Sebulan berlalu. Marlina kini telah menempati rumahnya yang baru. Dia begitu senang. Impiannya telah tercapai. Apalagi melihat Sinta yang nampak bangga dengan kamar baru miliknya sendiri.
Marlina sendiri sengaja menempati kamar yang ada di lantai dua demi terjaganya privasi. Dia tak mau Sinta jadi curiga saat dia sedang menerima kedatangan suami gaibnya.
Namun rupanya bukan hanya Marlina dan Sinta saja yang pindah ke rumah itu. Sejak hari pertama, Marlina kerap melihat 'anak-anaknya' muncul di beberapa sudut rumah.
Bahkan ular-ular itu sudah dua kali mendatanginya demi meminta jatah darah.
Tapi kini Marlina tak takut. Dia biarkan ular-ular itu menggigit dan menghisap darahnya bagai anak yang minta disusui. Toh nanti bekasnya juga hilang. Rasa sakitnya pun masih bisa ditoleransi.
Kini fokus Marlina tertuju pada hal lain. Dia ingin segera memenuhi niatnya untuk membuka toko.
Bukan apa-apa, sudah sejak bulan lalu dia memutuskan untuk berhenti kerja. Jadi dia harus segera memulai bisnisnya sebagai kedok dari pesugihannya.
Dan dengan uang yang kini dia miliki, hal itu bukan perkara yang sulit untuk diwujudkan. Tak butuh waktu lama, Marlina mendirikan sebuah gerai kosmetik pada salah satu mall ternama di kota itu.
Hanya sebuah kios kecil, tapi itu sudah cukup bagi Marlina. Dia tak butuh toko yang besar karena itu hanya buang-buang biaya.
Tak ada pembeli pun tak masalah. Dia tak butuh omsetnya. Yang penting toko itu bisa jadi tameng penyamaran dari uang haram yang kelak dia raih.
Tapi semua itu sudah pasti mengundang pertanyaan Sinta. Gadis remaja itu heran kenapa tiba-tiba mamanya bisa membuka sebuah toko.
Tapi Marlina sudah menduga kalau Sinta akan mempertanyakannya. Dia pun telah siap dengan jawabannya. Dia bilang kalau toko kosmetik itu milik Ningsih dimana dia diminta untuk mengelolanya.
Sempurna.
*******
Hingga malam itu, Marlina baru saja pulang dari tokonya. Sebenarnya dia paling menghindari pulang malam. Dia enggan bila harus lewat di depan sebuah warung remang dimana sering jadi tempat berkumpulnya supir-supir angkot yang kerap usil menggodanya.
Dan kekhawatiran Marlina pun terbukti. Baru saja dia lewat di depan warung itu, nampak dua orang lelaki yang sedang duduk-duduk dan langsung berkicau usil begitu melihatnya melintas.
"Baru pulang neng? Mau abang anter?" Ujar lelaki bertubuh kurus jangkung yang langsung berdiri lalu mendekat sambil cengengesan. Tercium aroma alkohol yang menyengat dari mulutnya.
"Jangan mau neng! Masa jalan kaki? Mending naik motor sama abang. Tapi kita jalan-jalan dulu ya?" Sahut temannya yang bertubuh gempal dengan tato di lengannya.
Marlina seketika merinding. Apalagi tak ada orang lain di sekitar situ. Marlina pun mempercepat langkahnya sambil menundukkan wajah demi menghindar dari kedua lelaki itu yang tertawa terbahak-bahak di belakangnya.
Hingga sampai di satu jalan sepi dekat tanah kosong yang dipagari seng, langkah Marlina melambat karena dia pikir situasinya sudah aman. Namun dia langsung kaget saat lelaki jangkung tadi tiba-tiba sudah muncul di hadapannya.
"Mau kemana neng?"
Marlina meradang. Dia pun spontan menghardik lantang. "Mau apa kamu? Jangan kurang ajar ya!"
Tapi alih-alih ciut, lelaki itu malah mendekat dengan mata jelalatan memandangi tubuh Marlina yang terbalut pakaian ketat mengundang hasrat.
Marlina pun terpaksa mundur. Namun dia kembali kaget saat lelaki gempal bertato yang satunya lagi tiba-tiba sudah ada di belakangnya dan langsung memeluknya erat-erat!
