasan dengan besar harapan jika pak Hasan juga tau tentang informasi yang dimiliki oleh mbok Minah.
Namun anehnya, ketika aku sampai dirumah pak Hasan, aku tidak menjumpai pak Hasan karena menurut anak dan Istrinya, pak Hasan tidak pulang dari kemarin.
Menurut Istri pak Hasan, Pak Hasan terakhir berpamitan pergi bersama Mbok Minah.
Mendengar semua itu, akupun hanya diam dan langsung kembali pulang dengan fikiran yang sudah sangat tidak karuan.
Ditengah-tengah perjalanan pulang, siang itu aku dikejutkan dengan tepukan tangan orang tidak dikenal yang waktu itu membisikan sesuatu yang hingga kini
tidak akan pernah bisa aku lupakan.
"Kowe mambu mayit. (Kamu bau mayat)." Ucap laki-laki asing tersebut menepukku dan pergi berjalan meninggalkanku begitu saja.
Mengetahui hal itu, akupun seketika terkejut karena aku sama sekali tidak mengenal orang tersebut yang sepertinya,
dia bukanlah warga asli desaku ini.
Puncaknya,sesampainya aku dirumah, akupun seketika beristirahat dengan mencoba tidak terlalu memikirkan semuanya.
....
Dan hingga akhirnya, malampun tiba.
Malam itu, hujan turun dengan sangat lebat, aku yang sebelumnya duduk tenang,
waktu itu disibukkan dengan listrik rumahku yang tiba-tiba mendadak padam.

Mengetahui semua itu, akupun menyalakan lilin dan segera masuk kedalam kamar tidurku karena akupun tau, meski masih jam 21.00 malam, aku ingin segera beristirahat.
Namun sayangnya, hingga pukul 23.00 malam, aku masih saja tidak bisa memejamkan mata.
Hal itu, bisa dikatakan wajar karena perlu kalian tau, suhu didalam rumahku, malam itu tiba-tiba terasa panas tidak seperti biasanya.
Dan tidak hanya itu, selain panas, malam itu aku mencium bau bangkai yang sepertinya berasal dari arah samping rumahku.
Merasakan semua itu, akupun hanya diam Tidak bisa berbuat apa-apa karena selain listrik yang masih belum menyala, malam itu baterai ponselkupun sudah habis
tidak tersisa yang akhirnya, mau tidak mau aku harus menikmati perasaan dimalam itu yang sudah semakin aneh saja.
"Malam ini kok seperti ada yang aneh ya..diluar hujan lebat, didalam rumah panasnya minta ampun, mana bau banget lagi" keluhku kesal.
Dan puncaknya, belum lama aku terus mengeluh, tiba-tiba pandanganku teralihkan tepat disalah satu sudut kamar tidurku, ada sosok putih tinggi besar yang terlihat diam berdiri.Sosok tersebut lebih tinggi dari ukuran tubuh manusia dg raut wajahnya yang terlihat sudah mengering.
Bahkan, setelah cahaya lilin tertiup angin mengarah menerangi sosok tersebut, aku akhirnya bisa melihat dengan sangat jelas jika sosok tersebut adalah sesosok pocong.
Hal itu, dikuatkan dengan balutan kain kafan yang sudah terlihat memudar ditambah dengan bau yang dikeluarkan,
benar-benar seperti bau bangkai.
Mengetahui semua itu, jantungku seolah-olah sudah berhenti berdetak.
Nafasku sesak dengan tubuh yang rasanya sudah tidak bisa lagi bergerak.
"Pppooocong..." Teriakku dengan tubuhku yang sudah bergetar dengan sangat kencang.
Hingga akhirnya, setelah beberapa saat kemudian, akupun seketika bisa berjalan dan berlari keluar dari kamarku dengan tangisan yang sudah tidak lagi bisa kutahan.
Dan tidak hanya itu, ketika aku baru saja keluar dari kamarku,
tidak jauh dari tempatku berdiri, ada sosok nenek-nenek tua yang terlihat sedang berdiri mengaduk minuman di arah dapur rumahku.
Sosok nenek-nenek tua tersebut terlihat terus menunduk dengan mulutnya yang terus mengeluarkan air liur.
Tidak berhenti disitu saja, disudut lain, aku juga melihat adanya sosok perempuan berambut panjang yang terlihat duduk dengan sesekali menggeleng-nggelengkan kepalanya dengan tatapan matanya yang diarahkan kearahku.
(Malam itu, didalam rumahku aku melihat ada perempuan tua,
perempuan paruh baya dan satu pocong besar mas..semuanya benar-benar kulihat dengan mata kepalaku sendiri. Dan bersamaan dengan itu, kepalaku terasa sakit, dadaku sesak dan didalam perutku seperti ada sesuatu yang sedang bergerak-gerak.
Bahkan sesaat setelah itu, ukuran perutku juga tiba-tiba membesar dengan sendirinya )." Ucap Narasumber jelas.

