Henry Setiawan Profile picture
Mar 30, 2023 235 tweets >60 min read Read on X
DIKSAR MENCEKAM
KELOMPOK PENCINTA ALAM
-sebuah thread horor-
(Part 1)

Ijin tag & tolong bantu RT ya kakak @bacahorror_id @IDN_Horor @ceritaht @HorrorBaca @diosetta @RestuPa71830152

#bacahorror #ceritahorror #horror #threadhorror #ceritahorrorpendaki Image
Sebuah kelompok pencinta alam tingkat sekolah SMA baru saja dibentuk. Guna melengkapi keanggotaan, mereka mengadakan kegiatan pendidikan dasar atau diksar.
Lokasi yang dipilih ternyata berada di sebuah hutan pinus di lereng salah satu gunung di jawa tengah.

Hutan pinus itu memang terkenal sangat angker dengan penghuni yang usil.

Kira-kira teror apa saja yang mereka alami?
Cerita ini hanya 2 part dan sudah tamat di @karyakarsa_id
Kalau mau maraton sampai tamat sekaligus beri dukungan bisa langsung meluncur...
karyakarsa.com/Henrysetiawan8…
Jangan lupa follow akun ini dan aktifkan lonceng supaya tidak tertinggal cerita-cerita lainnya. Terima kasih.
Part 1

Assalamualaikum Wr. Wb.

Nama tokoh dan tempatnya terpaksa harus saya samarkan menggunakan nama penulis karena narasumber belum meminta persetujuan dari mereka yang saya ceritakan di sini.

Yuk langsung aja..
Kejadian ini sudah cukup lama, yaitu tahun 2002, atau 21 tahun yang lalu, jadi mungkin ada beberapa hal yang terlupa, harap dimaklumi.

***
Suatu hari di tahun 2002, aku ditemui oleh seniorku di organisasi pencinta alam, dia memintaku terlibat di kegiatan diksar sebuah organisasi sispala yang baru dibentuknya.
Diksar ini merupakan diksar angkatan pertama, jadi organisasi ini belum memiliki anggota senior. Oleh karena itu, para instruktur dan pelaksana diksar direkrut secara terpisah oleh rekanku yang membentuk organisasi tersebut.
Singkat cerita, tibalah dihari yang telah ditentukan untuk pelaksanaan diksar tersebut. Diksar dilaksanakan selama 3 hari 2 malam di sebuah kaki gunung di Jawa Tengah, kita sebut saja namanya Gunung Wingit. Dan nama tempat kegiatan itu kita sebut saja Alas Widuri.
Awal mula aku belum paham mengenai karakteristik lokasi diksar tersebut, karena ini pertama kalinya aku kesana. Kalau gunungnya sih sudah beberapa kali kudaki, tapi melewati jalur dari sisi lain Alas Widuri itu
Tapi ada satu hal yang menarik mengenai tempat tersebut, yaitu ketika rekanku mengatakan "kamu pasti suka tempatnya, dingin dan hitam" begitu dia bilang dan cukup membuat rasa penasaranku membuncah tak terkendali.
Hari pertama diksar.
Sebelum ke lokasi, kami semua berkumpul dulu di sekolah SMA yang menjadi home base organisasi sispala tersebut. Kami melakukan upacara pembukaan yang di pimpin kepala sekolah, juga sesi-sesi lainnya untuk melengkapi persiapan
seperti pengecekan peserta, pengecekan kesehatan, pengecekan perlengkapan dll. Setelah dipastikan semua lengkap, kami pun berangkat ke lokasi menggunakan truk. Waktu saat itu menunjukkan pukul 14.00.
Jarak lokasi diksar dengan sekolah memang tidak terlalu jauh, oleh karenanya hanya dibutuhkan waktu sekitar 1 jam saja untuk perjalanan menuju ke lokasi. Sekitar pukul 15.00 kami sudah sampai di lokasi dengan selamat, tanpa kurang satu apapun.
Begitu sampai di lokasi, seketika aku tertegun. Ini pertama kalinya aku mendatangi tempat sedingin dan sekelam ini. Secara kasat mata, lokasi kegiatan ini tidak jauh berbeda dengan lokasi-lokasi wisata luar ruangan lainnya.
Penggambarannya, hamparan hutan pinus pada sebuah lembah yang cukup luas, ada sungai cukup besar di salah satu sisinya, hamparan camp area yang sangat representatif dan bersih. Terbukti pengelolaannya cukup baik.
Atau mungkin memang karena jarang didatangi. Belakangan aku baru menyadari, tempat ini memang jarang didatangi karena memang dikenal angker oleh masyarakat setempat.
Aku yang berada di posisi instruktur tamu, tidak ikut terlibat dalam hal perijinan dan hal administratif lainnya, jadi aku menganggap semua hal tersebut sudah beres, tinggal fokus pada tugas yang diberikan kepadaku nantinya.
Setelah menjalankan sholat ashar secara berjamaah, tim instruktur melakukan briefing singkat di dalam tenda panitia untuk mematangkan rencana kegiatan hari pertama hingga hari kedua besok, sedangkan peserta diberikan tugas mendirikan camp berupa bivak menggunakan jas hujan ponco.
Hasil briefing sore itu adalah kegiatan nanti malam berupa penggemblengan mental dan ideologi, atau umumnya disebut jurit malam.
Usai briefing, kegiatan diisi orientasi lapangan oleh peserta diksar yang dipandu beberapa instruktur. Mereka berkeliling lokasi kegiatan hingga radius tertentu.
Aku yang tidak ikut bertugas sore itu memilih santai rebahan di bawah sebuah pohon pinus besar sambil merokok.. sssssttt fiiiuuuuhhh... Menyedot Djarum super sambil ditemani secangkir kopi di sebuah kaki gunung yang sejuk memang tiada duanya.
Teman-teman instruktur lainnya sedang melakukan apa, aku tidak tahu dan tidak peduli karena saat ini aku sengaja menyendiri menikmati suasana hutan pinus, hutan widuri yang sejuk namun memiliki aura kelam. Ah sudahlah yang penting kopi dan rokok ini tetap nikmat.
-intermezo-

Buat yang baca di situs unroll seperti @bacautas atau @threadreaderapp mohon untuk menyempatkan mampir ke twitter untuk meninggalkan jejak berupa like, komen, RT dan jangan lupa follow yaa.. terima kasih..
Beberapa saat kemudian ketika aku sedikit sudah terlena oleh suasana, tiba-tiba aku merasakan hawa dingin yang tidak biasanya. Hawa dingin yang seolah menjalar namun menakutkan. Aku pun sedikit beranjak dari posisi rebahan dan duduk mengamati suasana sekitar.
Tak lama aku dikagetkan dengan munculnya semacam kabut tipis namun bergerak cepat melewati tubuhku menuju ke atas bukit di belakangku.
Tak lama kemudian, aku mendengar teriakan atau tepatnya jeritan dari atas sana. Suara perempuan yang kudengar, tapi aku tidak tahu siapa yang menjerit. Seketika aku berdiri dan mencari sumber suara tersebut.
Tak lama, muncul beberapa teman instruktur dari bawah sana berlari ke atas menuju tempatku berdiri.

"Hen, kamu denger juga ada yang teriak tadi?" Kata Rama, salah satu instruktur juga.

"Iya aku denger. Siapa?" Jawabku.
"Aku ga tau. Yang jelas arahnya dari atas sana. Dan peserta sedang kegiatan di sana" katanya lagi.

