Restu Wiraatmadja Profile picture
Jun 7 142 tweets 16 min read Twitter logo Read on Twitter
SANTET KERANGKENG SUKMO (3)
“Serangan mematikan di Siti Pangaliran”
(Babad Keluarga Ningrat)

@bacahorror #ceritaseram #santet #ngiprikethek #bacahorror Image
Bagian III
‘’PERANG GETIH BIRU’’
Tubuh Mas Krishna tergeletak di jalanan. Dia yang mempertanggung jawabkan harga diri dan menjaga marwah sebagai seorang ningrat terhormat harus dikoyak oleh sosok Raden Angkoro yang telah merubahnya menjadi Kethek Ireng.
‘’Sampai kapan kau akan mempertahankan jati dirimu sebagai seorang ningrat? Darah birumu tidaklah akan berguna karena kau seorang manusia yang tercipta dengan kelemahan yang sempurna.’’
Sembari menatap Raden Angkoro yang sudah kembali ke posisi semula, mas krishna masih menahan rasa sakit di bagian perutnya akibat terkena cakaran dari Kethek Ireng perubahan dari Raden Angkoro.
Dia tidak henti-hentinya memikirkan bagaimana caranya untuk bisa lari dari cengkraman Raden Angkoro.
‘’Krishna … Aku hanya meminta untuk dibukakan akses menuju Siti Pangaliran. Selebihnya, kau boleh melakukan apapun dan hidup selayaknya manusia.’’
‘’Cuih … ‘’
Mas Krishna meludah dengan penuh kekesalan. Dia sadar, air liurnya sudah bercampur dengan darah. Nyawanya sudah mulai terancam. Namun, dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk menyelamatkan Raden Rahardian dari kejaran Raden Angkoro dan juga Raden Sengkuni.
‘’Darah biruku tidak menentukan apa yang akan aku terjadi di masa depan. Semua manusia terlahir sama tanpa ada yang menggolong-golongkannya. Kecuali, hal ini berlaku seperti orang sepertimu, angkoro!”
‘’Apa maksudmu?”
‘’Kalianlah yang menyebabkan adanya golongan-golongan dari para manusia. Entah itu orang-orang ningrat, rakyat jelata, para pejabat, para komunis bayaran dan lain sebagainya. Kalian semua yang sudah menjadikan manusia bermacam-macam bentuknya!’’
Raden Angkoro tertawa mendengar penuturan dari Mas Krishna. Ia sama sekali tidak mengira bahwa Mas Krishna akan menyalahi segala tindakan yang dilakukannya.
Namun, apa daya, mas krishna memang salah satu dari keluarga ningrat yang tidak memiliki hal-hal yang berkaitan supranatural seperti yang lainnya.
Dia yang memang terlahir dari keluarga ningrat harus puas menelan banyaknya kelemahan.
‘’Krishna … Bergabunglah bersamaku. Aku akan memberikanmu sebuah kekuatan yang lebih. Aku akan menjadikanmu sebagai trah ningrat yang sangat ditakuti!’’
Berbagai ajakan terus dilontarkan oleh Raden Angkoro agar Mas Krishna mau bergabung bersamanya.
Mas Krishna tahu, tujuan mereka adalah untuk menduduki sebuah tempat yang bernama Siti Pangaliran.
Jika semuanya terjadi, maka keseimbangan trah ningrat akan bergeser. Raden Rahardian bisa tertangkap, raden suropto bisa terbunuh dan Raden Sengkuni akan meraup banyak keuntungan.
Dari hati yang terdalam, mas krishna menyesal mengapa dirinya terlahir seperti orang yang tidak memiliki apapun.
Dia bahkan tidak bisa membendung sedikit pun penyerangan yang sudah lama terjadi.
Jati dirinya seperti seorang pengecut. Dia bahkan sempat melarikan diri untuk menghindari kejaran dari Keluarga Brotoseno yang ingin menjadikannya sebagai tumbal pengawal dari ritual ngipri kethek.
