Benar sekali, jika mengingat nama dokter wayan, mungkin tidak hanya aku, semua wargapun juga tau jika dokter wayan adalah dokter yang pernah menghebohkan seluruh warga desaku.
Kenapa semua itu bisa terjadi ?.
Sebelum kita menganalisa apa yang sebenarnya terjadi, lebih baik kalian membaca cerita ini terlebih dahulu.
Bahkan, menurut keterangan yang beredar, keluarga Saji ini bukanlah keluarga satu satunya yang mengalami hal seperti ini.
...
Bismillahirrohmanirrohim.
" PRAKTEK MALAM DOKTER WAYAN "
.....
(Semua nama, tempat dan waktu dalam cerita ini disamarkan, mohon maaf bila ada kesamaan).
1998, pukul 23.00 WIB
..
"Buk,,,tahan buk tahan",,teriak Saji yang waktu itu melihat istrinya yang sudah mulai terlihat kejang-kejang karena kesakitan.
"Pak, bagaimana ini pak" imbuh Galuh yang juga mulai khawatir dengan keadaan ibunya.
Karena tidak tau harus bagaimana lagi, akhirnya Sajipun seketika berlari mengambil motornya dan segera mengangkat istrinya keatas motornya.
"Kita bawa kemana ini pak, ini kan sudah larut malam, rumah sakit dari sini jauh banget" ucap Galuh.
"Sudah, pegangi saja ibumu, yang penting kita bawa dulu, kita cari dulu, daripada disini kita gak lakuin apa-apa" sahut Saji dengan nada yang sedikit emosi.
Dan tanpa membantah perkataan orangtuanya, Galuhpun seketika membantu ayahnya mengangkat ibunya keatas motor,
lalu dengan sigap, diapun memegangi ibunya yang saat itu terus saja bergerak semakin keras. "Ya allah buk, kok jadi begini se buk.."rintih Galuh dengan terus menegangi tubuh ibunya.
Diatas motor tentu saja Lilik (istri saji), dibonceng dan diletakkan ditengah tengah Saji dan galuh yang saat itu sudah menangis.
Dan mirisnya, ketika diatas motor, Lilik terus saja menggelinjang dengan tatapan matanya yang sudah kosong tidak karuan.
"Ibu kita bawa kemana ini pak, kalau kerumah sakit aku takut ibu keburu kenapa napa, jarak rumah sakit masih sangat jauh" ucap Galuh keras.
Dan tanpa menjawab perkataan Galuh, Saji waktu itu hanya diam sambil terus berkosentrasi melihat kearah jalan.
"Tahan bu. Tahan..." Rintih Galuh yang waktu itu sudah menangis histeris.
Dan naasnya, sudah berputar putar ke puskesmas terdekat, kerumah mantri terdekat hingga kerumah dokter terdekat, semuanya tidak ada yang terlihat membukakan pintu untuk Saji.
Semuanya benar-benar sudah tertidur lelap ditambah keluarga Saji ini tergolong keluarga kurang mampu yang sepertinya, membuat mantri dan puskesmas sekitar enggan untuk membantu.
Dan dengan tidak berputus asa, Sajipun terus memacu motornya hingga keluar dari desanya dengan besar harapan jika diluar desa ada dokter yang mau menolongnya.
Tapi sayangnya, semuanya malah semakin menghawatirkan saja.
Benar sekali, beberapa lama setelah itu, lilik, yang sebelumnya terus bergerak, waktu itu perlahan sudah mulai diam.
Tubuhnya yang sebelumnya kakupun, waktu itu juga perlahan mulai melemas ditambah dengan matanya yang mulai menutup dengan sangat perlahan.
Mengetahui hal itu, Galuh yang notabenya adalah anak satu satunya, saat itu hanya bisa berteriak histeris karena ibunya yang terlihat sudah semakin menghawatirkan dipelukannya.
"Buk...bangun..buk..bangun....ya allah...pak...ibuk...kok jadi diam begini se pak..
..ya allah....buk...bangun..." Teriak Galuh yang dengan sekuat tenaga menggoyang nggoyangkan tubuh Lilik. Mendengar semua itu, Saji terlihat hanya diam dengan tidak sedikitpun berbicara.