"Mendingan kita cek aja dulu" jawabku.

"Yuk" katanya.

Dan kami pun berlari menuju tempat yang kami maksud.
Setelah beberapa saat berlari, akhirnya kami sampai di tempat peserta kegiatan. Mereka sedang duduk berkumpul mengerumuni sesuatu.

"Ada apa, Ris?" Tanyaku kepada Aris, salah satu instruktur juga yang mendampingi peserta kegiatan sore itu.
"Dita tiba-tiba pingsan" jawabnya.

"Aku baru mau nyuruh salah satu peserta cowok nyusul kalian ke bawah, tapi kalian udah sampai sini duluan. Yaudah deh bantu kita" sambungnya.

"Aku tadi denger ada yang teriak makanya aku inisiatif lari ke atas" jawab Rama.
"Apa kamu bilang? Kamu denger ada yang teriak? Kan jarak camp lumayan jauh dari sini. Aku rasa ga mungkin di bawah sana bisa denger meskipun ada yang teriak sekenceng apapun dari sini" kata Aris keheranan.
Mendengar ucapan Aris, aku, Rama dan Ardi pun tertegun. Kami baru menyadari kalau tadi kami memang berlari cukup jauh untuk sampai di lokasi ini.
Dan secara logika memang benar apa yang dikatakan Aris, rasanya tidak mungkin kami bisa mendengar teriakan sekeras apapun dari sini hingga ke lokasi camp.
"Udah-udah, kita pikirin nanti aja. Sekarang kita bawa Dita ke bawah dulu. Bentar lagi malam, ga lucu kalo kita masih di sini malam-malam dalam kondisi seperti ini" ucapku menengahi.
Kami berempat pun membawa Dita ke area camp. Sedangkan peserta lainnya dipimpin oleh ketua regu mereka kembali ke camp juga.
Anehnya, meskipun kami berempat mengangkat Dita yang badannya kecil merasa kesulitan karena kami merasa badan Dita semakin lama semakin bertambah berat.
Hingga di tengah perjalanan akhirnya kami berempat memutuskan istirahat sebentar karena sudah tidak kuat lagi mengangkat badan Dita.
Aku memberi instruksi kepada salah satu peserta untuk meninggalkan kami dan segera menuju ke camp sekaligus melaporkan kejadian ini dan meminta bantuan tambahan personel untuk membantu membawa Dita kembali ke camp.
Sepuluh menit kemudian, kami kembali mencoba mengangkat badan Dita. Keanehan kembali terjadi, kali ini kami berempat sama sekali tidak mampu mengangkat badan Dita yang semakin bertambah berat berkali-kali lipat.
Sekuat apapun kami berusaha mengerahkan seluruh tenaga, tapi badan Dita sama sekali tak bergeming seolah menempel pada tanah. Menyadari keadaan semakin aneh, kami hanya bisa saling berpandangan.
Entah ide darimana, secara spontan aku berinisiatif membaca ayat kursi. Ketiga rekanku pun spontan mengikutinya.
Beberapa kali aku mengulang membaca ayat kursi, tiba-tiba mata Dita terbuka dan memandang kami berempat secara bergantian dengan tatapan tajam penuh kebencian.
Tak lama Dita pun meronta seolah hendak menyerang kami. Kami pun bereaksi menahan badannya. Entah mendapatkan kekuatan darimana, tenaga Dita menjadi sangat besar, kami pun merasa kuwalahan menahannya.
Tapi tak lama, kami pun akhirnya sanggup menguasainya meskipun dengan sangat bersusah payah. Empat orang pria dewasa melawan seorang cewek pelajar tapi kami hampir saja kalah. Kami berempat masing2 menahan kedua tangan dan kedua kakinya.
Meskipun dia masih mencoba melawan, tapi kami masih tetap bisa menguasainya. Tak ada hal lain yang bisa kami lakukan selain tetap menahan badan Dita sambil menunggu bantuan personel datang.
Akhirnya yang kami tunggu-tunggu pun tiba. Empat orang lagi datang. Salah satunya adalah seniorku yang mengajak terlibat di kegiatan ini, yang mana dia adalah penduduk asli lereng salah satu gunung di Jawa Tengah yang memiliki sedikit kelebihan dalam hal gaib. Dia bernama Sandi.
"Tetep ditahan dulu, jangan dilepas dulu" ucap Sandi sambil berlari menghampiri kami.
Kami tak menjawab, hanya tetap berkonsentrasi menahan tubuh Dita yang semakin lama kami rasakan semakin besar tenaganya. Ketika sampai, Sandi langsung memegang kening Dita dan memejamkam mata sambil berdoa.
Entah doa apa yang dia lantunkan, tapi tak lama mata Dita pun terpejam dan badannya menjadi semakin lemas tak berdaya.

"Udah.. aman ini.. kita angkat aja dulu bawa ke tenda" ucap Sandi.
Kami pun kembali mengangkat badan Dita dan membawanya ke camp. Kali ini badan Dita menjadi ringan dan sangat mudah kami angkat.
Tak berapa lama, kami pun sampai di area camp. Dita yang masih dalam kondisi pingsan kami masukkan ke salah satu tenda yang sudah disiapkan khusus untuknya.
Ketika aku sedang duduk beristirahat, Sandi menghampiriku dan bicara padaku.

"Malam ini bakal jadi malam yang panjang, Hen. Kamu siap2 aja. Aku butuh bantuanmu nanti" ucap Sandi padaku.
Aku tidak menjawab, hanya menghembuskan nafas panjang pertanda aku tidak akan bisa menolak apapun situasi yang nantinya akan kami hadapi.
Malam pun kini telah jatuh secara sempurna, kegelapan sudah menguasai setiap senti tempat ini, dan ketegangan yang sesungguhnya baru akan dimulai.

***
Masih hari pertama. Malam kisaran pukul 20.00.
Dita yang pingsan sejak sore tadi sudah mulai membaik. Dia sudah sadar meskipun badannya terasa sangat lemah dan masih belum bisa begabung untuk kegiatan diksar ini.
Kami secara bergantian menemaninya di dalam tenda, mengajak ngobrol dan bercanda supaya pikiran dia tidak kosong. Setidaknya sampai dia lelah dan beristirahat.
Di tenda yang lain tim instruktur membahas kelanjutan kegiatan diksar ini. Pilihan yang kami hadapi adalah tetap melanjutkan kegiatan apapun resikonya, tentunya kami tetap mempersiapkan antisipasinya, atau menghentikan kegiatan dan pulang.
Setelah melalui pembahasan dan pertimbangan, akhirnya kami memutuskan tetap melanjutkan kegiatan, tetapi kegiatan jurit malam ditunda besok.
Malam ini kegiatan ringan saja dan istirahat, sisa kegiatan lainnya dipadatkan untuk besok. Sedangkan para peserta saat ini dikumpulkan mengelilingi api unggun dan diisi kegiatan keakraban oleh beberapa instruktur lainnya.
Sekitar pukul 22.00 ketika kegiatan keakraban masih berlangsung, aku yang sedang duduk santai bersama Sandi tak jauh dari lokasi kegiatan tiba-tiba kembali merasakan hawa aneh.
Hawa dingin menusuk dan gelap seolah membawa aura kelam tiba-tiba datang menyelimuti area camp kami. Sandi pun sama merasakan juga perubahan suasana ini.
"Kamu ngerasain juga kan, Hen? Itu alasannya aku butuh kamu malam ini sampe selesai kegiatan nanti" ucap Sandi.