"Hahaha.. Percuma teriak! Nggak bakal ada yang dengar! Ayo Jon! Nanti keburu ada yang lihat!" Ucap lelaki gempal itu kepada temannya sambil berusaha membawa Marlina menuju tanah kosong.
Tapi bukannya menjawab, si lelaki jangkung malah memekik keras...
"AAAAH!"
Semua terkejut termasuk Marlina. Nampak ada seekor ular yang sedang mendesis dekat kaki lelaki jangkung itu yang kini meringis kesakitan sambil terpincang-pincang.
"Ya ampun! Ular Jon!" Teriak si lelaki gempal sambil menunjuk-nunjuk hingga tanpa sadar melepaskan pelukannya pada Marlina. Marlina pun langsung lari terbirit-birit meninggalkan kedua lelaki itu.
Esok harinya terdengar kabar yang menghebohkan. Dua orang lelaki ditemukan tewas dekat tanah kosong dengan tubuh yang pucat bagai tanpa darah!
Penduduk sekitar pun heboh. Apa yang terjadi dengan kedua lelaki itu? Apalagi tak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada jasad keduanya. Hanya ada luka bekas gigitan ular yang justru membuat segalanya makin membingungkan.
Marlina yang mendengar kabar itu pun juga ikut bingung. Apa mungkin itu ulah dari anak-anaknya? Atau malah suaminya gaibnya? Dia tak tau.
Namun dari peristiwa itu, Marlina coba ambil sisi baiknya. Kedua lelaki kurang ajar itu memang pantas menerima ganjarannya. Andai saja waktu itu sang ular tidak muncul, entah apa yang akan terjadi dengan dirinya.
*******
Hingga suatu hari, rumah Marlina kedatangan tamu. Tamu yang kehadirannya sama sekali tak pernah dia harapkan. Dia Om Samuel, adik dari papanya.
Sejak papanya Marlina dipenjara yang menyebabkan kejatuhan ekonomi keluarganya, Om Samuel dan keluarganya langsung menjauh. Mereka terang-terangan memutus tali hubungan keluarga dengan alasan tak mau ikut menanggung malu.
Hal itu jelas membuat Marlina jengkel. Bagaimana tidak? Saat papanya sedang ada di puncak karir, Om Samuel tak henti datang merongrong. Bahkan dia merengek agar papanya mau membiayai kuliah Selvi -anak Om Samuel satu-satunya- sampai lulus.
Tapi di saat papanya tersangkut masalah, Om samuel malah berpaling. Bahkan sejak papanya masuk penjara, tak pernah sekalipun Om Samuel atau keluarganya datang menjenguk.
Dan yang paling menyakitkan, waktu Marlina datang saat dia dilanda kesulitan, Om Samuel langsung buang badan. Lelaki itu seolah tak perduli. Dia sama sekali tak mau membantu Marlina, bahkan mengusirnya. Sungguh keterlaluan.
"Halo Marlina. Apa kabar? Lama kita nggak ketemu." Ucap Om Samuel dengan senyum palsunya.
Marlina balas sunggingkan senyum sinis. Sebenarnya dia malas untuk menanggapi, namun dia tak mau dianggap tak sopan.
"Aku baik-bak saja Om. Darimana Om tau kalau aku pindah ke sini?"
"Dari tetangga di tempatmu yang lama. Kemarin Om datang kesana untuk menengokmu, tapi ternyata kamu sudah pindah. Wah, hebat ya kamu sekarang? Dengar-dengar katanya kamu juga punya toko?"
Marlina tak langsung menjawab. Tadinya dia ingin merendah agar Om Samuel tak curiga. Tapi hati kecilnya justru berkata sebaliknya.
Tak ada gunanya merendah di hadapan manusia tak kenal balas budi seperti ini. Sekalian saja dia sombongkan diri setinggi langit sekedar untuk memberi pelajaran.
"Ya gitu lah Om. Semua yang Om dengar itu memang benar. Aku sekarang punya rumah sendiri. Aku juga punya toko kosmetik. Sebentar lagi mau buka cabang baru." Jawab Marlina sengaja melebih-lebihkan.
"Oh ya? Luar biasa! Tapi maaf, memangnya kamu punya uang darimana? Apa jangan-jangan ada uang papamu yang selama ini kamu sembunyikan?"