Matanya berkaca kaca dengan dia yang terus memacu kendaraannya yang sudah semakin kencang saja.
Hingga akhirnya, tuhanpun berkehendak lain, ditengah tengah keputusasaanya, dari kejauhan Saji tiba-tiba melihat adanya sebuah papan nama praktek dokter yang terlihat masih menyala.
Papan nama tersebut benar-benar terlihat sudah kusam dan lama, namun tulisannya masih bisa terbaca dengan cukup jelas jika tempat tersebut adalah sebuah tempat praktek dokter.
"Dokter Wayan"
Melihat hal itu, tanpa fikir panjang, tentu saja Sajipun seketika mengarahkan kendaraannya kearah rumah praktek tersebut yang jika dilihat dari jalan utama, rumah praktek tersebut berada tepat diujung pertigaan jalan.
Dan sesampainya mereka didepan rumah praktek dokter tersebut, Sajipun seketika menggedor nggedor pintunya dengan terus berteriak meminta pertolongan.
"Tolong.. .dok.tolong" teriak saji dengan sesekali melirik kearah istrinya yang saat itu sudah lemas dengan menutup matanya.
Hingga akhirnya, setelah cukup lama Saji berteriak, sajipun mendengar suara langkah kaki dari dalam rumah yang setelah pintu dibuka, nampak seorang laki-laki tua yang terlihat sudah sangat rabun matanya.
Hal itu, dapat dilihat dari bentuk kacamata yang dikenakan laki laki tersebut benar-benar cukup tebal ditambah langkah kaki laki-laki tua tersebut bisa dikatakan cukup kesusahan.
"Pak...tolong istri saya pak .."teriak Saji tanpa basa basi.
"Cepat bawa masuk" jawab laki laki tersebut tergesa gesa namun dengan nada suara yang bisa dibilang cukup pelan.
Dan sesampainya Saji didalam rumah Praktek tersebut, pandangan saji cukup terkejut karena bentuk bangunan rumah praktek
yang jika dilihat dari luar cukup kecil bentuknya.
Namun jika sudah masuk kedalam, bentuk bangunannya cukup besar layaknya Klinik pada umumnya.
Selain ada ruang utama, ada beberapa kamar bernomor yang terlihat berjejer rapi disebelah kanan dan kiri.
Dan tidak hanya itu, jika Saji melihat lebih jauh kearah belakang lagi, sepertinya, dibelakang juga masih ada lorong jalan yang menuju kearea bangunan belakang.
"Loh, sepertinya tadi dari luar ini hanya rumah biasa deh, kok didalamnya luas banget seperti klinik." Fikir Saji terheran heran.
"Ah, sudahlah, ngapain mikir itu, yang penting kan keadaan istriku" ucap Saji kembali dengan mulai mengangkat Istrinya mengikuti langkah laki-laki tua yang terus berjalan didepannya.
"Pasienya taruh didalam kamar nomor 1, kalau sudah ditaruh, kalian tunggu diruang tunggu, " ucap laki-laki tua tersebut dengan terus melangkah kebelakang dengan tidak sekalipun menoleh kearah Saji.
Dan tanpa membantah ucapan laki-laki tua tersebut, sajipun membawa istrinya kedalam kamar nomor 1 yang memang terletak dipinggir ruangan utama rumah praktek tersebut.
Setelah saji masuk kedalam kamar nomor 1, sajipun seketika menaruh istrinya diatas ranjang kemudian disusul galuh yang waktu itu terlihat kebingungan entah kenapa.
Dan sesuai perintah laki-laki tua tersebut, Saji dan Galuhpun keluar dari kamar nomor 1 dan mulai duduk diruangan utama rumah praktek tersebut.
Ketika masih duduk dan menunggu, pandangan Saji kembali terheran heran dengan keadaan rumah praktek tersebut,
karena selain prabotan yang terlihat cukup berantakan, didalam rumah Praktek tersebut benar-benar sepi dengan tidak adanya orang lain selain keluarga Saji.