"Tapi aku ga ngerti soal beginian, bang" ucapku
"Ga masalah. Kamu cukup ikuti instruksikiku aja nanti. Selebihnya serahkan padaku. Yang jelas malam ini kamu ga boleh tidur sampe besok matahari keluar" ucapnya lagi.
"Sial.. tapi mau gimana lagi. Kamu seniorku, bang. Aku ga bisa nolak" ucapku lagi.

"Hahahahaha.. tenang aja. Jatah rokokmu aman pokoknya" ucap Sandi dengan santainya.

"Ngadepin setan ga cukup cuma pake rokok, bang" dengusku sedikit kesal.
"Udah santai aja. Anggap aja pembelajaran buatmu. Suatu saat bakal berguna buatmu" ucap Sandi.

"............" Aku tak menjawab, hanya menghela nafas panjang yang rasanya menjadi semakin berat.
Baru saja kami hendak beranjak untuk bergabung bersama yang lainnya, tiba-tiba kembali terdengar teriakan dari salah satu peserta cewek yang ikut acara keakraban. Kami pun bergegas berlari menuju sumber suara tersebut.
Terlihat Reni, salah satu peserta diksar merintih kesakitan sambil memegang salah satu kakinya. Setelah diperiksa ternyata ada seekor lipan berukuran sedang menggigit betis sebelah kiri. Setelah diamankan, lipan tersebut dilepaskan dan dilarang dibunuh sesuai instruksi Sandi.
Lipan merupakan jenis hewan melata berbisa ringan, jika menggigit menimbulkan sensasi panas dan perih, paling parah mungkin hanya demam, tetapi tidak mematikan. Tadinya kami hendak membunuh lipan tersebut, tapi Sandi melarangnya, entah apa alasannya.
Reni kini telah diistirahatkan di dalam tenda bersama Dita yang masih lemas tapi sudah sadar sepenuhnya. Meskipun begitu, kami masih harus tetap waspada karena Dita berpotensi mendapatkan gangguan lagi, mengingat kondisinya yang lemah saat ini.
Menjelang tengah malam, acara keakraban ditutup dan seluruh peserta diistirahatkan di bivak masing-masing. Tim instruktur diberikan waktu istirahat juga, kecuali yang mendapatkan tugas berjaga secara bergantian. Aku dan Sandi tentu saja tidak tidur.
Kami hanya duduk santai di dekat api unggun sembari menikmati kopi dan rokok. Tidak ada yang bisa kulakukan kecuali menunggu instruksi atau tugas dari Sandi.
Beberapa waktu duduk tanpa aktifitas berarti membuat rasa kantuk mulai menyerangku. Beberapa kali aku menguap dan hampir terlelap. Beberapa kali pula Sandi menegurku supaya tidak tertidur.
Semakin lama aku semakin tidak mampu menahan rasa kantuk ini. Demi mengusir rasa kantuk, aku pun berinisiatif mengambil gitar yang tadi sempat digunakan untuk acara keakraban. Sandi tampak tidak keberatan, mungkin dia menyadari bahwa aku sudah hampir tidak kuat menahan kantuk.
Sebetulnya aku ini termasuk golongan kalong, alias manusia yang tahan bergadang, bahkan hingga 2 atau 3 hari tidak tidur sama sekali sudah biasa kulakukan. Apalagi jika sedang mengerjakan project yang mendekati deadline.
Tapi anehnya malam ini aku benar-benar merasa tidak kuat menahan kantuk. Mungkin karena tidak ada kegiatan berarti yang bisa memaksa otak dan fisik bekerja terus menerus, ditambah suasana hening dan sejuk Hutan Widuri ini. Atau mungkin ada faktor lain?
Sandi yang juga termasuk seorang pekerja seni mampu membangun suasana menjadi sedikit bersemangat dengan permainan gitarnya yang memainkan lagu-lagu balads, baik lokal maupun internasional.
Dia sengaja memainkan lagu-lagu yang kukenal dan bisa kunyanyikan supaya saya tidak tertidur. Tentu saja kami tetap menjaga volume suara kami supaya tidak mengganggu istirahat peserta dan teman-teman instruktur lainnya.
Baru beberapa lagu kami mainkan, tiba-tiba Sandi menghentikan petikan gitarnya dan memandang area sekitar dengan tatapan tajamnya.

"Kamu tau kenapa tadi kamu ngantuk berat, Hen?" Ucapnya tiba-tiba.
"Entah, bang. Aku juga heran, biasanya aku paling tahan bergadang. Mungkin karena suasananya enak, jadi gampang ngantuk" jawabku.
"Bukan itu. Kita dari tadi sebetulnya lagi diserang. Yang diincar sekarang adalah anak-anak yang mentalnya belum kuat. Sedangkan kita yang lebih kuat diserang dengan 'sirep' supaya kita terlena dan tertidur.
Kalo kita udah tidur, otomatis penjagaan kosong dan mereka gampang diserang" ucap Sandi menjelaskan.

"Siapa yang nyerang, bang?" Tanyaku.

"Mereka yang menguasai wilayah ini" jawab Sandi.

"Tapi kenapa? Bukannya kita kegiatan di sini udah ijin?" Tanyaku lagi.
"Udah. Tapi mereka masih tidak mau menerima. Sejak awal aku udah duga bakal ada gangguan. Tapi aku ga mau nyerah dengan membatalkan kegiatan di sini. Kita manusia. Derajat kita lebih tinggi dari mereka.
Apalagi mereka kafir. Aku ga mau nyerah gitu aja. Lagian kita udah terlanjur di sini, kalaupun kita pulang, ga ada jaminan mereka ga akan ngikutin kita. Mereka itu licik" ucap sandi lagi.
"Besok kalau kegiatan udah selesai aku jelasin kenapa mereka bandel" sambungnya.
Usai sandi mengucapkan kata-kata itu tiba-tiba hawa dingin menyeruak menusuk hingga ke tulang. Padahal tempat ini tidak terlalu tinggi.
Memang lokasinya berada di lereng gunung, tetapi puncak gunung ini pun tidak sampai pada 1700 mdpl tingginya. Dan lokasi kegiatan ini berada di kisaran 700 mdpl tingginya.
"Mereka nekat, Hen. Kamu jaga depan tenda tempat istirahat Dita dan Reni. Aku mau keliling sekitaran bivak peserta" ucap Sandi lalu segera beranjak.
"Aku harus ngapain di depan tenda, bang?" Tanyaku konyol karena memang tidak paham harus berbuat apa.

"Doa sebisamu dan jangan tidur. Itu aja" serunya sambil berlalu.
Aku pun segera beranjak menuju tenda tempat Dita dan Reni istirahat. Sesuai instruksi Sandi, aku hanya duduk di depan tenda itu sembari berdoa sebisaku dan tentunya terus menahan rasa kantuk yang rasanya menjadi semakin berat dibanding sebelum kami bermain gitar tadi.
Ketika aku sedang berusaha terus berdoa dan menahan kantuk, tiba-tiba aku dikagetkan dengan munculnya sosok dari kegelapan samping tenda. Setelah sedikit menfokuskan pandangan, ternyata itu adalah Dita yang berjalan dari kegelapan menuju ke tenda.
Aku sempat keheranan karena sejak aku duduk di depan tenda ini aku tidak melihat Dita keluar dari tenda. Sedangkan sebelum aku kesini, depan tenda ini dijaga terus oleh dua orang instruktur yang lain.
Aku segera menghampiri Dita karena khawatir terjadi sesuatu mengingat kondisinya saat ini.