‘’Bagaimana, krishna?’’
Mas Krishna masih terdiam. Ia tidak bisa membayangkan jika dirinya akan tergabung ke dalam rombongan mereka.
Ketakutan dan rasa ketidak percayaan dirinya tumbuh begitu saja.
Dia juga tidak bisa menentukan bagaimana alur kehidupan yang akan dia jalani ketika dirinya benar-benar akan menjadi seorang pengkhianat.
‘’Raden Angkoro … ‘’
‘’Akhirnya kau menemukan jawabanmu.’’
‘’Apakah keinginan dari kalian yang sebenarnya? Mengapa kalian semua sampai sejauh ini untuk membasmi semua orang-orang dari ningrat?’’
‘’Mengenai itu, aku tidak bisa mengatakannya.’’
‘’Apa maksudmu?’’
Raden Angkoro terdiam sejenak. Dia tidak menyangka bahwa Mas Krishna akan menanyakan sebuah pertanyaan yang sangat sulit untuk dijawabnya.
‘’Apakah tujuanmu sebenarnya, angkoro? Mengapa kau ingin membinasakan orang-orang ningrat?’’
‘’Mengenai itu, aku tidak bisa menjawabnya.’’
‘’Apakah kau sedang bekerja untuk sesuatu?’’
‘’Iya, benar. Aku sedang bekerja untuk sesuatu. Aku sedang bekerja kepada penguasa yang membawahi 7 keluarga ningrat.’’
‘’7 Keluarga Ningrat?’’
Raden Angkoro seperti menyesal telah memberitahu akan misi dan tujuannya kepada Mas Krishna. Ia lalu mendekati Mas Krishna dan mencekik lehernya dengan kuat.
‘’Kau tahu, aku sudah susah payah untuk mengajakmu. Jadi, jangan harap kau akan selamat jika kau tahu akan tujuanku yang sebenarnya.’’
Mas Krishna tidak bisa berbuat apa-apa. Sembari menahan rasa sakit, ia lebih memilih untuk memikirkan siapa-siapa saja yang termasuk dalam 7 anggota keluarga ningrat yang bekerja terhadap salah satu penguasa.
Jika memang apa yang dikatakan oleh Raden Angkoro benar, itu berarti, mereka akan saling melahap satu sama lain dengan membinasakan para anggota ningrat yang di luar dari 7 keluarga ningrat tersebut.
‘’Sebentar lagi, lehermu akan patah.’’
Mas Krishna tidak punya cara lain. Jika dia mati dengan cepat, dia tidak akan bisa memberitahu kepada Raden Artonegoro akan tujuan yang sebenarnya dari Raden Angkoro.
‘’Le—pas—kan!!’’
‘’Tidak akan! Aku akan mematahkan lehermu, merobek perutmu dan membuangmu ke sungai perintisan.’’
Sungai perintisan adalah sebuah sungai yang diyakini sebagai orang-orang ningrat sebagai tempat bersemayamnya para siluman buaya putih.
Orang-orang percaya bahwa, sungai perintisan itu sendiri adalah sungai yang digunakan untuk menghukum orang-orang ningrat,
rakyat jelata dan lain sebagainya yang telah melanggar ketetapan hukum yang berlaku.
‘’Ba—baik! Le—pas—kan du—lu!’’
Dengan ibanya, raden angkoro pun melepaskan cekikan tersebut. ia mempercayai Mas Krishna yang sudah merasakan kesakitan di bagian leher akibat cekikan luar biasa yang di arahkan oleh Raden Angkoro.
‘’Uhuk! Uhuk! Uhuk!’’
‘’Kau tidak punya pilihan lagi, krishna.’’
‘’Ya, memang. Aku sudah memutuskan sesuatu.’’
Raden Angkoro tersenyum. Dia tahu, mas krishna akan memilih untuk bergabung bersamanya dan menjadi bagian dari ambisi serta tujuannya untuk para penguasa yang membawahi 7 Keluarga Ningrat.
Suasana malam hari di Siti Pangaliran benar-benar terasa sangat panjang waktunya. Angin yang menusuk ke tubuh Raden Suropto seperti memberikan sebuah pertanda aneh yang dia yakini akan sesuatu yang akan terjadi di masa depan.