"Rumah praktek dokter kok berantakan seperti ini sih, pantesan sepi, padahal bangunanya luas banget loh ini,
sudah cocok jika disebut Klinik ini mah " fikir Saji dengan tatapan matanya yang terus mengarah kekanan dan kekiri.Dan tidak hanya itu, Belum selesai Saji melihat kearah sana dan sini, tiba-tiba Galuh mengejutkan Saji dengan berkata jika dia mencium aroma yang sangat tidak enak.
"Pak, bapak nyium bau ini gak, kok sepertinya ada bau mayat deh disini" bisik Galuh .
Dan tanpa menjawab perkataan Galuh, waktu itu Saji mencoba ikut mencium aroma yang diceritakan oleh Galuh yang ternyata, perkataan Galuh tentang bau bangkai tersebut memang benar.
"Mungkin ini bau bangkai binatang, bukan bangkai mayat" sahut saji Menenangkan anaknya yang memang masih duduk dibangku kelas 6 SD tersebut.
"Tapi kok ada bau-bau melatinya ya pak." Sahut Galuh polos.
Mendengar hal itu, tubuh sajipun seketika bergetar karena diapun tau,
Bau bangkai yang dia cium tersebut memang seperti bercampur dengan bau bunga melati.
"Waduh, fikiranku kok jadi gak enak begini ya. Kemana sih laki-laki tua tadi, kok lama banget gak balik-balik.."fikir Saji dengan sesekali melihat kearah lorong tempat laki-laki tua tadi pergi.
Hingga akhirnya, beberapa lama setelah itu, Laki-laki tua yang sebelumnya membukakan pintu, waktu itu akhirnya kembali dari arah belakang bangunan rumah tersebut.
Ketika kembali, penampilan laki-laki tua tersebut sudah berubah layaknya seorang dokter pada umumnya.
Setelan jas putih lengkap dengan nametag yang tertera didadanya, sudah sangat membuktikan jika laki-laki tua tadilah yang bernama dokter Wayan.
"Oalah, jadi laki-laki tua tadi yang bernama dokter Wayan.
Hmmmm tak kirain bukan dia"fikir Saji dengan terus memperhatikan langkah kaki dokter wayan yang memang terlihat cukup kesulitan.
Dan disitu, kembali tanpa menoleh kearah Saji dan Galuh,
Dokter Wayanpun terus saja melangkah kearah kamar nomor 1 yang disitu sudah berbaring istri saji yang bisa dikatakan sudah tidak berdaya.
"Tunggu diluar saja, jangan masuk" ucap Dokter tersebut jelas dengan langkah kakinya yang mulai masuk kedalam kamar.
"Baik dok" jawab Saji Jelas dengan perasaan yang sedikit lebih tenang karena akhirnya, Istrinya akan segera mendapatkan pertolongan.
....
Singkat cerita, akhirnya saji dan Galuhpun tetap duduk diruangan utama dengan sesekali saji yang membuka isi dompetnya yang waktu itu memang sama sekali tidak ada uangnya.
"Galuh, besuk kamu jagain ibu disini ya, bapak mau keluar dulu cari pinjaman uang" ucap Saji pelan.
Namun anehnya, bukannya menjawab ucapan Saji, Galuh malah merintih dengan matanya yang mengarah kesana dan kemari seperti anak yang sedang melihat sesuatu.
"Pak, aku kok ngrasa gak enak ya..dari tadi seperti ada yang merhatiin. Dan rasanya, kita gak sendiri deh dirumah ini,
ada banyak sekali orang." Ucap Galuh dengan kepalanya yang menoleh kesana dan kemari.
Mendengar hal itu, Sajipun merasa terheran dengan ucapan Galuh karena sajipun tau, Saat itu didalam rumah praktek tersebut tidak ada siapapun selain keluarganya.
"Kamu ini apa apaan sih, orang sepi begini kok katanya banyak orang, mana si mana " jawab Saji keras.
"Eh, itu-itu, coba deh bapak lihat dilorong, barusan ada orang jalan pakai kursi roda kebelakang" ucap Galuh dengan tangannya yang seketika menarik baju Saji.