"Kamu dari mana, Dit? Kok ga bilang-bilang" ucapku padanya.
Dita tidak menjawab, hanya melemparkan senyum padaku. Senyum yang cukup aneh dan aku merasa seperti tidak sedang berbicara dengannya.
"Yaudah kamu masuk tenda lagi aja. Jangan kemana-mana, karena kamu belum bener-bener pulih" ucapku lagi sembari memandunya kembali ke tenda.
Lagi-lagi Dita tidak menjawab dan segera masuk kembali ke dalam tenda. Dan sebelum aku menutup rapat resleting pintu tenda, lagi-lagi dia tersenyum aneh padaku.
Hingga adzan subuh berkumandang dari perkampungan di bawah sana, kami tidak menemui kejadian aneh. Sandi yang sejak tadi sudah bergabung denganku pun segera mengajak sholat subuh dan menyerahkan kegiatan berikutnya kepada teman-teman instruktur lainnya.

***
Hari kedua diksar
Pagi menjelang siang ini aku merasakan panas matahari begitu terik hingga menembus ke dalam ruangan tenda yang kutempati untuk tidur dan memaksaku bangun dan sadar sepenuhnya.
Sejak pagi tadi aku memang tidur untuk memulihkan kondisi fisik yang sudah lumayan lelah akibat bergadang semalam.

Tempat pertama yang kutuju ketika aku keluar tenda adalah tenda tempat Dita dan Reni istirahat semalam. Tenda itu tertutup rapat tapi terlihat aktifitas di dalamnya
Terdengar suara cewek dan cowok sedang ngobrol sembari bercanda di sana. Aku pun berinisiatif bergabung sekaligus melihat kondisi 2 orang pasien ini.
"Wuih.. ini dia Bang Henry yang semalam suntuk tanpa lelah sedikitpun menjaga kalian dari depan tenda seperti security komplek" seloroh Aris ketika aku memasuki tenda mereka diikuti tawa renyah yang lainnya.
"Sialan lu.. kalo bukan bang Sandi yang nyuruh ditambah yang aku jaga 2 cewek kece mah ogah, Ris. Apalagi kalo pasiennya kamu, mending aku gelindingin ke jurang depan sana sekalian" ucapku dan tawa renyah kembali pecah.
Suasana di dalam tenda ini memang sudah sedikit berbeda dari hari pertama kemarin. Sekarang jadi lebih hangat dan ceria. Ada 3 orang cewek dan 2 orang cowok di sini. Dita, Reni, salah satu instruktur cewek, Aris dan aku.
Ketika aku melihat satu persatu wajah mereka, terlihat jelas ekspresi ceria mereka yang tertawa renyah ketika Aris atau aku berseloroh, kecuali wajah Dita yang sejak tadi hanya tersenyum saja. Mungkin dia belum sepenuhnya fit, begitu pikirku.
"Bang Sandi kemana ya?" Tanyaku pada mereka.

"Ikut kegiatan peserta. Kayaknya lagi penjelajahan sambil latihan navdar dan survival" jawab Aris

"Aku mau nyusul mereka ah. Penasaran kegiatannya seperti apa" sambung Aris lalu segera beranjak meninggalkan kami berempat.

Bersambung
Part 1 selesai yaa..
Part 2 (tamat) sudah tersedia di karyakarsa. Buat yang mau maraton sekaligus beri dukungan bisa langsung meluncur.

Jangan lupa juga follow akun ini yaa.. terima kasih

karyakarsa.com/Henrysetiawan8…
DIKSAR MENCEKAM
KELOMPOK PENCINTA ALAM
-sebuah thread horror-
(Part 2)

Ijin tag & tolong bantu RT ya kakak @bacahorror @IDN_Horor @ceritaht @HorrorBaca @autojerit @diosetta @rabumisteri @RestuPa71830152 @mwv_mystic

#bacahorror #ceritahorror #horror #threadhorror #IDNH Image
Part 2 ini sekaligus part akhir. Di part ini akan terkuak penyebab teror di acara diksar ini. Kira-kira apa penyebabnya?
Minggu depan akan ada cerita baru yaitu cerita pendakian horor di gunung lawu.
Dua orang pendaki mengalami nasib sial harus tersesat di pendakian pertama mereka di gunung lawu. Kira-kira teror apa saja yang mereka alami?

Kalau mau baca duluan sekalian kasih dukungan bisa ke @karyakarsa_id
karyakarsa.com/Henrysetiawan8…
Jangan lupa follow akun ini yaa. Supaya tidak tertinggal update cerita terbaru.
Part 2