.....
Ucapan narasumber tersebut, adalah ucapan terakhir via telepon yang kami dengar.
Setelah itu, kami sama sekali tidak pernah dihubungi narasumber itu lagi yang sebelumnya, narasumber tersebut mengaku bernama Retno orang asli dari daerah Ngawi jawa timur tersebut.
Awalnya, kami masih mengira jika narasumber tersebut
masih repot dengan urusannya hingga tidak sempat melanjutkan ceritanya karena kamipun tau, sebelumnya narasumber tersebut memang menghubungi kami via telepon secara berkala atau bisa dikatakan,
saat itu narasumber menceritakan ceritanya kepada kami hanya sedikit demi sedikit.
Disitu, kamipun sebenarnya sudah sempat curiga, jika sampai ceritanya diceritakan kepada kami saat itu, narasumber sepertinya masih mengalami terror santet tersebut.
Dan belum sampai kami menanyakan kecurigaan kami,
kami memutuskan untuk mendengarkan ceritanya terlebih dahulu sampai tuntas sebelum kami menanyakan tentang kemungkinan-kemungkinan yang membuat kami masih bertanya tanya.
Tapi nyatanya, belum sampai cerita itu selesai, narasumber tersebut sdh tidak pernah lagi menghubungi kami.
Ceritanya benar-benar menggantung dengan masih meninggalkan banyak sekali misteri.
Puncaknya, cerita tentang santet itupun kami nyatakan berhenti dan tidak jadi kami tuliskan kembali.
....
Namun anehnya, sekitar akhir tahun yang lalu, kami mendapatkan sebuah informasi
yang sepertinya bisa menjawab kenapa cerita tersebut berhenti.
...
Benar sekali, waktu itu kami tiba-tiba mendapatkan sebuah informasi cerita tentang adanya terror santet yang menewaskan seluruh anggota keluarga.
Terror santet tersebut, diceritakan dengan detail oleh rekan kami yang mengaku mendapatkan informasi tersebut dari seorang supir Truk yang berasal dari jawa timur.
Mendengar hal itu, kamipun seketika terkejut bukan main karena setelah kami dengar dengan lebih teliti lagi,
cerita terror santet tersebut sangat mirip dengan terror yang pernah diceritakan oleh narasumber kami yang bernama Retno
" Sebentar, cerita ini kok mirip dengan ceritanya mbak Retno ya " tanyaku saat itu.
Mendengar ucapanku, rekan kami tersebut seketika lemas karena dengan sangat jelas, dia mengatakan jika korban terakhir didalam cerita tersebut bernama Retno.
Disitu kamipun juga seketika terkejut bukan main yang akhirnya,
kamipun kembali mencoba mendengarkan dengan jelas cerita yang diceritakan rekan kami tersebut dengan besar harapan, kami bisa mendapatkan kejelasan tentang cerita yang sebelumnya memang hilang tersebut.
Dan puncaknya, setelah mendengarkan dan menghubungkan semuanya,
sepertinya semuanya sesuai dengan apa yang sudah kami duga.
Mbak Retno meninggal ditengah-tengah menceritakan gangguan yang dialaminya kepada kami yang sepertinya, meninggalnya mbak Retno ada hubungannya dengan santet yang sedang menyerangnya.
( Siapa pengirimnya ?, kenapa santet tersebut dikirim dan bagaimana keadaanya sekarang?., kami benar-benar tidak tau Karena sejujurnya, narasumber belum menceritakan sampai hal itu, tiba-tiba narasumber sudah tidak lagi mengangkat teleponku ).
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada narasumber yang sudah mau membagikan cerita ini kepada kami.
Kami sangat yakin jika narasumber pasti ingin sekali cerita ini dibaca orang lain karena waktu itu, kami masih ingat dengan jelas jika narasumber sempat mengatakan
jika meski jaman sudah berganti, hal-hal seperti Santet masih ada hingga saat ini.
Semoga dengan dibagikannya cerita ini menjadi pelajaran agar kita bisa lebih berhati-hati lagi dalam menjalani hidup.
(Waktu, isi dan alur dalam cerita ini, kami rumah sedemikian rupa
agar memudahkan pembaca dalam memahami isi cerita. Semua Nama dan tempat, juga kami samarkan agar menjaga privasi narasumber cerita)
Terimakasih teman-teman semoga cerita ini menemani hari-hari kalian.
Sampai jumpa dicerita-cerita kami selanjutnya.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Lakon Story