Karena tarikan Galuh, akhirnya Sajipun ikut melihat kearah lorong yang ternyata, saat itu dengan mata kepalanya sendiri, Saji melihat adanya sebuah Kursi Roda yang terlihat berjalan sendiri namun tidak terlihat adanya orang.
"Astagfirullah, Kursi Rodanya jalan sendiri" ucap Saji kaget.
"Loh, jalan sendiri bagaimana se pak, la itu ada orangnya gitu kok" sahut Galuh mengelak perkataan orangtuanya karena sepertinya, saat itu Galuh melihat sesuatu yang tidak dilihat oleh Saji.
Dan dengan mencoba menghindari perdebatan ditengah waktu yang tidak pas, Akhirnya Sajipun mencoba kembali menenangkan anaknya yang waktu itu terus saja merintih dengan keadaan yang ada.
"Sudah diam saja, ibumu masih kritis kok kamu malah rewel" bentak Saji dengan raut wajah yang cukup emosi karena sedari tadi, Galuh memang cukup sering sekali merintih.
Mendengar hal itu, Galuhpun seketika diam, dia menunduk dengan tidak lagi berani berbicara kepada saji.
Dan tidak jarang pula, Galuh sesekali terlihat terkejut, berteriak hingga ketakutan sendiri seperti sedang melihat sesuatu
yang memang tidak lagi berani diberitahukan kepada Saji.
Dan puncaknya, sekitar 1 jam lamanya saji dan galuh menunggu, akhirnya dokter tua itupun keluar dan berjalan pelan kearah Saji.
Disitu, perasaan Saji tentu saja harap-harap cemas dengan hasil pemeriksaannya karena Sajipun tau, terakhir dia melihat keadaan istrinya dalam keadaan Koma.
"Bagaimana dok keadaan istri saya ?" Tanya Saji dengan perasaan yang sudah campur aduk tidak karuan.
"Sudah selesai, istrimu baik baik saja, sebenarnya dia tadi sudah tidak ada, tapi untungnya dia mau kuajak balik. Yasudah, besuk kalian bisa bawa dia pulang, tapi untuk sekarang,
biarkan dia istirahat dulu" ucap dokter tua tersebut dengan langkah kakinya yang mulai berjalan meninggalkan saji.
Mendengar hal itu, Sajipun hanya mengangguk meski dengan sedikit kebingungan dengan ucapan yang barusan dokter tersebut katakan.
Dan tidak hanya itu, disela sela kebingungannya, Saji terus saja melihat langkah kaki dokter tersebut yang berjalan kearah lorong belakang yang kemudian seperti tiba-tiba hilang ditelan malam.
Dan dengan mencoba menguatkan perasaan serta tetap berfikiran positif. Sajipun akhirnya berjalan kearah dalam kamar nomor 1 tersebut bersama Galuh yang juga terlihat masih cemas dan ketakutan entah kenapa.
Dan singat cerita, sesampainya mereka didalam kamar nomor 1, akhirnya Sajipun sedikit cukup lega karena saat itu, Saji sudah melihat keadaan istrinya sedikit lebih baik dari sebelumnya.
Wajah istrinya cukup segar dari sebelumnya dan istri sajipun terlihat bangun sebentar memberikan senyuman kepada Saji menandakan jika keadaannya sudah lebih baik.
"Galuh mana pak" ucap istri Saji pelan sambil mencari Galuh yang memang anak satu satunya tersebut.
"Sudah, Galuh aman buk, jangan mikir aneh-aneh, fokus saja sama kesehatanmu, sekarang kamu istirahat saja ya. " ajak Saji.
"Kita dimana ini pak, apa ini rumah sakit?, bagaimana nanti kita membayarnya" rintih Lilik, istri Saji.
Dan tanpa menjawab perkataan Saji, Saat itu Lilik hanya diam sambil kembali memejamkan matanya.
Begitu juga dengan Galuh, dia hanya terlihat diam sedari tadi dengan tidak sekalipun mengeluarkan satupun kata.
Dan singkat cerita, sekitar pukul 02.00 dinihari, Saji, Galuh dan Lilikpun mulai memejamkan mata didalam kamar nomor 1 rumah praktek tersebut.
...