Ketika kami sedang ngobrol santai tiba-tiba Dita memandang ke langit-langit tenda. Karena aku tidak sengaja melihat gelagatnya, secara spontan aku ikut melihat apa yang Dita lihat.
Terlihat sesuatu menempel di bagian luar tenda. Bentuknya kecil dan panjangnya sekitar 5 cm seperti seekor ulat. Aku pun segera keluar memeriksa. Dan ternyata benar seekor ulat bulu berukuran sedang berwarna coklat kehijauan.
Dengan menggunakan ranting pohon pinus yang kutemukan di sekitar tenda, aku pun membuang ulat bulu tersebut sejauh mungkin.
Anehnya tak lama berselang ketika kami kembali ngobrol santai di dalam tenda, Dita kembali memandang ke langit-langit tenda. Aku memang sejak tadi selalu mengamati gelagat Dita karena terasa aneh menurutku.
Dita terlihat lebih banyak diam dan hanya tersenyum saja ketika kami saling melempar candaan, padahal yang lain selalu tertawa.
Ketika aku mengarahkan pandangan ke arah yang Dita lihat, aku kaget karena muncul lagi ulat bulu yang sangat mirip dengan ulat bulu yang sempat kubuang tadi.
Dan lebih anehnya, ulat bulu tersebut sekarang berada di dalam tenda menempel di langit-langit tenda. Entah darimana ulat tersebut masuk.
Ketika aku memeriksa, seluruh pintu tenda ternyata tertutup rapat tidak ada celah untuk ulat tersebut masuk. Karena aku rasa membahayakan, aku kembali membuang ulat bulu itu keluar. Ketika aku sedang di luar tenda, aku mendengar kegaduhan dari dalam tenda.
Aku segera kembali dan melihat apa yang terjadi. Ternyata Dita kembali "kumat". Matanya melotot dan tubuhnya meronta hampir tak terkendali. Reni dan teman instruktur pun kuwalahan menahan tubuh Dita.
Sekuat tenaga kami menahannya supaya tenang, tapi kami rasa tenaga kami bertiga seolah tak sebanding dengan tenaga Dita yang hanya seorang cewek ABG.
Kegaduhan ini ternyata terdengar juga oleh rekan instruktur yang lain yang saat itu sedang berada di sekitar kami. Mereka datang membantu kami.
Ketika kami rasa tenaga kami cukup untuk menahan Dita, aku meminta salah satu dari mereka untuk memanggil Sandi.
Mata dita terus melotot memandang kami secara bergantian. Ketika mataku dan mata Dita berpandangan, seketika dia kembali meronta seolah berniat menyerangku. Tatapan matanya tajam seolah penuh kebencian.
Melihat gelagat tidak biasa, aku mencoba berkomunikasi dengannya karena saat ini aku sadar yang aku hadapi sekarang bukanlah Dita, tapi jin yang merasuki tubuhnya.
Ketika aku mencoba berinteraksi menanyakan siapa dia sebenarnya, dari mana asalnya dan apa maksud serta tujuannya merasuki Dita dan mengganggu kami, dia sama sekali tidak menjawab.
Dari mulutnya hanya keluar suara gagu seperti orang bisu dan sesekali tersenyum menyeringai sangat mengerikan.
Ketika kami semua sedang disibukkan mengurus Dita yang kerasukan, tiba-tiba Reni menjerit histeris dan langsung menggelepar tepat di sebelahku. Pada akhirnya kami harus membagi personel, sebagian tetap menahan Dita, sebagian lagi menahan Reni.
Kedua cewek ini sama-sama kerasukan jin entah darimana. Kami terus berjibaku menahan mereka yang tenaganya mungkin menjadi 10x lebih kuat dari biasanya hingga Sandi datang untuk menolong mereka.
Tak lama berselang Sandi pun datang. Dia segera bertindak menolong 2 cewek ini entah bagaimana caranya. Tapi kali ini Sandi pun agak kesulitan karena ketika sudah berhasil mengeluarkan jin yang merasuki Dita dan gantian menolong Reni, tiba-tiba Dita kembali kerasukan.
Begitu terus menerus hingga hampir 2 jam akhirnya kedua cewek ini bisa sama-sama tenang.
-intermezo-
Buat yang baca di situs unroll seperti @bacautas dan @threadreaderapp mohon untuk menyempatkan mampir ke twitter untuk meninggalkan jejak like, komen dan RT serta jangan lupa follow yaa.. terima kasih
"Kita harus bawa Dita dan Reni turun. Bawa ke rumah Pak Ikhsan" ucap Sandi sambil mengatur nafas.
Pak Ikhsan merupakan salah satu tokoh agama di kampung terakhir sebelum masuk Hutan Widuri ini, sekaligus, mungkin, juru kunci hutan ini yang juga kenalan Sandi.
Beliau juga yang merekomendasikan kepada Sandi tempat kegiatan ini sekaligus memberikan jaminan jika terjadi sesuatu beliau akan menolong kami.
Sesuai instruksi Sandi, kami membawa Dita dan Reni ke rumah Pak Ikhsan untuk ditolong oleh beliau. Belakangan aku baru mendapat informasi ketika Dita dan Reni berada di rumah Pak Ikhsan mereka sering mengamuk hingga memukul-mukul tembok dan pintu kamar tempat mereka istirahat.
Entah bagaimana caranya, karena Pak Ikhsan tidak menceritakan secara detail dan kami diminta meninggalkan mereka di sana hingga kegiatan selesai, tapi ketika kami menjemput mereka seusai kegiatan, Reni dan Dita sudah membaik, sudah sadar sepenuhnya dan sudah bisa tertawa riang.
Apakah kengerian ini sudah selesai sampai di sini ketika Dita dan Reni ditolong Pak Ikhsan? Jawabannya tidak. Karena pada malam kedua nanti baru puncak kengerian hutan ini terjadi pada kami. Dan aku juga akan mengalami langsung dan hampir saja kalah menghadapi serangan "mereka".
Setelah Dita dan Reni dibawa ke rumah Pak Ikhsan, suasana lokasi kegiatan berangsur tenang. Kegiatan kembali dilanjutkan sesuai dengan jadwal yang telah disusun.
Sore ini peserta diajak kegiatan di sungai. Inti dari kegiatan ini adalah "reward and punishment". Peserta diberikan ujian berdasarkan materi yang telah mereka terima.
Jika mereka bisa menyelesaikan ujian dengan benar, maka diberikan reward berupa logistik. Tapi jika mereka salah, maka diberikan punishment berendam seluruh tubuh ke dalam air sungai.
Tidak ada hal aneh dalam kegiatan ini. Semua berjalan lancar. Setidaknya seperti itu sepanjang pengamatanku. Mungkin saja beberapa peserta mengalami sesuatu yang aneh,
tapi aku tidak menyadarinya karena hingga detik ini aku belum pernah mendapatkan cerita dari sudut pandang mereka, karena sempat beberapa kali aku menangkap penampakan seperti kabut tapi berwarna kelabu yang terkadang muncul lalu kembali menghilang di sekeliling kami.
Menjelang maghrib acara kami hentikan dan memberikan waktu kepada peserta untuk mengganti baju mereka dengan baju kering karena ternyata seluruh peserta tadi mendapatkan kesempatan untuk berendam di dalam air sungai, sekaligus memberi waktu ishoma untuk mereka.
Diksar malam kedua, malam terakhir dan malam paling mencekam sepanjang kegiatanku di alam bebas.
Kegelapan kini telah sempurna menguasai belahan bumi yang kami pijak, setidaknya begitulah rotasi alami siang dan malam. Siang bagi kami, merupakan malam bagi belahan bumi lainnya, pun sebaliknya.
Dan malam ini merupakan malam yang tidak akan pernah aku lupakan seumur hidupku. Karena pada malam ini aku mengalami sesuatu yang sedikit membuka tabir siapa aku sebenarnya dan apa yang aku miliki yang tentunya berpengaruh pada kemampuanku di masa mendatang
meskipun hal itu aku rasa sangat sedikit dan terbatas karena aku memang sengaja tidak mengasah untuk mempertajamnya.
Acara malam ini masih sesuai dengan rencana semula yaitu jurit malam. Kegiatan yang bertujuan untuk menggembleng mental serta menanamkam ideologi pencinta alam kepada para calon anggota organisasi sispala.
Pada kegiatan ini setiap peserta disuruh berjalan satu persatu pada gelapnya malam, dan sepanjang perjalanan nanti setiap peserta harus melapor di setiap pos untuk menerima materi atau tugas.
Ada 5 pos termasuk pemberangkatan dan pos akhir yaitu penerimaan peseta. Setiap peserta diberikan jeda 10 menit ketika diberangkatkan dari setiap pos.
Tepat jam 12 malam acara dimulai. Semua instruktur diberikan tugas berjaga di setiap pos. Aku mendapatkan tugas di pos 3 yang berisi materi kedisiplinan.
Sebelum bertugas, Sandi kembali mengingatkan supaya aku tidak tidur, apapun yang terjadi. Karena jika aku tertidur, bisa berakibat cukup fatal. Agak ngeri memang, karena aku merasa diberikan beban lebih, melebihi batas kemampuanku.
Jarak pos pertama sampai ke pos 3 tempatku bertugas lumayan jauh. Membutuhkan waktu sekitar 30 menit berjalan. Secara otomatis kami tidak melakukan apa-apa sebelum peserta pertama sampai di pos yang kujaga.
Apalagi nantinya peserta harus menerima materi dulu di pos 2, jadi sejak dimulai kegiatan, bisa memakan waktu 1 jam hingga peserta pertama sampai di pos ini.
Pertama kali sampai di lokasi pos 3, aku merasa tempat ini cukup "ramai". Sejak kecil memang aku bisa merasakan kehadiran mahluk lain disekitarku, tp aku tak pernah bisa melihatnya secara jelas. Kalaupun lihat paling hanya bayangan samar tak berbentuk seperti asap atau kabut saja
Merasa sedikit bosan dengan suasana hening namun "ramai" ini, aku meminta ijin kepada 3 orang rekanku yang lain untuk sekedar merebahkan tubuh sejenak karena aku merasakan badanku sedikit penat. Tapi aku tetap berusaha tidak tidur sepertu pesan dari Sandi sebelumnya.
Namun sekuat apapun aku menahan kantuk, ternyata aku terlena juga. Secara tidak sadar tiba-tiba aku tertidur dan rekanku yang lain tidak menyadarinya.
Ketika aku tertidur, aku sempat bermimpi. Di dalam mimpi itu aku merasa berada di dalam ruangan yang sangat besar dan megah. Ada meja panjang penuh hidangan yang menggiurkan. Terdapat banyak kursi mengelilingi meja tersebut, tetapi tak ada satupun yang mendudukinya.
Aku merasa tergoda untuk mencicipi hidangan itu. Tapi ketika tanganku hendak meraih salah satu makanan itu, tiba-tiba tanganku seperti ditepis oleh seseorang.
Aku melihat sekeliling tapi tak ada satupun orang di sini. Kembali aku mencoba mengambil makanan itu, tapi lagi-lagi tanganku ditepis seolah ada yang melarangku memakannya. Ketika aku hendak mencoba yang ketiga kalinya, tiba-tiba aku mendengar suara di telingaku.
Ketika aku hendak mencoba yang ketiga kalinya, tiba-tiba aku mendengar suara di telingaku.