‘’Angkoro … Bagaimana bisa dirinya kembali dihidupkan? Sudah kuduga, campur tangan orang-orang Raden Sengkuni telah memberikan perubahan sangat besar.’’
Raden Suropto masih terpaku di hadapan bangunan besar yang di balik bangunan itu sendiri terdapat pepohonan yang sangat lebat.
Dia lambat laun menyadari ada sesuatu kejanggalan yang memang telah hadir dari balik pepohonan tersebut.
Entah memang karena penglihatannya yang makin menambah usia makin memburuk, atau memang karena ada kehadiran yang tidak terduga dari sesuatu yang mendiami lama di pepohonan tersebut.
Tidak berselang lama, suara teriakan terdengar jelas di salah satu kamar. Raden Suropto langsung berlari ke arah kamar tersebut. Dia mengenali suara teriakan tersebut.
‘’Raden Rahardian … ‘’
Suara teriakan itu datang dari Raden Rahardian yang sedang tertidur. Lagi-lagi, dia mendapatkan sebuah pangaweruh yang sangat menyiksa pikiran dan mentalnya.
Setibanya di kamar, raden suropto telah melihat Raden Rahardian sedang ditenangkan oleh seorang penjaga yang dikenal sebagai benteng dari Siti Pangaliran itu sendiri.
‘’Kang Hardjo … ‘’
‘’Suropto, anak ini telah melihat sesuatu.’’ Ucap Kang Hardjo, orang yang menjaga Siti Pangaliran
Memang benar, kemampuan pangaweruh milik Raden Rahardian tidak sepenuhnya diambil oleh Raden Sengkuni.
Ini membuktikan, raden rahardian masih memiliki inti dari kemampuan pangaweruh itu sendiri karena bisa mendapatkan sebuah penglihatan yang akan terjadi di masa depan.
‘’Melihat sesuatu?’’
‘’Dia baru saja berteriak seperti orang ketakutan. Ternyata, di dalam penglihatannya, dia melihat akan ada sebuah marabahaya yang akan terjadi di Siti Pangaliran.’’
Kang Hardjo memahami pangaweruh yang dimiliki oleh Raden Rahardian. Karena dia adalah yang bertugas selaku membentengi Siti Pangaliran dan kunci utama untuk memasuki Siti Pangaliran.
‘’Apa ada maksud lain, kang? Maksudku, marabahaya apa yang akan terjadi di Siti Pangaliran lewat pangaweruh milik Raden Muda ini?’’
‘’Sebentar lagi, siti pangaliran akan diserang!’’
‘’Diserang?”
Sementara itu …
Raden Angkoro membawa Mas Krishna ke sebuah tempat yang memang menjadi lokasi sebagai pusat dari perkumpulan orang-orang yang telah bersekutu dengan Raden Angkoro dan juga Raden Sengkuni.
Semua pengawal mereka menggunakan pakaian serba rapih. Bahkan tidak heran, mas krishna juga melihat ada beberapa orang di sana yang memiliki wibawa layaknya seorang pejabat pemerintahan.
Mereka sedang berkumpul untuk membahas sesuatu yang entah apa dan tujuannya sendiri tidak diketahui oleh Mas Krishna.
‘’Ini?’’ Tanya Mas Krishna sewaktu melihat sebuah bangunan besar yang dengan cepatnya berubah operasi menjadi sebuah markas besar.
‘’Benar. Dulunya bangunan ini adalah pabrik bawang. Tempat dimana aku dan saudaraku (Raden Jogopati) melakukan sebuah ritual.
Namun, karena keberlangsungan kedatangan dari Raden Sengkuni, maka, aku dan dia (Raden Sengkuni) memutuskan untuk mengalihkan semuanya sebagai tempat pertemuan.’’
Mas Krishna dibawa ke dalam suatu tempat dan menghindari keramaian orang-orang yang menatapnya dnegan tatapan yang kurang mengenakkan.