Mata Marlina langsung mendelik. Ingin rasanya dia tampar mulut lelaki ini. Tapi Marlina lebih memilih untuk membalas dengan sindiran pedas.
"Maaf ya Om, semua ini hasil kerja kerasku, tak ada sangkut-pautnya dengan uang papa yang memang sudah ludes. Nasib orang bisa berubah asal mau usaha, bukannya mengemis merengek pada orang lain."
Wajah Om Samuel seketika memerah merasa tersindir. Lelaki itu nampak menahan emosi. Tapi hal itu justru membuat hati Marlina puas.
Namun di luar dugaan, alih-alih marah, Om Samuel malah menjawab dengan nada lembut yang dibuat-buat.
"Iya, kamu betul. Kita memang harus usaha kalau ingin sukses. Makanya Om sengaja datang kesini. Om mau ajak kamu kerja sama."
"Kerja sama? Kerja sama apa?" Tanya Marlina.
"Jadi begini, Om mau buka usaha jual beli mobil bekas. Prospeknya cukup bagus. Tapi Om butuh tambahan modal. Gimana? Kamu tertarik?" Jawab Om Samuel antusias.
Bibir Marlina langsung mencibir. Dia tak sedikit pun percaya dengan ucapan Om Samuel. Hatinya bilang kalau semua itu hanyalah tipu muslihat belaka. Dia yakin kalau Om Samuel yang mata duitan ini sedang bersiasat untuk memperdaya dirinya.
"Maaf Om, aku tak tertarik." Balas Marlina terkesan acuh tak acuh.
Tapi Om Samuel pantang menyerah. Dia coba terus membujuk Marlina dengan bualannya yang terdengar makin memanjakan telinga.
"Ayolah Marlina.. Om yakin bisnis ini akan menguntungkan. Uangmu akan bertambah banyak dalam waktu singkat. Sebenarnya Om bisa saja ajak orang lain, tapi Om mau menjalankan bisnis ini bersama keluarga sendiri."
Marlina ingin sekali tertawa mendengarnya. Keluarga? Dia masih anggap aku keluarga? Cuih! Dimana dia saat aku membutuhkannya? Batin Marlina meradang hingga akhirnya dia memberikan jawaban dengan nada yang jauh lebih ketus.
"Nggak Om. Aku benar-benar nggak minat. Om nggak perlu maksa. Maaf, aku mau istirahat. Lebih baik Om pulang saja."
Demi mendengar jawaban itu, Om Samuel langsung naik pitam hingga dia melepaskan topeng keramahannya dan kembali menunjukkan sikap aslinya.
"Heh! Sombong sekali kamu! Baru punya uang sedikit saja lagakmu sudah selangit! Lihat saja nanti, kamu pasti akan menyesal!" Hardik Om Samuel lalu berbalik pergi.
Marlina menanggapinya dengan ekspresi datar. Dia tau Om Samuel akan bereaksi seperti itu. Tapi mungkin itu lebih baik. Dia berharap dengan sikapnya tadi, Om Samuel akan jera dan tak lagi datang menemuinya.
Berita tentang kematian bayi itu langsung membuat geger. Bagaimana tidak? Seorang bayi yang baru lahir tiba-tiba saja mati akibat digigit ular. Sungguh tragis.
Dan yang lebih mengherankan lagi, sang bayi rupanya tewas bukan karena racun dari sang ular, melainkan karena kehabisan darah!
Setelah masuk dan mengunci pintunya, Marlina langsung berjongkok di lantai kamar mandi. Perutnya makin melilit. Lalu dia paksakan mengejan hingga akhirnya terasa ada sesuatu yang keluar dari kemaluannya..
Plok!
Marlina menjerit tertahan dengan mata terbelalak!
Ada telur berwarna abu-abu berbintik hitam yang langsung menggelinding di lantai kamar mandi!
Pada batang-batang dahan pepohonan, nampak bergelantungan begitu banyak potongan tubuh manusia!
Ada potongan lengan, kaki, dan bagian tubuh lain yang entah bagaimana tersampir begitu saja pada dahan-dahan pohon yang ada di sekeliling kedua orang yang tengah menari itu...
******
Ngabuburit sambil baca ceritanya Yudha seru kali ya? Untuk sementara nangkring di @karyakarsa_id dulu. Upload di twitter segera menyusul 🙏