"Jangan dimakan atau kau akan terjebak di sini selamanya" ucap suara itu.
Lalu tiba-tiba semuanya berubah. Aku tak lagi berada di dalam ruangan itu. Meja panjang berisi banyak makanan itu pun sudah tidak ada lagi. Sekarang aku berada di tengah hutan.
Tapi ini bukan hutan pinus Alas Widuri. Ini hutan yang sangat lebat berisi pohon-pohon yang sangat besar. Mungkin pohon-pohon ini sudah berusia ratusan tahun.
Aku berusaha berorientasi untuk mengenali tempat ini. Tapi aku benar-benar merasa asing. Ini pertama kalinya aku kesini. Tapi bagaimana bisa?
Dalam kebingunganku, tiba-tiba muncul sesosok mahluk yang sangat besar di depanku. Mahluk itu menyeringai memperlihatkan taringnya yang panjang, tajam dan besar. Matanya merah menyala. Cakarnya pun panjang dan sangat tajam siap untuk mencabik-cabik tubuhku.
Ketika makhluk itu hendak menyerang, tiba-tiba muncul cahaya putih dari belakangku menerjang mahluk itu hingga terpental, lalu seketika mahluk itu lenyap. Cahaya putih itu kembali padaku.
Ketika sampai dihadapanku, tiba tiba cahaya itu berubah bentuk menjadi sesosok manusia berpakaian mirip panglima pasukan kerajaan jawa di masa lalu.
Setidaknya aku mengenalinya seperti itu berdasarkan film-film kolosal yang pernah ku tonton di televisi.
"Kembalilah, tempatmu bukan di sini. Mereka membutuhkanmu" ucapnya padaku

"Siapa kau dan bagaimana aku bisa sampai di sini?" Tanyaku padanya.
"Aku leluhurmu. Kau merupakan keturunan jauh dari kerajaan *****. Sekarang pulanglah. Tutup matamu aku akan mengantarkanmu" ucapnya.
Entah kenapa aku seolah tidak memiliki daya untuk berkata apapun, padahal di dalam kepalaku muncul banyak sekali pertanyaan. Seperti bergerak dengan sendirinya, kelopak mataku pun mengatup seperti perintah orang tadi.
Ketika aku membuka mata, Sandi sudah berada di sebelahku sedang berusaha membangunkanku. Dan seketika aku pun terperangah karena telah lalai terhadap pesan Sandi supaya tidak tidur.
"Aduh sorry bang.. aku ga sengaja ketiduran. Aku bener-bener ga sadar" ucapku.

"Udah terlanjur, Hen. Lagipula kemarin kamu juga ketiduran waktu menjaga tenda Dita dan Reni" ucapnya.
Aku kembali terkaget. Seingatku kemarin aku tidak tidur sama sekali ketika menjaga tenda mereka. Memang rasa kantuk terasa sangat berat, tapi aku ingat betul kalau aku kemarin tidak tidur.
"Masak sih bang? Seingatku, kemarin aku ga tidur waktu jaga tenda mereka" sanggahku.

"Kamu ga sadar. Sebenernya kemarin kamu sempat tertidur, tapi kamu ga sadar. Itu salah satu cara licik mereka membuat kita terlena dan tidak siaga" ucapnya.
"Makanya Dita dan Reni kena lagi. Dan liciknya lagi, mereka sengaja tidak langsung menyerang, tapi menunggu sampai siang baru mengambil alih raga mereka ketika mereka sedang kosong.
Kamu tau ga, jika mereka masuk saat siang, artinya mereka memiliki ilmu yang tinggi dan sulit dikeluarkan. Sialnya lagi, jin yang masuk ke tubuh Dita itu jin bisu. Makanya sulit diajak komunikasi" sambung Sandi menjelaskan panjang lebar.
"Duh sorry bang.. gara-gara aku ya mereka jadi begitu. Coba kalo aku lebih siaga. Tapi jujur bang, ini di luar kemampuanku. Aku bener-bener ga ngerti hal beginian" ucapku merasa bersalah sekaligus membela diri.
"Bukan salahmu, Hen. Aku ngerti. Tapi kamu tadi mimpi ketemu seseorang kan? Dia ngasih tau sesuatu?" Ucapnya.

"Hah.. kok kamu tau bang? Aku memang mimpi ketemu seseorang. Tapi aku bener-bener bingung. Entahlah bang" ucapku.
"Udah ga perlu risau. Apa yang dia bilang di mimpi lu itu bener. Anggap aja kamu ada yang jaga. Makanya dari kemarin aku bilang kalo aku butuh kamu. Suatu saat itu bakal berguna buatmu" ucapnya.
"Tapi aku ga pernah minta, ga pernah mengharapkan dan ga pernah nyari juga bang. Aku ga tau apa-apa" sergahku.

"Dia datang sendiri, Hen. Dari silsilahmu. Semoga nantinya kamu bisa gunain dengan bijak" ucap Sandi.
"Sekarang gimana bang? Apa semua baik-baik aja?" Ucapku mengalihkan.

"Sekarang kondisinya sedikit lebih parah dari kemarin. 3 anak kena. Sekarang lagi coba di atasi di camp" ucap Sandi.