Sampai akhirnya, mas krishna dipertemukan oleh seseorang yang memang menjadi pusat dari segala permasalahan yang baru-baru saja dilakukan.
Orang itu adalah si pembuat onar, orang yang memiliki kemampuan untuk menaburkan jengges ke langit-langit desa dan disebut sebagai kelelawar pencuri. Siapa lagi kalau bukan RADEN SENGKUNI!
Mas Krishna terkejut saat melihat aura mematikan yang dipancarkan oleh Raden Sengkuni. Tidak seperti biasanya, raden sengkuni benar-benar mengeluarkan performa mematikannya untuk berjaga-jaga terhadap orang-orang ningrat seperti Mas Krishna.
‘’Kau?’’ Ucap Raden Sengkuni
‘’Mas Sengkuni, aku sengaja menculiknya.’’ Ucap Raden Angkoro
‘’Apakah dia orang yang kumaksud, angkoro? Aku hanya ingin bocah si pemilik pangaweruh itu! Aku tidak peduli dengan orang-orang yang membawahinya!” Jelas Raden Sengkuni
Sesaat, raden angkoro terdiam. Dia hanya bisa bersabar dalam menjelaskan maksud dan tujuannya terhadap Raden Sengkuni.
‘’Begini, kang mas. Bolehkah aku menjelaskan maksud dan tujuanku mengapa diriku membawa Krishna?’’ Tanya Raden Angkoro
‘’Silahkan. Jelaskan padaku apa maksud dan tujuanmu membawanya.’’
‘’Dia adalah orang yang mampu membaca manuskrip-manuskrip kuno keluarga ningrat. Orang-orang sepertinya sangat langka.
Kemampuannya tidak sama seperti kita yang memiliki penglihatan supranatural dan perubahan bentuk ke dalam sesuatu yang kita inginkan. Kecerdasannya dalam membaca manuskrip kuno bisa dibilang sangat lihai dan diakui oleh keluarga ningrat lainnya termasuk dari Keluarga Brotoseno!”
Ternyata, kemampuan yang dimiliki oleh Mas Krishna itu sendiri adalah mampu membacakan manuskrip-manuskrip kuno yang menunjukkan kepada sesuatu masa dimana terkenalnya sebuah masa kegelapan orang-orang ningrat terdahulu.
‘’A—pa?’’
‘’Benar, kang mas. Dia juga adalah orang yang memiliki akses menuju sebuah tempat yang disebut sebagai Siti Pangaliran. Di sana, bocah pangaweruh itu disembunyikan oleh Raden Suropto.
Namun, untuk masuk ke sana, kita membutuhkan orang dalam. Dan Krishna adalah orang yang bisa dijadikan kunci untuk penyerangan selanjutnya ke Siti Pangaliran.’’
Mas Krishna hanya terdiam. Batinnya menangis dan merasakan kesedihan. Dia tidak bisa berbuat apa-apa selain mempasrahkan diri terhadap takdir yang telah mengantarkannya kepada sebuah kondisi yang kurang menguntungkan.
Entah mengapa, dia ingin sekali melarikan diri dari tempat dimana dirinya berada. Namun, menghadapi dua orang ningrat dengan kemampuan yang sangat mengerikan, sangat sulit bisa melarikan diri seperti itu.
‘’Baiklah. Aku paham maksudmu, angkoro.’’
‘’Kita juga bisa memanfaatkannya sebagai senjata rahasia kita untuk menundukkan 7 Keluarga Ningrat lainnya.’’
‘’Sebentar, aku tidak paham maksudmu.’’
Raden Angkoro tersenyum bahagia. Dia sudah bisa meloloskan sebuah asumsi yang membuat Raden Sengkuni mau mengikuti segala rangkaian keinginan yang diberikannya.
Dengan begitu, dia juga bisa menjadi sebuah pisau bermata tiga yang mampu menusuk ke bagian belakang tubuh Raden Sengkuni.
‘’Aku ingin Krishna menjadi penghubung antara kita berdua dengan tuan besar kita.’’
Ide dari Raden Angkoro benar-benar membuat Raden Sengkuni tersenyum bahagia. Dia bahkan tidak menyangka jika apa yang telah dilakukan oleh Raden Angkoro benar-benar sangat menguntungkan baginya.
‘’HAHAHAHA! Tidak kusangka, setelah kubangkitkan kembali, kemampuan berpikirmu semakin lebih baik. Aku setuju itu!”
Di hadapan Mas Krishna telah berdiri dua orang manusia iblis yang sedang merayakan ide baiknya untuk memanfaatkan kemampuan yang dimiliki olehnya.
Mas Krishna hanya termenung. Hatinya hampa. Suasana sesaat berubah menjadi redup. Dia teringat sewaktu belum terjadinya insiden ngipri kethek.
Saat itu, dia masih melihat kedua orang tuanya yakni Nyi Endang dan Raden Argoyo yang sedang menimang anak paling kecil.
‘’Esa … Dia akan kuberi nama Esa. Semoga saja, di masa yang akan datang, anak-anak dan keturunannya menjadi sosok panutan bagi orang-orang sekitar.’’