Lakon Story Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @Lakonstory

Feb 8
Jangan menoleh ketika mendengar suara panggilan.

Jangan mencari sumber keramaian yg terdengar beriringan.

Jngan berhenti ditengah-tengah jalan hutan.

Jangan masuk hutan terlarang.

Dan tetap menunduklah jika dari arah hutan,klian melihat ada orang yg sdang melambaikan tangan.
Mungkin, itu hanya sebagian kecil pantangan yang wajib kita patuhi ketika kita berkunjung ke alas Purwo.
Read 13 tweets
Jan 24
DIMULAI ❗️❗️❗️❗️❗️❗️

A Thread
Full Story

@bacahorror_id #bacahorror #ulartanggalakonstory #ceritaserem #ceritahoror

BACA CERITA INI DAN DAPATKAN MERCHANDSE EXCLUSIVE DARI LAKON STORY
Tulis analisa kalian tentang apa yng sebenarnya terjadi didalam cerita ini.
Dan jangan lupa kasi hastag #ulartanggalakonstory dan tag 3 teman kalian.

Dapatkan puluhan mrchndse exclsive gratis jika analisa kalian benar.
ULAR TANGGA, Adalah cerita yang sepertinya akan membingungkan.
Butuh konsentrasi penuh agar kalian bisa mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi didalam cerita ini.
Read 121 tweets
Jan 24
Cerita ini sngat rumit, Butuh knsentrasi penuh agar bs mngrt dg apa yg trjdi didlm cerita ini.

Full story akn di Up nnti malam ya.

Tulis pendapat kalian tentang ap yg terjadi didlam cerita ini dn dptkan hdiah menarik dari kami jika ulasan klian bnar.

Tag #ulartanggalakonstory
Jangan lupa follow akun lakon story dan tag teman kalian untuk ikut baca cerita ini ya..
( tulis analisa kalian )

#ulartanggalakonstory @namateman

Follow akun lakon story...
Read 5 tweets
Jan 16
( Sebelum kalian membaca cerita ini, pastikan kalian sudah membaca cerita kampung mati agar kalian tidak gagal paham dan mengerti dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi ).

.....

............
" Genjer Genjer....neng kedokan Pating Keleler.....Genjer Genjer....neng kedokan Pating Keleler....."

...

"Buk, sepertinya mereka datang lagi...tuh denger gak suaranya, mereka nyanyi-nyanyi" ucapku dengan perasaanku yang sudah sangat ketakutan karena meski
Read 33 tweets
Jan 1
Pendaki Ke 3
Jalur Larangan

A Thread

@bacahorror_id #bacahorror
#lakonstory #ceritahoror #ceritaserem Image
Jika mengingat kembali, saya sebenarnya masih tidak percaya jika akhirnya saya bisa keluar dari gunung tersebut.

Kata selamat, waktu itu juga sudah tidak ada lagi difikiran saya.
Yang ada difikiran saya saat itu cuma berlari dan berlari agar saya bisa lepas dari makhluk halus tersebut.

Kondisi jalanan waktu itu juga sangat tidak jelas, saya hanya berputar-putar tidak ada tujuan. Jalanan yang awalnya cuma satu,
Read 80 tweets
Dec 20, 2022
sebelum membaca cerita ini pastikan kalian sudah membaca part 1.
link baca part 1 tersedia di bawah.

Sepanjang perjalanan, aku terus melamun sambil memikirkan cara bagaimana aku menyampaikan kepada pak Mansyur jika aku tidak jadi membagikan ceritanya, karena tentu saja, waktu itu aku takut membuat beliau kecewa.

Dan belum sampai aku menemukan alasan yang pas,
Read 68 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(