"Waduh.. trus peserta yang lain?" Tanyaku lagi.
"Yang lain masih lanjut kegiatan. Ga masalah. Makanya aku keliling buat jaga-jaga" ucap Sandi.
"Ketika ada satu yang kena, aku langsung mikir pasti kamu ketiduran. Makanya aku langsung nyari kamu. Pas aku lagi jalan, aku malah nemu 2 orang lagi kena. Akhirnya bantu mereka dulu baru nyari kamu di sini" ucapnya.
Waktu menunjukkan pukul 03.30 ketika peserta terakhir diterima di pos akhir. Tidak menunggu waktu lama, seluruh peserta langsung dibawa kembali ke camp melalui jalur pintas supaya lebih cepat. Tak sampai 30 menit seluruh peserta dan instruktur telah sampai di camp.
Ketiga anak yang tadi diceritakan sandi kerasukan kini sedang ditangani di salah satu tenda. Tak terdengar adanya kegaduhan, artinya mereka sudah tenang. Aku pun lega.
Tapi hal itu tak berlangsung lama. Kabut pekat tiba-tiba datang menyelimuti area camp kami. Suasana seketika menjadi mencekam. Samar kudengar banyak suara di sekelilingku.
Terkadang suara tawa, terkadang tangis, terkadang jeritan, bisikan, orang berbicara, suara langkah kaki hingga suara-suara lain yang terdengar asing. Meski samar, tapi aku merasa tempat ini menjadi sangat ramai seperti pasar.
Perlahan namun pasti, kabut pekat itu bergerak memusar lalu menuju ke area camp peserta. Dan seperti sudah kuduga, segera terdengar suara-suara jeritan dari para peserta.
Kali ini bukan bersumber dari satu dua orang. Tapi banyak. Aku segera berlari menuju camp peserta diikuti hampir seluruh tim instruktur termasuk Sandi.
Ketika sampai di area camp, suasana benar-benar kacau. Barang-barang mereka berserakan di mana-mana. Beberapa anak bertindak aneh. Ada yang terduduk sambil memeluk lutut dan menangis,
ada yang sedang berusaha memanjat pohon seperti seekor monyet, ada yang menggeram seperti seekor harimau ada yang tertawa histeris, ada yang menggelepar-menggelepar dan berbagai ulah lainnya.
Sangat sulit digambarkan suasana saat itu. Sangat kacau sekaligus mencekam. Ini bukan lagi gangguan, tetapi serangan massal. Ini kesurupan massal.
Aku, Sandi dan tim instruktur lainnya mencoba mengumpulkan mereka yang kerasukan. Sedangkan yang tidak kerasukan menangis ketakutan.
Setelah berjibaku dengan mereka, akhirnya kami berhasil mengumpulkan jadi satu semua anak yang kerasukan. Sedangkan yang masih sadar segera kami amankan di tenda komando.
Ketika aku melihat ke atas tepat di atas anak-anak yang kerasukan, aku bisa melihat samar tampak pusaran tak beraturan di sana. Seolah sedang berebut untuk masuk ke dalam tubuh anak-anak itu.
Salah satu instruktur sudah pergi menuju rumah Pak Ikhsan untuk meminta bantuan. Sedangkan kami tidak melakukan apapun kecuali aku yang diperintahkan oleh sandi menatap mata anak-anak yang kerasukan itu satu persatu.
Aku pun mencoba melakukannya. Meski tak mudah karena mereka selalu berontak dan berusaha menyerangku ketika aku dekati, tapi pada akhirnya aku berhasil melakukannya.
Hampir adzan subuh ketika salah satu senior yang meminta bantuan Pak Ikhsan tadi kembali. Tapi dia sendirian. Pak Ikhsan tidak ikut kesini. Katanya, Pak Ikhsan cukup membantu dari rumah saja.
Yang disini sudah cukup bisa mengatasi. Tinggal tunggu saja adzan subuh nanti semua akan baik-baik saja. Begitu kata beliau.
Dan benar apa yang dikatakan oleh Pak Ikhsan, ketika adzan subuh berkumandang, diikuti oleh kami semua ikut mengumandangkan adzan, satu persatu anak yang kerasukan tadi berangsur tenang dan pulih dengan sendirinya.
Pagi menjelang, kali ini mentari terasa sangat indah. Semua anak yang semalam kerasukan kini benar-benar telah pulih dan sadar. Tidak terlihat tanda-tanda mereka akan kembali kerasukan.
Bahkan kini mereka telah bergabung di kegiatan, kecuali Dita dan Reni yang masih berada di rumah Pak Ikhsan.
Singkat cerita, akhirnya kegiatan diksar ini selesai ditandai dengan upacara pelantikan sekaligus penutupan kegiatan. Kini kami telah bersiap untuk pulang.
Di perjalanan pulang, kami sempatkan mampir di rumah Pak Ikhsan untuk menjemput Dita dan Reni sekaligus berpamitan dan mengucapkan terima kasih.
Tepatnya hanya aku dan Sandi yang masuk ke rumah Pak Ikhsan, mewakili semuanya, sedangkan yang lain tetap menunggu di dalam truk.
Ketika kami hendak berpamitan, kami sempatkan ngobrol sebentar dengan Pak Ikhsan. Aku sengaja menanyakan perihal tempat kegiatan kami tadi. Dan sesuai penjelasan Pak Ikhsan, ternyata tempat itu adalah area buangan jin dari wilayah lain.
Jadi ceritanya dulu di sisi lain gunung ini sedang dibangun tempat ibadah sekaligus tempat dakwah oleh salah satu wali. Ketika wali tersebut hendak membangun tempat ibadah itu, ternyata di sana terdapat komunitas jin yang cukup kuat.
Wali tersebut menawarkan kepada jin-jin itu untuk diislamkan dan diperbolehkan hidup berdampingan di sana asalkan tidak saling mengganggu antara jin dan manusia, karena sejatinya jin dan manusia adalah sama-sama makhluk ciptaan Allah yang berkewajiban menyembah Allah.
Tetapi dalam prosesnya, tidak semua jin bersedia untuk masuk Islam. Jin yang memilih tetap kafir tersebut mencoba melawan dan mengusir wali tersebut.
Tetapi wali tersebut memiliki kesaktian jauh lebih tinggi, akhirnya jin-jin kafir itu dapat dikalahkan dan dibuang di Alas Widuri dan menempatinya hingga sekarang.
Aku tidak bertanya lebih jauh, karena waktu sudah menjelang sore. Kami tidak mau kemalaman di jalan. Akhirnya kami pun berpamitan.
Di perjalanan pulang, ternyata Dita dan Reni kondisinya masih belum stabil. Beberapa kali mereka histeris ketakutan seperti sedang melihat penampakan yang menyeramkan. Tetapi mereka sama sekali tidak kembali kerasukan. Jadi masih aman.
Menjelang maghrib, kami telah sampai di lokasi sekolah. Tak membuang waktu, kami segera membubarkan seluruh peserta dan menyuruh mereka segera pulang karena aku masih merasakan bahwa jin dari Alas Widuri masih mengikuti kami.
Kami tidak mau terjadi hal buruk lagi. Setelah seluruh peserta dipastikan pulang, aku, Sandi dan beberapa kawan instruktur mampir ke rumah salah satu teman kami untuk istirahat sekaligus menginap, besok pagi baru pulang ke rumah masing-masing.
Malamnya ketika kami hendak tidur, banyak sekali gangguan dari sekitar rumah. Seperti pintu dan jendela yang diketok-ketok, tapi ketika dibuka tak ada seorang pun di luar sana, suara orang mondar mandir mengelilingi rumah,
suara benda dilempar ke dinding dan atap, dan berbagai gangguan lainnya. Hingga kami pun bosan dengan gangguan mereka dan membuat itu sebagai candaan.
Hingga beberapa waktu setelah kegiatan diksar itu, aku mendapat kabar bahwa Dita dan Reni masih sering diikuti dan diganggu jin dari Alas Widuri.
Tapi mereka mendapatkan bantuan dari seorang kyai dan pada akhirnya setelah kurang lebih 3 bulan mereka sudah tidak pernah diganggu lagi. Hanya saja sekarang mata dan rasa mereka jadi lebih peka terhadap makhluk gaib.
Aku yang masih terheran dengan apa yang aku alami di Alas Widuri. Namun pada prosesnya setelah sekian lama akhirnya sedikit demi sedikit aku mengetahui riwayat silsilahku.
Meski samar tapi ada beberapa keterangan dari keluarga bahwa leluhurku dulunya adalah salah satu abdi di salah satu kerajaan besar di Jawa. Jadi wajar jika aku memiliki penjaga.
Tapi aku tidak pernah ambil pusing dan tidak pernah merasa aku membutuhkannya. Karena aku sudah memiliki penjaga yang paling kuat pemilik segala kehidupan dan kematian yaitu Tuhan Allah yang maha kuasa.
Namun kemampuanku yang pernah dikatakan oleh Sandi, terkadang memang cukup berguna juga. Beberapa kali aku menemui langsung orang kerasukan.
Entah dorongan dari mana, tanpa aku mempelajari secara khusus cara menolongnya, hanya bermodal doa sebisanya dan menatap tajam mata orang yang kesurupan tersebut beberapa saat akhirnya dia bisa sembuh sendiri.
Sekali, dua kali aku menganggap itu kebetulan dan keberuntungan. Tetapi untuk ketiga kali hingga total tujuh kali sampai saat ini aku menemui orang kesurupan selalu saja bisa sembuh dengan caraku tadi.
Dan juga ketika aku memiliki anak bayi, terkadang ada gangguan dari jin yang menyukai anakku, tapi alhamdulillah aku selalu bisa menangkalnya dengan doa. Wallahualambissawab.
Tapi di kejadian yang terakhir, ada hal unik, yaitu ketika aku menolong salah satu rekan kerjaku yang kesurupan di tempat kerja 4 tahun yang lalu. Aku selalu bisa mengeluarkan jin yang merasukinya, tapi aku tidak mampu menjaga atau memagari supaya jin itu tidak masuk lagi.
Mungkin disitulah batas kemampuanku. Aku sadar itu dan sampai saat ini masih tidak ada niat untuk mempelajarinya atau meningkatkan kemampuan itu. Biarkan secara alami saja seperti ini atau biarkan kemampuan ini hilang dengan sendirinya supaya aku bisa hidup lebih tenang.
Terakhir kalinya, aku tidak meminta kalian percaya terhadap ceritaku ini. Jika kalian percaya, cukup percayakan bahwa semua ini atas kehendak Allah SWT. Jika tidak percaya, anggaplah cerita ini sebagai cerita fiktif untuk bacaan iseng di waktu luang saja.
Aku juga minta maaf jika caraku bercerita berantakan. Semoga masih bisa dinikmati. Isi cerita ini sedikit dikurangi atau ditambah dikarenakan keterbatasan ingatanku terhadap kejadian yang sudah cukup lama.
Tapi secara keseluruhan tetap sesuai dengan kejadian yang sesungguhnya. Semua nama tokoh dan tempatnya aku samarkan supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Sekian, maaf dan terima kasih.