Saat itu, mas krishna merasa cemburu. Dia bahkan tidak pernah mendapatkan kebahagiaan sebaik itu melebihi kebahagiaan yang diterima oleh adiknya sendiri.
Akan tetapi, itu bukanlah sebuah ketakutan yang ada di dalam dirinya. Saat yang bersamaan, mbak neneng membuat keributan. Dia juga ingin diangkat tubuhnya seperti layaknya Nyi Esa.
Tidak kusangka, petaka mematikan yang sekarang terjadi adalah orang terdekat yang memiliki sifat iri dan dengki. Dia ingin merampas kebahagiaan orang lain dan menjadikannya sebagai orang yang hanya memiliki kebahagiaan itu sendiri.
Kini, dirinya di hadapi oleh dua manusia iblis yang hendak merampas berbagai kebahagiaan orang lain.
Mas Krishna sadar, dirinya tidak memiliki apapun.
Namun, dia sendiri hanya memiliki kemampuan yang sangat berguna untuk bisa mengetahui sebuah zaman kegelapan yang dapat menundukkan semua keluarga ningrat di masa sekarang.
Lanjut habis Rabu Misteri, ya!
Jangan lupa join spacenya
(Tempat kediaman Raden Artonegoro)
Tidak seperti pagi di waktu biasanya, sebuah hal yang mengejutkan saat dimana Keluarga dari Raden Artonegoro sedang berkumpul untuk membahas sesuatu terkait dengan keadaaan pasti dari Raden Rahardian di Siti Pangaliran,
Kyai Sukri saat itu sering mengunjungi Raden Artonegoro. Dia hendak menyampaikan sebuah pesan singkat yang mungkin saja dapat didengar oleh Raden Artonegoro.
‘’Kita harus ke Siti Pangaliran, arto.’’ Ucap Kyai Sukri kepada Raden Artonegoro
‘’Tapi, kang. Apa semuanya bisa? Kita belum tahu rencana selanjutnya yang akan dijalankan oleh Raden Angkoro dan Raden Sengkuni.’’
‘’Justru itu kita harus membantu Raden Suropto dan juga Krishna.’’
‘’Maksud Kang Sukri?’’
‘’Jika Pangaweruh itu berhasil diambil oleh Raden Sengkuni, maka, raden rahardian tidak mungkin di bawa ke Siti Pangaliran.
Namun, jika pangaweruh itu gagal diambil, itu menandakan Raden Suropto sengaja membawa Raden Rahardian ke sana untuk melindungi Pangaweruh yang dimiliki oleh Raden Rahardian.’’
Raden Artonegoro mulai memahami apa yang dipikirkan oleh Kyai Sukri. Dia sadar, ternyata Raden Suropto dan Mas Krishna telah memperkirakan ini semua.
Karena memang Siti Pangaliran sendiri adalah sebuah tempat yang memungkinkan orang-orang yang memiliki niat jahat tidak akan bisa masuk ke dalam sana, maka, siti pangaliran adalah sebuah benteng yang diperuntukkan Raden Rahardian agar menghindari kejaran dari Raden Sengkuni.
‘’Apakah kau paham maksudku?”
‘’Iya, kang. Aku paham.’’
‘’Baiklah. Kita harus ke sana secepatnya.’’
Sebelum Raden Artonegoro memutuskan hal tersebut, nyi ending dan juga Aisyah lebih dulu mempertahankan niat mereka berdua.
‘’Apakah akan terjadi sesuatu di Siti Pangaliran?’’ Tanya Nyi Endang
‘’Benar.’’ Jawab Kyai Sukri
‘’Bukankah Siti Pangaliran adalah sebuah tempat yang tidak bisa dijebol oleh apapun?’’
‘’Ada pengecualian.''
‘’Pengecualian?’’
Kyai Sukri mengangguk. Dia sebenarnya tidak enak hati untuk mengatakan hal ini. Namun, apapun itu semuanya bisa berubah dengan cepat dan strategi yang dimainkan oleh Raden Angkoro dan juga Raden Sengkuni bukanlah sebuah strategi yang biasa-biasa saja.
Mereka berdua masih memiliki karakter yang sama seperti Belanda dengan cara mengendalikan orang-orang ningrat dengan strategi ‘’Devide et empira’’ atau Strategi adu domba.
Akan tetapi, jika hal itu tidak bisa menembus terhadap orang-orang ningrat, maka, strateginya adalah dengan menjadi seekor ular untuk menembus lubung padi yang sudah dipenuhi oleh tikus-tikus.
‘’Aku tidak bisa mempastikannya. Namun, jika kita sampai telat, maka bisa dipastikan akan banyak korban yang berjatuhan.’’ Jelas Kyai Sukri kepada Nyi Endang
Namun tetap saja, nyi endang masih belum bisa mengizinkannya. Di lain sisi, dia sangat khawatir dengan keadaan Raden Rahardian, di sisi lain, dia juga sangat khawatir dengan pengkhianatan yang dilakukan
oleh Raden Sengkuni yang bisa saja menaburkan kembali jengges-jengges yang mampu membuat orang-orang di sekitaran menjadi korban selanjutnya.
‘’Aku tidak ingin melihat mayat-mayat yang bergelimpangan lagi di tanah ini.’’ Jelas Nyi Endang kepada Kyai Sukri