Tapi sayangnya, belum lama Saji tertidur, tiba-tiba Saji mendengar suara langkah kaki beberapa orang yang terdengar sedang berlari.
Dan tidak hanya itu, Selain suara langkah kaki, Saji juga mendengar suara percakapan yang setelah didengar dengan lebih teliti lagi, suara percakapan tersebut terdengar seperti orang yang sedang berobat layaknya dirumah sakit pada umumnya.
Mendengar hal itu, jantung Saji perlahan mulai berdetak dengan cukup kencang karena Sajipun tau, sebelumnya keadaan rumah praktek malam itu benar-benar sangat gelap.
" Kok aneh ya, rumah praktek ini kan sepi, tidak ada siapapun selain keluargaku,
tapi kok aku denger banyak sekali orang ya" fikir Saji dengan matanya yang kembali melirik kesana kemari.
Karena fikiran saji yang tidak tenang, akhirnya diapun berdiri dan mulai berjalan pelan untuk memastikan siapa sebenarnya sumber suara berisik tersebut.
"Galuh, kamu jagain ibu ya, aku mau lihat sekitar dulu, kok sepertinya aku denger suara banyak orang" ucap Saji pelan.
"Jangan pak" teriak Galuh Keras.
"Sudah, kamu diam dulu, Jagain ibumu, aku mau lihat-lihat sebentar" jawab Saji jelas sembari memberi tanda kepada Galuh
agar dia tetap menjaga ibunya.
Singkat cerita, setelah berpesan kepada Galuh, Sajipun berjalan pelan mencari sumber suara tersebut yang setelah dicari kesana kemari, Saji sama sekali tidak melihat adanya orang.
Yang ada hanya kegelapan rumah dengan barang perkakas yang terlihat saling berserakan.
"Kok gak ada orang sih, perasaan barusan aku denger suara orang deh" fikir saji.
Dan disaat itulah, ketika Saji masih mencari kesana kemari, tiba-tiba pandangan saji mengarah kearah salah satu sudut ruangan rumah praktek tersebut yang dimana, saat itu saji melihat adanya seorang wanita yang berpenampilan seperti seorang perawat.
Perawat tersebut, terlihat berjalan pelan dengan tidak sekalipun menghiraukan saji.
Mengetahui hal itu, sajipun seketika mempercepat langkahnya untuk memastikan jika benar-benar ada orang ditempat tersebut selain dirinya dan keluarganya.
" Eh sus..suster.. tunggu" teriak Saji dengan dia yang seketika mengejar wanita tersebut.
Namun sayangnya, ketika saji sudah sampai dan berhasil menyusul suster tersebut, perasaan saji yang sebelumnya tenang, waktu itu seketika ketakutan tidak karuan karena asal kalian tau,
setelah suster tersebut menoleh kearah saji, wajah dari suster tersebut ternyata sangat rata dengan tidak adanya mulut, hidung dan mata.
Dan tidak hanya itu, selain wajah ratanya, bau yang keluar dari tubuh wanita tersebut benar-benar sangat tidak sedap layaknya bau bangkai.
Mengetahui semua itu, Sajipun seketika berteriak histeris dengan nafasnya yang tiba-tiba terasa sulit untuk dihembuskan.
Seluruh tubuhnya bergetar hebat dengan kakinya yang juga seolah tidak bisa digerakkan.
Namun untungnya, ketika Saji masih terdiam karena syok, tangan Saji tiba-tiba ditarik oleh Galuh yang waktu itu ternyata sudah ada disampingnya.
"Ayo pergi pak..ini rumah dokter hantu" teriak Galuh sambil mulai menyeret orang tuanya tersebut.
Mengetahui hal itu, Sajipun seolah tersadar dan ikut berlari menyelamatkan diri.
Disitu, Saji seketika berlari kearah kamar istrinya dan tanpa lama-lama lagi, diapun menggendong Istrinya, dibawanya keluar dan diletakkannya kembali diatas motornya.
Dan tanpa fikir panjang, akhirnya Sajipun mulai memacu kendaraannya dengan fikiran yang sudah tidak lagi bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Karena fikirannya yang tidak enak, bukannya pulang, waktu itu Saji seketika membawa Istrinya terus kerumah sakit
yang ada di kota untuk memastikan jika keadaan istrinya benar-benar sudah baik-baik saja.