Wassalamualaikum Wr Wb.
Cerita teror diksar selesai yaa.
Minggu depan ada cerita baru tersesat di gunung lawu. Yang penasaran bisa baca duluan sekalian kasih dukungan di KaryaKarsa. Udah sampai part 2 ya di KaryaKarsa.
karyakarsa.com/Henrysetiawan8…
Maaf ada kesalahan gambar ilustrasi.. gambar di atas harusnya untuk cerita minggu depan. Yang benar ilustrasinya di bawah ini. Hehehe Image

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Henry Setiawan

Henry Setiawan Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @loopdreamer

Aug 3, 2023
BULAN HUJAN DAN PEREMPUAN DI SUDUT TAMAN

Part 8
Curma

Ijin tag & tolong bantu RT ya kakak
@bacahorror @IDN_Horor @ceritaht @HorrorBaca @autojerit @diosetta @rabumisteri @Long77785509 @benbela @penikmathorror @bagihorror

#bacahorror #ceritahorror #horror #threadhorror #IDNH Image
Mereka pantas sedikit khawatir. Bagaimanapun juga mereka menghakimi Suprapti dengan cara kejam. Tidak menutup kemungkinan Sundari akan membalas dendam dengan ikut bersekutu dengan iblis.
Apalagi sundari memiliki getih anget. Sangat mudah baginya jika ingin berhubungan dengan bangsa lelembut.
Read 100 tweets
Jul 21, 2023
BULAN HUJAN DAN PEREMPUAN DI SUDUT TAMAN

Part 7

Ijin tag & tolong bantu RT ya kakak
@bacahorror @IDN_Horor @ceritaht @HorrorBaca @autojerit @diosetta @rabumisteri @Long77785509 @benbela @penikmathorror

#bacahorror #ceritahorror #horror #threadhorror #IDNH Image
Pak Marto juga duduk bersila sambil berdoa. Sedangkan Paman Arya berdiri di belakang Arga sembari memegang dua buah keris dengan bentuk yang sama di tangan kanan dan kirinya.
Kuedarkan pandangan ke sekeliling, hujan masih mengguyur ringan, di kejauhan nampak kursi taman dengan lampunya yang temaram. Samar kulihat seseorang duduk di sana menatap kami. Dia Sundari.

***
Read 98 tweets
Jul 13, 2023
BULAN HUJAN DAN PEREMPUAN DI SUDUT TAMAN

Part 6

Ijin tag & tolong bantu RT ya kakak
@bacahorror @IDN_Horor @ceritaht @HorrorBaca @autojerit @diosetta @rabumisteri @Long77785509 @benbela @penikmathorror

#bacahorror #ceritahorror #horror #threadhorror #IDNH Image
Lingga mengulas senyum tipis. Usahanya selama bertahun-tahun pada akhirnya akan selesai juga.
Tinggal beberapa tumbal lagi dari warga desa yang akan diambil sendiri oleh lelembut pengikut kolosetro dibawah perintah Ki Sentani dan Nyai Robloh serta tumbal terakhir yang lebih istimewa persembahan khusus darinya.
Read 100 tweets
Jul 6, 2023
BULAN HUJAN DAN PEREMPUAN DI SUDUT TAMAN

Part 5

Ijin tag & tolong bantu RT ya kakak
@bacahorror @IDN_Horor @ceritaht @HorrorBaca @autojerit @diosetta @rabumisteri @Long77785509 @benbela @penikmathorror

#bacahorror #ceritahorror #horror #threadhorror #IDNH Image
Sebelum mulai jangan lupa RT dulu biar rame. Yang belum follow, jangan lupa follow juga supaya tidak tertinggal update cerita terbaru
Read 101 tweets
Jun 14, 2023
[Update @karyakarsa_id ]
BULAN HUJAN DAN PEREMPUAN DI SUDUT TAMAN

Part 5
(Masa Lalu dan Masa Kini)

@bacahorror @IDN_Horor @ceritaht @HorrorBaca @autojerit

karyakarsa.com/Henrysetiawan8…
Sundari semakin gusar dan gelisah sebab teror yang terjadi di desanya semakin marak. Bahkan hampir setiap hari ada warga yang diculik lelembut alas kidul untuk ditumbalkan demi mempercepat kebangkitan raja iblis kolosetro. Dan dia merasa semua itu disebabkan oleh dirinya.
Sementara Damar masih terus berusaha mencari pusaka keris kembang maya yang diyakini disimpan oleh seorang Resi yang tinggal di salah satu gunung besar bernama wukir udarati. Apakah Damar akan mendapatkan petunjuk mengenai keberadaan Resi itu?
Read 6 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(