Henry Setiawan Profile picture
Feb 16 59 tweets 10 min read
-- GUNUNG SUMBING --

Part 3
Pendakian horror dua sahabat di Gunung Sumbing Tahun 1998

Ijin tag dan tolong bantu RT ya kakak... @bacahorror_id @IDN_Horor @ceritaht @HorrorBaca @diosetta @RestuPa71830152

#bacahorror #ceritahorror #horror #threadhorror #ceritahorrorpendaki
Semakin mencekam..!!! Teror penghuni Gunung Sumbing semakin banyak.. di part ini akan diceritakan dari sudut pandang Anton.. simak sampai selesai, jangan lupa tinggalkan komen, like, dan RT yaa..
GUNUNG SUMBING 1998
(Ketika Batas Hidup dan Mati Tinggal Seujung Jari)

Part. 3

Sontak aku menghentikan langkahku lalu memegang pundak Mas Wahid untuk menghentikan langkahnya karena sosok itu berdiri tepat menghadang di depan kami.
Makhluk itu tetap berdiri tegak tanpa bergerak sedikitpun. Meski begitu, tatapan matanya terasa sangat mengerikan. Dia menatap tajam ke arah kami. Sorot matanya seolah memiliki kekuatan untuk membuat kami lemas diterkam ketakutan.
Mas Wahid yang juga menyadari adanya gangguan juga tak mampu berbuat apapun. Dia hanya mematung di depanku.
"Mas, gimana ini" ucapku kepada Mas Wahid.

"Tunggu sebentar, kamu baca aja doa sebisamu" jawab Mas Wahid.
Ya.. kami memang tak bisa berbuat apapun. Terutama aku yang memang masih minim pengalaman di gunung, terutama tentang hal-hal mistis. Aku hanya menuruti saja perintah Mas Wahid yang mungkin lebih banyak pengalaman dibandingkan denganku.
Beberapa waktu kemudian, Mas Wahid memberikan gestur padaku untuk mengikutinya. Dia berjalan sedikit memutar menghindari lokasi makhluk yang tadi menghadang kami.
Dalam pekatnya kabut kami berjalan entah ke arah mana. Pandangan kami sangat terhalang. Bahkan cahaya senter yang kami bawa sama sekali tidak bisa membantu menunjukkan jalan.
Dengan melewati kontur tanah tak beraturan yang kadang kala harus menembus rerimbun semak, kami terus berjalan. Hingga pada akhirnya kami bertemu dengan jalan setapak yang kami yakini adalah jalur pendakian.
"Ini jalur pendakian, Hen. Tapi sepertinya posisi kita ada di atasnya pos 2" ucap Mas Wahid.

"Ayo turun aja, kita ke pos. Kasihan juga Anton ditinggal sendirian" sambungnya.
"Ayo mas aku ngikut aja" jawabku.

Kami pun berjalan turun. Dan beberapa saat kemudian benar saja kami sampai di pos 2 tempat kami istirahat sebelumnya.
Sesampainya di pos aku melihat Anton yang masih duduk di dekat perapian. Dia hanya duduk menatap ke arah api yang menyala tidak terlalu besar. Bahkan saat aku dan Mas Wahid masuk dan menyapanya dia juga tidak merespon sama sekali.
Hingga ketika aku menyentuh pundaknya, tiba-tiba dia berjingkat sambil berteriak ketakutan.

"Ton.. tenang ton.. tenang.. ini aku henry sama mas wahid" ucapku menenangkannya.
Setelah menyadari bahwa ini benar-benar aku dan Mas Wahid, akhirnya Anton menjadi sedikit tenang.