‘’Tapi, bu. Keselamatan Raden Rahardian lebih penting untuk sekarang.’’ Ucap Raden Artonegoro
‘’Lalu? Bagaimana dengan Raden Sengkuni? Mungkin saja dia mengkhianati janji kita semua untuk tidak menyerang kembali desa ini? Bagaimana jika jengges-jenggesnya kembali dilangitkan dan menyerang para warga sekitar?
Sudah banyak mayat-mayat yang bergelimpangan di jalanan, tangisan anak kecil, suara pasrah dan putus asa bagi wanita-wanita hamil, dan bertambahnya banyak janda akibat di tinggal oleh suaminya yang gugur akibat terkena Jengges mematikan itu.’’
Nyi Endang sedikit emosi dengan apa yang selama ini dia pendam. Dia tidak ingin melihat kerusakan lagi di tempatnya dia berada.
Dia juga merasa menyalahkan diri karena di dalam tubuhnya telah mengalir darah biru yang menjadi petaka untuknya dan juga orang-orang terdekatnya.
‘’Mengapa orang-orang ningrat seperti mereka memiliki tindakan layaknya iblis yang tidak memiliki hati selembut manusia?”
Pernyataan Nyi Endang membuat Kyai Sukri dan juga Raden Artonegoro tidak bisa berbuat apa-apa.
Mana mungkin juga Raden Artonegoro akan pergi ke Siti Pangaliran sedangkan keselamatan dari Nyi Endang dan juga Nyi Aisyah sedang diperhitungkan.
Karena sudah berada di puncak pemikiran, akhirnya, kyai sukri bangkit dari duduknya.
Ia kemudian mengatakan yang sejujurnya terkait dengan niat dan keinginannya ke Siti Pangaliran.
‘’Siti Pangaliran adalah sebuah lautan bagi mereka yang memiliki hati sangat kotor.
Namun, dia juga akan menjadi tempat ternyaman selama para pengganggu ningrat itu tidak menyerangnya.’’
Sekali lagi, kyai sukri menekankan kepada Raden Artonegoro dan juga Nyi Endang bahwa dirinya akan berangkat menuju Siti Pangaliran untuk melindungi Raden Rahardian dan juga yang lainnya.
Mungkin, kyai sukri sedikit kesal dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Nyi Endang terkait dengan penyesalan menjadi seorang ningrat.
Karena itulah, dia seperti memberi penekanan kepada Nyi Endang dan juga orang-orang ningrat lainnya masih meragukan dirinya sendiri.
‘’Sebenarnya, tidak ada yang salah kita terlahir apapun. Baik terlahir menjadi orang ningrat, rakyat jelata, pejabat Negara, seorang kyai atau apapun itu. Kita tidak bisa mengukur garis keturunan kita dari siapa yang melahirkan kita.
Namun, kita bisa menjadikan itu sebagai suatu kehormatan bahwa kita adalah orang yang dilahirkan sebagai perubahan yang akan terjadi setelahnya.’’
Setelah mengatakan hal tersebut, kyai sukri akhirnya meninggalkan mereka semua. Entah mengapa, kyai sukri begitu tulus untuk bisa mengatakan hal itu kepada Nyi Endang.
Namun, kyai sukri sepertinya melakukan hal tersebut tanpa tujuan. Bisa saja, ada sesuatu yang ingin dia lindungi.
Sementara itu …
Keadaan di Siti Pangaliran berubah menjadi sangat mencekam tatkala pemberitaan dimana Mas Krishna yang tertangkap basah diketahui oleh Raden Suropto dan juga Kang Hardjo.
Mereka berdua tidak menyangka bahwa Raden Sengkuni dan juga Raden Angkoro telah mengambil aset terbesar mereka.
‘’Sialan! Ini semua salahku!’’ Ucap Raden Suropto yang kesal karena pemberitaan Mas Krishna yang sudah tertangkap oleh komplotan manusia iblis tersebut.
‘’Perkiraanku memang benar.’’ Jelas Kang Hardjo
‘’Kita tidak memiliki orang yang mungkin bisa membaca manuskrip kuno.’’
‘’Namun, kita tidak bisa memandangnya sebagai hal negative saja. Kemungkinan besar, ada maksud lain yang memang sengaja dilakukan oleh Mas Krishna.’’
Raden Suropto tidak mengerti akan maksud dari perkataan yang baru saja dikatakan oleh Kang Hardjo.
‘’Tunggu? Apakah Krishna dengan sengaja agar dirinya tertangkap?’’ Tanya Raden Suropto
‘’Menurutku seperti itu. Karena dia adalah satu-satunya dari banyaknya anggota keluarga ningrat yang mampu membaca manuskrip kuno, itu menandakan, dia akan mencari sesuatu yang sangat penting.’’
‘’Sesuatu yang sangat penting?’’
‘’Dia akan mencari sebuah manuskrip kuno yang menceritakan tentang zaman kegelapan orang-orang ningrat di masa lampau.’’
Deg! Jantung Raden Suropto berdegup dengan kencang. Dia baru menyadari apa yang dipikirkan oleh Kang Hardjo.

