Henry Setiawan Profile picture
May 11 80 tweets 13 min read Twitter logo Read on Twitter
Sebelum mulai jangan lupa RT, komen dan like biar rame yaa.. jangan lupa follow juga biar tidak tertinggal update cerita terbaru. Terima kasih 🙏🙏
Buat yang mau support dengan dukungan karya atau sekedar tips bisa meluncur ke @karyakarsa_id yaa..
karyakarsa.com/Henrysetiawan82
Part sebelumnya bisa kalian baca di sini :
⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️
(Bercengkrama dengan "mereka" para penghuni asli Gunung Ungaran)

Part 2 (tamat)
Pagi menjelang. Usai menunaikan kewajiban subuh, aku sempatkan ke sendang promasan yang dikenal dengan nama Sendang Pengilon. Sendang ini merupakan sumber air utama bagi warga promasan dan sepanjang aliran airnya nanti.
Sendang ini tak pernah berhenti mengalir. Airnya jernih, bersih dan segar. Di sendang ini juga terdapat semacam pesanggrahan untuk ritual-ritual khusus yang dilakukan di waktu tertentu.
Aku membersihkan diri di sendang ini sekaligus mengisi persediaan air minum untuk kubawa ke puncak nanti.
Usai sarapan masakan istimewa darai Biyung, yaitu nasi sayur tumis labu siam yang dipanen dari kebun samping rumah Biyung, aku sempatkan berjalan-jalan dulu di sekitar Goa Jepang yang ada di salah satu bagian kebun teh promasan.
Aku memang tidak buru-buru untuk segera melanjutkan perjalanan, karena jarak dari sini sampai ke puncak sudah dekat.
Menikmati suasana sepi dan tenang di sini ketika tak banyak orang memang rasanya berbeda dibanding saat ramai di musim pendakian.
Aku lebih leluasa menghirup udara sejuk Gunung Ungaran, mengisi penuh paru-paru ini dengan udara bersih dan mengisi kedamaian jiwa ini dengan suasana sunyi dan tenang.
Menjelang siang, aku berpamitan dengan Biyung dan Kakung (suami Biyung) untuk melanjutkan perjalanan ke puncak ungaran. Sepanjang perjalanan pendakian menuju puncak sesekali aku masih di sapa penghuni asli Gunung Ungaran.
Baik yang memiliki jasad fisik yaitu binatang liar seperti monyet, lutung, ayam hutan dan lainnya, maupun yang gaib seperti suara-suara orang bicara, suara langkah kaki, sentuhan manja, maupun tiupan nafas di tengkuk.
Memang ya, jin itu tak kenal waktu jika ingin berinteraksi, tak peduli siang maupun malam, terutama jika keadaan sepi seperti ini.
Jika ramai, jangankan siang, malam pun mereka kadang tak berani, apalagi jika orang yang datang memiliki iman yang kuat, sopan dan sangat menghargai tempat yang didatangi dengan tidak mengotori atau merusaknya.
Apapun yang mereka lakukan saat ini aku juga tak memperdulikannya, aku sudah terbiasa dengan kehadiran mereka sejak perjalananku semalam. Apalagi saat ini siang, aku jauh lebih berani.
Sampai di puncak bayangan 2, sekitar beberapa ratus meter dari puncak banteng raider (puncak tertinggi Gunung Ungaran), aku bertemu seseorang yang sedang duduk di sebuah batu di samping jalur pendakian.
Nampaknya dia sudah lama duduk disitu sejak sebelum aku sampai. Terlihat dari beberapa puntung rokok yang dibuang di depannya. Sebuah tindakan yang tidak patut dicontoh.
Aku sempatkan menyapanya ketika aku hendak melewatinya, karena aku tidak berniat berhenti untuk istirahat di sini. Tetapi jawaban dia justru menyuruhku berhenti dulu menemaninya.
Baiklah aku mengiyakan ajakannya, toh aku memang sudah lama berjalan, sejak dari pos dua aku belum berhenti sama sekali.
Selain itu, aku pun penasaran kenapa dia juga sendirian sepertiku. Apakah dia penduduk desa bawah sana, atau pendaki juga sepertiku.
"Dari mana mas?" Ucapnya mengawali percakapan. Khas pembuka percakapan antar sesama pendaki.