Sesampainya dirumah sakit, tentu saja Istrinya seketika kembali diperiksa oleh dokter yang ada dirumah sakit tersebut untuk kembali memastikan bagaimana keadaannya.
Tapi anehnya, menurut keterangan dokter rumah sakit, penanganan dan obat yang telah diberikan kepada bu lilik sebelumnya, sudah sangat benar yang buktinya sekitar pukul 11.00 siang, bu Lilik oleh dokter rumah sakit tersebut akhirnya diperbolehkan kembali untuk pulang kerumahnya.
Dan disitulah, fikiran Saji rasanya sudah tidak bisa jika harus diceritakan, rasa bingung, aneh dan takut waktu itu benar-benar sudah bercampur menjadi satu.
Dia seolah masih tidak percaya jika istrinya bisa dikatakan sudah ditolong oleh makhluk tak kasat mata.
Dan demi memastikan semuanya, beberapa minggu setelah itu, Sajipun kembali mencari keberadaan rumah praktek yang sebelumnya pernah dia singgahi tersebut.
Tapi sayangnya, sudah cukup lama Saji berputar-putar diarea tersebut,
Saji tidak kunjung menemukan rumah Praktek dokter tersebut.
Yang ada didaerah tersebut, hanyalah pertigaan jalan kosong dengan hanya ada tumbuhan liar yang terlihat tumbuh tak beraturan ditambah dengan adanya bangunan yang sudah roboh dan terbengkali tidak terurus.
Disitu, perasaan Saji kembali pasrah dgn kejadian yang telah menimpanya.
Rumah praktek dokter yang sebelumnya dia singgahi, waktu itu benar-benar tidak lagi ada.
"Ya allah, rumah praktek itu ternyata benar-benar tidak ada" ucap Saji lemas sambil terus memperhatikan sekitarnya.
Dan beberapa lama kemudian, Saji tiba-tiba dihampiri oleh seorang Warga yang sepertinya Warga itu adalah warga yang tinggal didaerah tersebut.
"Siang pak, ada yang bisa saya bantu, sepertinya bapak kebingungan ? " Tanya Warga Tersebut.
"Iya pak, apa bapak tau rumah praktek dokter dimana ya ?, Seingat saya rumahnya ada didaerah sini deh" ucap Saji dengan tangannya yang menunjuk kearah samping jalan.
Mendengar hal itu, warga tersebut seketika terkejut dan tidak lama setelah itu,
dia terlihat tersenyum dan mulai menceritakan keadaan sebenarnya.
"Rumah Praktek yang bapak cari sudah tidak ada pak, dulu bangunannya memang berdiri disini, tapi sekarang sudah roboh dan tinggal bekasnya saja yang sudah terbengkalai"
ucap warga tersebut pelan sambil berjalan kearah reruntuhan bangunan yang memang ada di samping jalan tersebut.
"Loh, masak sih pak, sekitar 2 minggu yang lalu saya masih kesini kok, malahan saya ditolong dokternya langsung" tanya Saji Kaget.
Dengan sangat jelas, Saji mendapatkan keterangan dari Warga sekitar jika bangunan Rumah Praktek yang Saji cari tersebut sebelumnya memang ada namun sudah diratakan dengan tanah.
Hal itu dilakukan karena rumah praktek tersebut sudah kosong beberapa tahun lamanya dan ditinggalkan pemiliknya begitu saja.
Dulu, rumah praktek tersebut memang rumah praktek dokter wayan, seorang dokter asal bali.
Namun, setelah membangun rumah dan membuka praktek ditempat tersebut, seluruh keluarga dokter wayan tiba-tiba jatuh sakit yang akhirnya mereka semua meninggal dunia.
Dan sejak saat itulah, dokter Wayan hanyalah tinggal sebuah nama saja.
Tapi anehnya, setelah tutup dan tidak lagi beroperasi, Saji bukanlah orang satu satunya yang pernah ditolong oleh dokter wayan.
Ada beberapa orang yang mengaku juga pernah ditolong oleh dokter wayan.