‘’Tapi, itu akan menjadi masalah baru bagi kita semua, suropto. Dengan tertangkapnya Krishna, bisa dipastikan, tabir dari Siti Pangaliran akan terbuka dengan lebar.’’
Tabir di Siti Pangaliran terbentuk dari sebuah pagar ghaib yang menutupi Siti Pangaliran dari hal-hal semacam gangguan ghaib.
Karena itulah, tidak semua orang bisa masuk ke tempat ini karena di Siti Pangaliran sendiri dilengkapi sebuah pagar ghaib yang memungkinkan orang-orang berniat jelek ataupun sosok-sosok kiriman seperti santet, teluh, jengges atau lainnya tidak akan bisa masuk.
Dengan tertangkapnya Mas Krishna, besar kemungkinan pagar ghaib akan hancur dan menjadi sebuah malapetaka baru di Siti Pangaliran sendiri.
‘’Kang … ‘’ Ucap Raden Suropto
‘’Ada yang ingin kau sampaikan?” Tanya Kang Hardjo
‘’Benar, kang. Ini terkait tentang Raden Rahardian, bocah pangaweruh itu. Besar harapanku untuk bisa melindunginya. Maukah kau berjanji kepadaku akan satu hal?”
‘’Janji?’’
‘’Iya, kang. Aku mohon kepadamu untuk menyembunyikannya di sebuah tempat yang aman. Aku tidak ingin jika Raden Muda ini tertangkap. Misi mereka adalah mengambil bocah pangaweruh ini.’’
Permintaan dari Raden Suropto benar-benar membuat Kang Hardjo berpikir keras. Dia tidak menyangka bahwa waktu bergulir dengan sangat cepat dan generasi demi generasi selanjutnya akan lahir.
‘’Tunggu dulu. Apa kau ingin melakukan sesuatu?’’
‘’Benar. Aku ingin menghadapi mereka.’’
‘’Tapi dengan apa?”
‘’Tenang saja, kang. Aku tidak seperti yang kau kira. Aku juga manusia biasa namun di dalam darahku, aku masih memiliki sebuah ikatan dengan sesuatu yang tidak kau ketahui.’’
Kang Hardjo makin penasaran, apa yang ingin dia lakukan. Apakah Raden Suropto benar-benar ingin membendung serangan-serangan yang dilakukan oleh Raden Sengkuni dan yang lainnya.
Jika besar kemungkinan itu terjadi, maka, akan ada pertumpahan darah di Siti Pangaliran beserta kerusakan-kerusakan besar yang akan terjadi.
‘’Apa yang ingin kau lakukan? Mereka semua bukan manusia biasa.
Raden Angkoro dapat merubah diri sebagai Siluman Monyet Ireng, sedangkan Raden Sengkuni memiliki Jengges dan juga dapat merubah dirinya sebagai Siluman Lowo Ireng. Apa yang bisa kau lakukan untuk menghadapi dua monster berbahaya itu?”
Raden Suropto kemudian menunjukkan tangannya. Dia kemudian melukai tangannya dengan pisau kecil yang selalu dipegangnya kemana pun.
‘’Aku masih memiliki darah brotoseno, kang. Keluarga Brotoseno memiliki berbagai macam kemampuan. Selayaknya Raden Angkoro yang dapat merubah dirinya menjadi Siluman Ketek Ireng,
lalu Raden Jogopati yang dapat merubah dirinya menjadi Siluman Kethek Putih, dan aku sendiri berbeda dari mereka berdua.’’
Kang Hardjo makin tidak memahami apa maksud dan tujuan dari Raden Suropto. Semua jalan pikirannya untuk melindungi Raden Muda Rahardian telah dikerahkannya, namun, dengan tertangkapnya Mas Krishna, besar kemungkinan jika peperangan besar akan terjadi.
‘’Aku ingin menggunakan Kerangkeng Sukmo untuk mengikat mereka berdua di alam lain. Jika berhasil, mereka akan sirna untuk selama-lamanya.’’
‘’Tapi, kerangkeng sukmo itu adalah sebuah perjanjian dirimu dengan jiwamu sendiri. Jika gagal, maka kau akan mati.’’
Raden Suropto tersenyum. Ia kemudian kembali meyakinkan kepada Kang Hardjo untuk bisa memberikan semangat yang membara agar bisa mengalahkan dua raden itu.
‘’Aku tidak akan takut akan kematian, kang. Kematian adalah sebuah jalan untuk lebih dekat kepada Sang Pencipta. Jika kita tidak akan takut terhadap kehidupan yang kita jalani, mengapa kita enggan cepat-cepat bertemu dengan Sang Pencipta?”
Semua ulasan yang diberikan oleh Raden Suropto sudah sangat jelas. Apa yang akan dilakukan oleh Kang Hardjo terhadap Raden Muda sudah dia pikirkan demi menghindari peperangan ini.
‘’Baiklah. Aku akan lakukan sebisaku.’’ Jelas Kang Hardjo
Raden Suropto tersenyum lebar. Ia memeluk tubuh Kang Hardjo sebelum nantinya dia sendiri yang akan membuka Pagar Ghaib Siti Pangaliran dan menghadap dua raden tersebut di luar Siti Pangaliran.
Sementara itu …
Kyai Sukri memberanikan diri untuk berangkat ke Siti Pangaliran. Dia berencana untuk membawa Raden Rahardian kembali ke desa sebelum peperangan tiba.
‘’Waris … Aku akan laksanakan titahmu. Kita sama-sama mengabdi kepada Raden Argoyo dan berjanji untuk menjaga keturunannya. Aku sendiri akan lakukan apapun yang aku mampu sebelum peperangan itu tiba.’’
Ternyata, kang waris dan juga Kyai Sukri adalah dua abdi kepercayaan dari Raden Argoyo, suami dari Nyi Endang.
Jika diperjelas, raden argoyo sendiri adalah Kakek dari Raden Rahardian dan Bapak dari Nyi Esa.
Pantas saja Kyai Sukri sangat tulus untuk merawat anak-anak dari Raden Artonegoro dan juga Nyi Esa oleh sebab perjanjian abdi yang mengikat dirinya dan juga Kang Waris.
Namun …
Raden Sengkuni dan Raden Angkoro telah berangkat menuju arah Siti Pangaliran sekaligus bersamaan dengan Mas Krishna dan salah satu pejabat yang diyakini akan menjadi penyambung lidah terhadap Tuan Besar yang membawahi 7 Keluarga Ningrat.
‘’Tuan Besar pasti senang jika kita membawa Raden Muda dengan kemampuan Pangaweruhnya.’’ Ujar Raden Sengkuni
‘’Hahaha … Ingat, projek kita masih banyak. Aku minta agar kasus penutupan lahan yang tertutupi lumpur itu segera dibereskan.
Aku tidak ingin mendengar banyak ocehan rakyat jelata lagi.’’ Jelas Pejabat X yang belum diketahui namanya itu
‘’Serahkan saja padaku … Aku tahu siapa yang dapat menutupnya.’’ Ucap Raden Angkoro
Part-4 akan dilanjut minggu depan, ya!
Sedikit spoiler, di part-4 ini akan diceritakan asal usul Trah Brotoseno, trah sengkuni dan beberapa trah lainnya yang masih dalam kuasa 7 keluarga ningrat.