"Dari ***** mas. Lha sampeyan dari mana kok sendirian juga?" Jawanku sekaligus balik bertanya.
"Oh, saya situ aja. Iya memang saya sendirian, selalu sendirian. Kebetulan sampeyan kesini jadi saya nyari teman" ucapnya sedikit aneh.
Tak ada yang aneh dengan orang ini, sebetulnya. Aku lihat secara fisik dia tak ada kejanggalan. Kakinya menapak tanah, pantatnya pun sempurna menempel di batu yang didudukinya.
Pakaiannya biasa, celana panjang, baju kaos hitam polos dan sandal jepit swallow. Namun tak terlihat ada tas atau ransel khas pendaki. Rokok di sela jarinya selalu menyala sesekali dihisap pelan namun dalam.
Dan setiap kali habis selalu membakar lagi. Terlihat dari banyaknya puntung rokok yang dibuang sembarangan di depannya.
Cukup lama aku berbincang dengannya. Aku sendiri lupa apa saja yang kami bicarakan, jadi kutuliskan yang bisa kuingat saja. Kira-kira seperti ini.
"Sampeyan ga perlu memikirkan hal yang sudah jelas tidak bisa membuat sampeyan senang. Relakan saja dan lakukan hal lain yang lebih baik" ucapnya
Aku sempat bingung, bagaimana dia bisa mengetahui isi pikiranku saat ini? Aku tak menjawab ucapannya tersebut, aku hanya terdiam melihat jauh ke arah puncak membelakangi orang itu.
"Sudah, sepertinya cukup. Kalaupun saya mengajak sampeyan, sepertinya ada yang tidak memperbolehkan. Jadi sampeyan hati-hati saja menjalani yang ingin sampeyan jalani. Setelah itu pulanglah" ucapnya lagi.
Aku pun menoleh padanya hendak menanyakan sesuatu padanya. Tetapi ketika pandanganku mengarah ke tempat dia duduk tadi, ternyata orang itu sudah tidak ada. Begitu pun sisa puntung rokoknya juga lenyap tanpa bekas.

"Haah.. ternyata setan" ucapku dalam hati.
Tak apa, setidaknya dia tidak mencelakaiku dan menunjukkan bentuk yang tidak menyeramkan serta apa yang dia ucapkan dan pesankan padaku juga hal yang baik. Jadi aku tak ambil pusing apalagi ketakutan dengan kejadian tadi.
Aku beranjak dan melanjutkan perjalananku. Tak berapa lama aku telah sampai di puncak Gunung Ungaran. Di sini aku hanya duduk merenung, kontemplasi dan refleksi memikirkan apa saja yang telah kulakukan selama hidupku ini.
Apa saja kesalahan serta dosaku terutama kepada kedua orang tuaku. Aku tidak mendokumentasikan perjalananku ini dalam slide foto, selain tak ada niatan, juga aku tidak membawa kamera. Tetapi aku menuliskannya dalam catatan yang selalu kubawa kemanapun aku mendaki gunung.
Waktu menunjukkan sudah memasuki waktu sholat ashar. Tak terdengar adzan di sini karena lokasi puncak gunung jauh dari masjid/mushola di pemukiman terakhir. Aku segera menjalankan kewajibanku yang diawali dengan tayamum untuk bersuci karena tidak ada sumber air di sini.
Usai sholat ashar, aku segera bersiap melanjutkan perjalanan untuk turun dari puncak. Jalur turun kali ini aku sengaja memilih jalur gedong songo. Bukan tanpa maksud, aku sengaja memilih jalur gedong songo karena ingin sekedar sambil menikmati suasana wisata besok pagi.
Wisata gratis karena aku akan masuk area gedong songo dari pintu belakang, meski untuk menuju ke sana dari puncak aku harus melalui jalur yang lebih ekstrim, lebih seram dan lebih rimbun karena jalur ini sudah mulai jarang dilalui,
bahkan saat ini (2023) jalur gedong songo kabarnya sudah ditutup total dari jalur pendakian karena lebih berbahaya.
Tak banyak membuang waktu, aku segera beranjak menuju arah jalur gedong songo. Dari puncak ungaran aku mengambil arah barat daya tepat di seberang jalur naik dari kebun teh promasan.
Awal jalur turun dari puncak aku melalui hutan rimbun dan turunan curam dengan sudut kemiringan hampir 90°. Dengan bantuan akar tanaman akhirnya aku bisa melewati jalur curam tersebut tanpa kesulitan berarti.
Turun melalui jalur gedong songo ini bisa kita tempuh selama kurang lebih 4 jam berjalan normal. Tetapi karena aku saat ini sedang mengejar waktu, maka aku mempercepat langkahku dengan sesekali berlari jika medan jalur pendakian landai atau datar.
Aku tak mau kemalaman di jalan. Bagaimanapun juga aku tetap manusia biasa yang memiliki rasa takut. Jika bisa menghindari waktu malam, waktu dimana "mereka" banyak beraktifitas, kenapa tidak? Begitulah pikirku.
Di awal jalur ini terdapat banyak pohon besar yang usianya mungkin sudah ratusan tahun. Dan di antara belantara ini pula aku bisa merasakan banyaknya penghuni yang mungkin juga merasakan kehadiranku.
Tak segan mereka berusaha menampakkan diri di depanku. Baik di bawah pohon, gelantungan di dahan maupun di antara semak belukar yang sangat rimbun.
Namun tak satupun yang terlihat jelas bentuknya. Hanya sekedar bayangan hitam atau putih yang ketika aku balas melihat justru menghilang. Aku tak memperdulikannya, aku hanya terus berjalan, kadang berlari supaya bisa segera sampai di tujuanku kali ini, yaitu gedong songo.
Tapi secepat apapun aku berlari, aku tetap memiliki batas kemampuan fisik. Hingga petang menjelang, aku belum juga sampai di area gedong songo.
Gelap mulai merayapi sisi bumi ini, dan mata-mata yang tadinya terpejam kini mulai menampakkan tatapannya.
~intermezzo~