"Ada apa, Ton?" Lanjutku bertanya.
Anton pun menceritakan pengalaman horor yang dialaminya setelah aku dan Mas Wahid meninggalkannya sendirian.
Dia bercerita bahwa dia diganggu makhluk-makhluk penunggu daerah sini hingga hampir saja mengancam nyawanya. Hingga pada akhirnya dia tidak berani melihat kemanapun kecuali ke arah api sampai aku dan Mas Wahid datang.
POV Anton :

Pendakian ini memang tidak seperti biasanya. Meski aku baru beberapa kali mendaki gunung, tapi aku bisa membedakan mana suasana yang nyaman dan mana yang kurang nyaman saat berada di gunung. Terutama dalam hal mistis.
Sejak awal memulai perjalanan perasaanku sudah tidak enak. Aku merasa diikuti sesuatu yang aku tak mengerti itu apa. Aku merasa tidak melanggar pantangan apapun, aku pun yakin Henry juga sama.
Tapi aku tak tahu bagaimana dengan Mas Wahid, orang yang baru kukenal di basecamp tadi dan bergabung denganku dan Henry di pendakian ini. Semoga saja tidak ada hal buruk yang terjadi nanti.
Sepanjang perjalanan aku terus berusaha melawan perasaan mengganjal ini. Hingga pada akhirnya kami sampai di Pos 2. Dikarenakan cuaca yang kurang mendukung maka kami memutuskan malam ini beristirahat di pos 2 saja. Krn sepertinya terlalu berbahaya jika kami melanjutkan pendakian
Usai menyalakan api unggun dan makanan yang dimasak Mas Anton siap, kami pun menikmati makan malam bersama.
Hingga kami dikagetkan oleh suara keras seperti dinding bedeng yang dilempar dengan suatu benda. Perlu diketahui, bedeng ini terbuat dari kayu untuk rangkanya dan dinding serta atapnya menggunakan seng. Sehingga ketika dipukul akan menimbulkan suara yang sangat keras.
Mas Wahid dan Henry berinisiatif memeriksa keluar. Mereka khawatir akan datangnya binatang liar. Aku memang sengaja tidak ikut. Selain malas, makananku juga belum habis kunikmati. Paling mereka tidak lama, jadi sebaiknya aku tetap di sini saja, begitu batinku.
Setelah mereka berdua keluar, aku kembali bersantai menikmati makan malam sambil menghangatkan badan di depan api unggun. Hingga beberapa waktu, aku baru menyadari jika mereka sudah terlalu lama keluar belum juga kembali kesini.
"Heeen... Henryyyy.." teriakku memanggilnya.