Akan ada bocoran sedikit terkait salah satu abdi dari 7 trah keluarga ningrat yang sangat ditakuti.
Yang mau baca duluan, part-4 sudah update di karyakarsa. Part-4 ini lumayan epic untuk dibaca karena penuh dengan pertarungan antara kedua belah pihak.

Ini link-nya
karyakarsa.com/Restuwiraatmad…

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Restu Wiraatmadja

Restu Wiraatmadja Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @RestuPa71830152

May 29
''JANGGAL''
LUWANG MAYIT-2 (BISIKAN KEMATIAN)
@bacahorror #bacahorror #ceritaserem #ngunduhjiwo #luwangmayit #pesugihan Image
Yang baru follow atau baru ngikutin, cerita ini adalah kelanjutan dari Ngunduh Jiwo.

Untuk part-1 Luwang Mayit saya drop sini, ya

Ngunduh Jiwo part 1 sampai 12 saya drop ke sini ya
Read 163 tweets
May 22
SANTET KERANGKENG SUKMO (2)
“Serangan mematikan di Siti Pangaliran”
(Babad Keluarga Ningrat)

@bacahorror #ceritaseram #santet #ngiprikethek #bacahorror Image
Yang baru baca, alurnya dari ngipri kethek dulu, ya. Biar nanti nyambung ceritanya

Read 202 tweets
May 17
LUWANG MAYIT - BISIKAN KEMATIAN
(Dimana suara bisikan itu berbunyi, di situ dia berada)

#malamjumat #ceritaseram #pesugihan #ngunduhjiwo #luwangmayit
@bacahorror #bacahorror Image
Yang mau baca duluan, klik link di bawah ini, ya. Update Jam 8 malam.

karyakarsa.com/Restuwiraatmad…
Cerita ini adalah kelanjutan dari cerita Ngunduh Jiwo
Read 184 tweets
May 8
DISANTET OLEH MANTAN PACAR SENDIRI

A Thread
Kejadian ini merupakan sebuah pengadaptasian sosial yang di alami oleh salah satu orang bernama Wati saat diriya disantet oleh mantan pacarnya sendiri hingga berujung maut.
Wati merupakan seorang karyawati di salah satu perusahaan di Jawa Barat. Ia memiliki seorang pacar bernama Arif. Awal-awal mereka berpacaran, tidak ada satu pun kendala atau masalah. Keduanya masih dalam kisah percintaan yang sama seperti yang lainnya.
Read 48 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(