Cerita terbaru saya sudah tersedia di @karya
Aku sempatkan menjalankan sholat maghrib terlebih dulu. Apapun situasi dan kondisinya, sebagai umat manusia yang memiliki iman kita harus tetap menjalankan kewajiban.
Sungguh bukan hal mudah beribadah dalam situasi semacam ini. Bermacam godaan berusaha menggoyahkan kekhusukanku saat menghadap Illahi.
Mulai dari suara langkah kaki, suara samar orang bicara, suara tertawa pelan namun seolah menyayat hati, serta godaan-godaan lainnya.
Sejatinya jin juga termasuk umat Allah yang memiliki kewajiban beribadah kepadaNya. Namun di antara jin tersebut juga ada yang membangkang, tidak mau beribadah, suka menggoda manusia supaya iman manusia ini goyah,
tidak takut kepada Allah, tetapi takut kepada mereka hingga pada akhirnya tunduk dan menjadi pengikut jin yang sesat. Golongan jin tersebut biasa disebut sebagai setan.
Usai menjalankan sholat maghrib, aku bergegas melanjutkan perjalananku ini. Entah sebuah keberuntungan atau sekaligus kesialan, sejak dulu aku memang memiliki kepekaan atas kehadiran mereka. Namun aku tak pernah bisa melihat bentuk mereka secara jelas.
Terutama bentuk-bentuk yang menyeramkan, paling hanya mendengar suara atau sekedar melihat bayangan samar.
Tetapi jika mereka muncul dengan menyerupai bentuk makhluk fana secara jelas, aku bisa melihatnya, namun tak bisa merasakan bahwa mereka adalah makhluk gaib, seperti saat bertemu seseorang saat perjalanan mendaki sebelum sampai puncak tadi.
Semakin lama aku berjalan, aku merasakan "mereka" seolah semakin banyak yang mengikutiku. Tak bisa dipungkiri, kini rasa takut semakin merayapi seluruh sanubariku. Aku seolah semakin terpengaruh dengan godaan-godaan mereka.
Hingga ketika aku sampai di kawasan sabana, dimana lokasi gedong songo sudah semakin dekat, aku merasakan langkahku semakin berat. Aku seperti merasakan kelelahan yang luar biasa. Padahal aku tidak membawa beban berat seperti pendaki pada umumnya.
Dengan bersusah payah aku terus berusaha melangkahkan kakiku ini. Sampai pada suatu ketika aku merasakan seluruh tubuhku ini lemas dan jatuh terduduk.
Dalam kondisiku saat ini aku memejamkan mata, berusaha memusatkan pikiran dan konsentrasi diiringi doa yang kupanjatkan dalam hati. Kini aku merasakan seluruh badanku panas, panas yang seolah membakar.
Berusaha semakin keras melawan kondisi ini, aku semakin merasakan kesadaranku memudar. Hingga pada akhirnya aku tersadar seperti dikelilingi banyak sekali orang berdiri memandangku yang terbaring tak berdaya. Ya.. mereka hanya memandangku.
Tak berapa lama, entah apa yang terjadi, mereka semua tiba-tiba pergi seolah ketakutan dan aku kembali sadar sepenuhnya. Aku melihat sekelilingku berusaha berorientasi dengan tempatku saat ini. Aku melihat senterku tergeletak di tanah persis di sebelahku.
Di sekitarku hanya gelap. Samar kulihat haparan padang rumput dan beberapa pohon di sana. Suara adzan samar kudengar terlontar dari pelantang mushola atau masjid di bawah sana. Nampaknya sekarang sudah memasuki waktu sholat isya'.
Dan dengan terdengarnya suara adzan, artinya kini aku sudah tidak terlalu jauh dari pemukiman terdekat. Alhamdulillah ya Allah, berkat izinMu aku masih bisa mendengar suara adzan, masih diberikan keselamatan lahir dan batin untuk terus menyembahMu dalam ibadahku.
~intermezzo~