Jika dia berada di luar bedeng, seharusnya mendengar teriakanku. Tapi tak ada jawaban sama sekali dari sana. Baik dari Henry maupun Mas Wahid.
Merasa sedikit khawatir dengan keadaan mereka, aku pun inisiatif memeriksa keluar. Aku berjalan memutar menuju tempat Henry dan Mas Wahid tadi.
Tapi ketika sampai di lokasi, aku tak mendapati siapapun. Lantas kemana mereka? Sialan ternyata aku ditinggal sendiri, batinku.
Saat memeriksa keadaan sekitar, aku melihat sesuatu tergeletak di tanah. Bentuknya bulat seperti bola. Entah kebodohan yang datang dari mana, atau mungkin karena dorongan rasa penasaran, aku pun mendekati benda itu untuk memeriksanya.
Aku mendekatkan kepalaku pada benda itu supaya bisa melihat lebih jelas. Saat aku sedang mengamatinya dengan seksama, tiba-tiba sepasang mata terbuka dari benda itu.
Ya benar sekali, benda itu ternyata adalah kepala. Aku terperanjat hingga hampir terjerembab. Masih dalam kekagetanku, tiba-tiba kepala itu melayang mendekatiku. Kali ini telah terlihat mulut yang terbuka dengan giginya yang runcing.
Terdengar suara tawa yang cukup nyaring dan mengintimidasi. Ya.. benar.. kali ini aku sangat ketakutan. Aku berusaha menghindari makhluk itu. Tapi aku bingung hendak kemana.
Saat ini aku benar-benar sendirian. Henry dan Mas Wahid entah berada dimana. Semua tempat kurasa sudah tidak aman lagi bagiku saat ini.
Aku berusaha bergerak pelan menghindari makhluk itu. Setidaknya aku harus masuk ke dalam bedeng dulu. Siapa tahu aku aman di sana.
Ketika aku bergerak, makhluk berbentuk kepala tanpa badan yang melayang di depanku hanya diam saja tak bergerak. Tetapi tatapan matanya terus mengarah padaku. Mulutnya masih terbuka mengeluarkan lendir yang sangat menjijikkan.
Aku berusaha tidak memperdulikannya. Tapi ketika aku telah berhasil menghindari makhluk itu dan hendak menuju ke arah depan bedeng dari sisi samping, aku melihat sesosok makhluk berambut sangat panjang dengan pakaian putih menghadang jalanku. Mungkin ini yg di sebut kuntilanak.
Jarak kuntilanak itu denganku sangatlah dekat, mungkin hanya sekitar 2 meter. Dia pun tidak bergerak sama sekali. Tetapi dari telingaku aku mendengar suara tawanya yang khas. Tawa mengikik sangat menyeramkan yang terdengar seolah menggema dari kejauhan.
Panik.. itu yang kurasakan saat ini. Aku sungguh bingung harus berbuat apa. Dari depan dan belakangku sama-sama dihadang makhluk menyeramkan yang sangat tidak kuharapkan kehadirannya.
Dengan sisa-sisa keberanian yang kumiliki, aku pun berlari menjauh menuju ke arah rimbunan semak disamping bedeng. Aku berfikir untuk menghindari kedua makhluk itu dulu, lalu memutar dan kembali ke arah bedeng.
Saat aku berlari, tiba-tiba kakiku seperti tersandung sesuatu seperti akar hingga aku pun tersungkur.
Aku berusaha mengatur nafasku. Sejenak kulihat ke belakang, ternyata kedua makhluk tadi tidak mengikutiku. Aku sedikit lega. Tetapi ketika aku kembali memandang kedepan, aku pun seketika tercekat.
Tepat di depanku kini berdiri sesosok makhluk berukuran sangat besar dengan bulu panjang menutupi sekujur tubuhnya. Di kepalanya terlihat ada tanduk. Matanya merah menyala dan di mulutnya terdapat taring yang cukup panjang. Makhluk itu menatapku sambil menyeringai.
Dalam ketakutan yang telah sepenuhnya menguasaiku, aku tak lagi mampu menggerakkan tubuhku. Seluruh persendianku terasa sangat kaku. Bahkan untuk memejamkan mata pun aku tak mampu.
Aku seolah sedang dipaksa untuk terus melihat makhluk di depanku ini. Yang kuharapkan saat ini adalah pingsan, supaya aku tak lagi melihat kengerian ini. Tetapi entah bagaimana, kesadaranku masih sepenuhnya utuh.
Tak berapa lama kemudian, makhluk itu bergerak, tepatnya tangannya yang bergerak. Sekilas kulihat cakar yang sangat tajam dari balik bulu-bulu yang menutupi tangannya.
Dengan tangannya yang sangat panjang itu, dia bergerak hendak meraihku, atau mungkin tepatnya hendak menyerangku dengan cakarnya.
Aku berusaha menggerakkan badanku untuk menghindar, tetapi sia-sia, seluruh badanku masih kaku. Hingga ketika tangan makhluk itu hampir mengenaiku, tiba-tiba "claaaaap" semuanya gelap. Aku telah kehilangan kesadaranku.
Aku merasakan dingin di sekujur badanku. Bahkan aku merasakan pakaianku basah. Perlahan kubuka mataku. gelap, itu yang pertama kali kurasakan dengan pandanganku. Namun perlahan kulihat setitik cahaya berwarna jingga yang bergerak-gerak tak beraturan.
Ketika pandangan mataku telah kembali sepenuhnya, aku menyadari bahwa yang kulihat adalah api. Api dari perapian yang kami buat di dalam bedeng. Ternyata aku saat ini berada di depan bedeng.
Entah bagaimana aku bisa sampai di sini. Terakhir kuingat aku berada agak jauh dari samping bedeng dan dihadang makhluk hitam besar yang hendak menyerangku.
Perlahan kugerakkan badanku. Aku berusaha berdiri dan berjalan menuju ke dalam bedeng. Aku harus mengganti bajuku yang telah basah oleh hujan ini dengan baju yang kering. Itu yang pertama kufikirkan. Karena aku takut akan terserang hipotermia.
Saat aku sedang berjalan tertatih, aku kembali mendengar suara-suara seperti suara tangis, tertawa, orang bicara dan suara langkah. Begitu terus menerus. Meski dengan bersusah payah, akhirnya aku sampai juga di dalam bedeng. Aku segera mengganti pakaianku lalu duduk di dekat api.
Aku terus duduk di dekat api dan terus memandang ke arah api. Aku tak berani memandang ke arah lain karena aku sangat menyadari bahwa ada banyak sekali makhluk gaib di sekelilingku. Bahkan dari sudut mataku aku bisa melihat mereka.
Terkadang terlihat seperti ada pocong, lalu kuntilanak, lalu berganti sosok orang tua, berganti lagi sosok hitam besar. Begitu terus menerus. Entah sudah ada berapa jenis yang menampakkan diri.
Hingga beberapa waktu kemudian aku merasa ada tangan yang memegang pundakku. Aku terjingkat sangat ketakutan sambil berteriak.
"Ton.. tenang ton.. tenang.. ini aku henry sama mas wahid" ucapnya.