Yang mereka lihat, bangunan rumah praktek tersebut benar-benar ada dan seperti masih beroperasi layaknya rumah praktek pada umumnya, namun nyatanya, saat ini rumah praktek tersebut sudah tidak ada karena wargapun tau,
jika rumah praktek tersebut terletak diujung jalan atau pas di pertigaan jalan yang menurut warga, rumah dokter wayan dulunya adalah rumah tusuk sate yang memang tidak baik jika ditempati.
Yang akhirnya, dulu masih belum lama dokter Wayan membuka prakteknya, satu persatu anggota keluarganya jatuh sakit yang akhirnya meninggal dunia.
Hal itulah yang akhirnya membuat rumah praktek tersebut kosong dan ditinggalkan begitu saja.
Sekarang, yang tersisa hanyalah sedikit puing puing sisa runtuhan rumah dan 1 buah papan nama rusak yang memang bertuliskan nama praktek dokter wayan.
"Dokter wayan sampai sekarang katanya memang masih sering membuka praktek malam. Tapi hanya orang tertentu yang bisa melihatnya dan orang tertentu juga yang ditolongnya. Mungkin malam itu keadaan istri bapak sudah kritis dan sepertinya tidak ada pilihan lain,
akhirnya Dokter wayan menampakan diri. " Terang warga yang tinggal didaerah tersebut.
Mendengar hal itu, Tubuh saji kembali bergetar, kakinya lemas dengan jantungnya yang terus berdetak dengan sangat kencang karena masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengarnya.
Dan Akhir cerita, setelah puas mendengarkan cerita warga tersebut, Sajipun kembali pulang dengan membawa pengalamnan yang sepertinya tidak akan pernah bisa dia lupakan selama hidupnya.
Terimakasih teman-teman semoga cerita ini menemani hari-hari kalian.
Sampai jumpa dicerita cerita kami selanjutnya.
( Dilarang keras copas, story telling, re- Upload semua cerita lakon story di Youtube, website, blog, aplikasi podcast atau dimanapun tanpa ijin dari lakon story. semua peraturan tentang re-Upload, sudah tersedia di fanpage lakon story atau hubungi Admin
via WA jika hendak melakukan reupload 088806262516, silahkan dibaca terlebih dahulu jika ingin re-Upload. Jika kami menemukan cerita lakon story di re-Upload tanpa ijin, kami akan langsung menindak dengan sangat tegas).
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Bismillah
Jika mengenang kembali pengalaman waktu itu, tentu saja perasaanku akan seketika kembali bergetar ketakutan karena asal kalian tau.
Bisa selamat saja rasanya aku sudah sangat bersyukur.
Dan tidak sekedar selamat, dengan adanya cerita ini, aku akhirnya mendapatkan sebuah pengalaman yang sepertinya tidak akan pernah bisa aku lupakan.
Masih sangat teringat jelas dikepalaku, semua cerita itu terjadi ketika aku bekerja disalah satu rumah makan yang ada di surabaya.
Santet tumpes kelor.
Benar,
Santet ini tergolong santet paling mematikan.
Bagaimana tidak, santet ini tidak akan berhenti jika semua korbannya belum meninggal dunia.
Lantas, apakah semua itu bisa dihentikan ?.
Hmmm. sepertinya susah.
....
Bismillahirrohmnirrohim.
Tepatnya sekitar awal tahun 2020 yang lalu, cerita ini datang kepada lakon story.
Dan sekarang, diawal tahun 2023 akhirnya cerita ini bisa kami bagi.
Sebelum kami mulai menceritakan semua ini, rasanya tidak berlebihan
BACA CERITA INI DAN DAPATKAN MERCHANDSE EXCLUSIVE DARI LAKON STORY
Tulis analisa kalian tentang apa yng sebenarnya terjadi didalam cerita ini.
Dan jangan lupa kasi hastag #ulartanggalakonstory dan tag 3 teman kalian.
Dapatkan puluhan mrchndse exclsive gratis jika analisa kalian benar.
ULAR TANGGA, Adalah cerita yang sepertinya akan membingungkan.
Butuh konsentrasi penuh agar kalian bisa mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi didalam cerita ini.