Cerita terbaru saya dengan tema berbeda sudah tersedia di @karyakarsa_id
Silahkan baca duluan
⬇️⬇️⬇️⬇️
karyakarsa.com/Henrysetiawan8…
Usai menjalankan sholat isya' aku melanjutkan perjalananku. Kali ini aku merasakan langkahku jauh lebih ringan dari sebelumnya. Mereka yang ada di sini masih tetap mengawasi setiap langkahku dari dalam kegelapan.
Kali ini mereka tak lagi menampakkan diri di depanku, tapi aku tahu pasti mereka masih tetap di sekitarku, jadi aku harus tetap waspada dan konsentrasi.
Sekitar satu jam kemudian, aku telah sampai di area candi gedong songo. Aku masuk melalui pintu belakang, tepatnya melalui sela-sela pagar yang tidak rapat.
Sepi sekali suasana di sini. Wajar, hari ini bukan akhir pekan, jd tak ada yang ngecamp di sini. Di hutan pinus bagian belakang area candi gedong songo ini memang dulu biasa digunakan untuk camping. Entah sekarang masih atau tidak aku tdk tahu, karena aku sudah lama tidak kesana.
Aku melangkahkan kaki menuju ke arah pintu keluar, karena percuma juga aku di sini. Selain tidak ada orang lain, aku juga tidak membawa tenda. Jadi lebih baik aku beristirahat di tempat yang biasa digunakan wisatawan istirahat di dekat loket candi gedong songo.
Di depan loket terdapat semacam ruangan terbuka yang biasa digunakan istirahat wisatawan yang kesini. Aku akan tidur di sana malam ini. Karena warung-warung juga semuanya tutup.
Salah satu judul baru sudah tersedia di @Kary
Semalaman ini aku bisa istirahat dengan tenang. Tak ada satupun gangguan dari mereka yang tak kasat mata. Meski kuakui mereka masih tetap mengawasiku dari kejauhan. Dari pekatnya gelap malam yang mampu mengerdilkan nyali siapapun.
Entah sisi lain mana aku juga tak mengetahuinya. Makna dari mimpi itu pun aku juga tak bisa memahaminya, dan aku hanya menganggapnya sebagai bunga tidur saja.
Tepat adzan subuh aku terbangun. Usai melaksanakan kewajiban, aku membersihkan diri di toilet umum. Pagi harinya aku sarapan di warung sekitar sini. Usai sarapan aku sempatkan jalan2 menikmati pemandangan di candi gedong songo.
Hari ini ada beberapa pengunjung yang datang. Dan siangnya aku pun pulang untuk kembali menjalani hari-hariku yang biasa saja.