Awalnya aku masih ragu, takut bahwa itu adalah makhluk gaib yang sedang menyerupai temanku, Henry. Tetapi ketika beberapa saat kuamati, ternyata itu benar mereka berdua.
Aku sangat lega mereka telah kembali kesini. Bukan hanya lega karena mereka tak apa-apa, tapi juga lega karena aku tak lagi sendirian, jadi setidaknya kami bisa melawan rasa takut bersama-sama.

Bersambung...
Part 3 selesai yaa... Part 4 (akhir) sudah ada di karyakarsa, linknya di bawah. Di part 4 nanti akhirnya terkuak penyebab kenapa mereka mengalami teror di Gunung Sumbing.
karyakarsa.com/Henrysetiawan8…

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Henry Setiawan

Henry Setiawan Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @loopdreamer

Feb 9
-- GUNUNG SUMBING --

Part 2
Pendakian horror dua sahabat di Gunung Sumbing Tahun 1998

Ijin tag yaa...
@bacahorror_id @IDN_Horor @ceritaht @HorrorBaca @diosetta

#bacahorror #ceritahorror #horror #threadhorror #ceritahorrorpendaki
Terror dimulai dari sini. Mulai dari dinding bedeng yang dihantam potongan dahan pohon, sampai dihadang makhluk besar menyeramkan. Kira-kira apa penyebabnya?
Part sebelumnya bisa di baca di sini :
Part 1 :
Read 48 tweets
Feb 2
-- GUNUNG SUMBING --

Pendakian horror dua sahabat di Gunung Sumbing Tahun 1998

Ijin tag yaa...
@bacahorror_id @IDN_Horor @ceritaht @HorrorBaca @Penikmathorror @diosetta

#bacahorror #ceritahorror #horror #threadhorror #ceritahorrorpendaki Image
GUNUNG SUMBING 1998
(Ketika Batas Hidup dan Mati Tinggal Seujung Jari)

Part. 1

Bulan Desember tahun 1998
Saat itu usiaku belumlah genap 17 tahun dan aku masih duduk di kelas 2 SMA.
Di suatu siang saat jam istirahat kedua, salah satu temanku mendatangiku yang sedang asyik merokok di pojok belakang toilet sekolah. Ya.. salah satu kelakuan nakalku saat sekolah dulu adalah merokok, kuharap tidak ada yang menirunya.
Read 54 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(