Tamat
Cerita Pendakian Solo Gunung Ungaran Selesai.
Artinya rangkaian cerita horor pergunungan juga selesai. Kecuali nanti ada narsum yang ingin berbagi cerita. Minggu depan kita lanjut dengan tema baru yg berkaitan dengan ilmu hitam, santet, penumbalan, dan hal lainnya yang berkaitan.
Salah satu judul baru sudah tersedia di @karyakarsa_id
Kalian bisa baca duluan sekaligus beri dukungan. Terima kasih 🙏🙏
karyakarsa.com/Henrysetiawan8…
Cerita lainnya bisa teman2 simak di index berikut ini yaa
⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Henry Setiawan

Henry Setiawan Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @loopdreamer

May 4
Sebelum mulai, jangan lupa bantu Like, Komen, RT dan follow biar rame yaa.. terima kasih..
Cerita ini hanya 2 part dan sudah tamat di @KaryaKarsa jika ingin langsung baca sampai selesai sekaligus beri dukungan bisa langsung meluncur

⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️
Part 2 : karyakarsa.com/Henrysetiawan8…

Dukungan kalian sangat berarti bagi saya
Read 87 tweets
Apr 13
TERSESAT DI GUNUNG LAWU
(Bertemu Pendaki Misterius)
-sebuah thread horror-
(Part 1)

Ijin tag & tolong bantu RT ya kakak @bacahorror @IDN_Horor @ceritaht @HorrorBaca @autojerit @diosetta @rabumisteri @mwv_mystic

#bacahorror #ceritahorror #horror #threadhorror #IDNH Image
Pengalaman pertama mendaki Gunung Lawu menjadi sebuah pengalaman yang tidak terlupakan. Kira-kira teror apa saja yang mereka alami? Dan bagaimana caranya mereka bisa selamat?
Cerita ini hanya 3 part dan sudah tamat di @karyakarsa_id
Kalau mau baca duluan atau download ebook sekaligus memberi dukungan bisa buka link di bawah ya

Part 2
⬇️⬇️
karyakarsa.com/Henrysetiawan8…
Read 320 tweets
Apr 12
Part 3 (Tamat)
Cerita horor pergunungan ini memang rata2 singkat ya. Tapi tetep seru kok.

TERSESAT DI GUNUNG LAWU
Bertemu Pendaki Misterius

Sementara baru tersedia di @karyakarsa_id ya..

Besok baru kita mulai part 1 nya di sini
@bacahorror
@IDN_Horor
karyakarsa.com/Henrysetiawan8…
Mitosnya ketika kita tersesat di Lawu jika bertemu dengan burung jalak maka kita akan selamat.

Apakah benar begitu? Kita cari tahu sama-sama yaa..
Sambil berfikir untuk menentukan kemana lagi arah kami nanti berjalan, aku masih terus memperhatikan burung jalak yang sedari tadi masih bermain-main di pinggir telaga ini.
Read 7 tweets
Apr 5
Yang nunggu ending cerita teror diksar, besok di update yaa.. Cerita Tersesat di Gunung Lawu part 2 sudah tersedia di @karyakarsa_id
⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️
karyakarsa.com/Henrysetiawan8…
@bacahorror @IDN_Horor @ceritaht @HorrorBaca @autojerit @rabumisteri
#bacahorror #horror #threadhorror #IDNH
Dari sinilah kesalahan fatal terjadi. Aku yang biasanya memilih tidak melakukan pergerakan ketika kondisi tidak aman seperti ini memilih nekat melanjutkan perjalanan.
Padahal ini adalah pertama kalinya aku kesini. Sejujurnya ada rasa ragu, tetapi entah dorongan dari mana seolah menyuruhku untuk segera melanjutkan perjalanan. Mungkin itu egoku sendiri yang berambisi ingin segera sampai puncak.
Read 4 tweets
Mar 30
DIKSAR MENCEKAM
KELOMPOK PENCINTA ALAM
-sebuah thread horor-
(Part 1)

Ijin tag & tolong bantu RT ya kakak @bacahorror_id @IDN_Horor @ceritaht @HorrorBaca @diosetta @RestuPa71830152

#bacahorror #ceritahorror #horror #threadhorror #ceritahorrorpendaki Image
Sebuah kelompok pencinta alam tingkat sekolah SMA baru saja dibentuk. Guna melengkapi keanggotaan, mereka mengadakan kegiatan pendidikan dasar atau diksar.
Lokasi yang dipilih ternyata berada di sebuah hutan pinus di lereng salah satu gunung di jawa tengah.

Hutan pinus itu memang terkenal sangat angker dengan penghuni yang usil.

Kira-kira teror apa saja yang mereka alami?
Read 235 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(