KEMBALI DARI KEMATIAN, TERSESAT 11 HARI DI GN WELIRANG
[A THREAD]
“Bang, siapin yang mateng, siapa tau perjalanan kita ini jadi dolumentasi kita yang terakhir,” celetuk Ino
“Jangan gitu, kita mau ke alam bebas,” sahut Jemmy
Kisah nyata dua sahabat Jemmy dan Ino di Gn Welirang
Sebelum lanjut, jangan lupa bookmark dulu, biar gak kelewatan cerita epic satu ini. Jangan lupa like, retweet dan share juga ya
Ino, yang merupakan mahasiswa tingkat akhir DKV UPN Veteran Jawa Timur, sedang menyelesaikan tugas akhirnya, sebuah project buku, mengajak sahabatnya Jemmy untuk mendaki Gunung Welirang
Rencana Ino, di sana ia akan mengambil foto untuk melengkapi project tugas akhirnya
Ino dan Jemmy mempersiapkan perlengkapan mendaki dan peralatan fotografi. Ketika sedang mempersiapkan apa saja yang akan dibawa, tiba-tiba Ino berkata,
“Bang, ini siapin yang mateng, siapa tau perjalanan kita kali ini jadi bukti dokumen kita yang terakhir."
“Jangan kaya gitu, kita mau ke alam bebas, jangan kaya gitu” sahut Jemmy
Ino hanya membalas dengan tertawa kecil. Jemmy tidak menghiraukan perkataan Ino dan lanjut melakukan persiapan
20 Desember 2012.
Hari Ino dan Jemmy berangkat
Berangkat dari Surabaya, sampai di Sidoarjo mereka menyempatkan untuk makan. Ketika sedang makan lagi-lagi Ino berkata,
“Bang makan yang kenyang, siapa tau besok kita sudah di atas kita udah tidak bisa makan lagi”
“Wey kamu ngomong sekali lagi kaya gitu, kita pulang saja” timpal Jemmy
“Enggaklah bang bercanda” kata Ino menutup percakapan
Pukul 21.00 mereka tiba di pos pendakian Gunung Welirang, Ino mengurus perizinan, Jemmy mengecek peralatan, kamera dan perlengkapan mendaki lainnya
Selesai mengurus izin mendaki Ino meminta Jemmy untuk mengambil fotonya
Kemudian foto yang baru saja diambil itu ia posting ke status Blackberry Messenger-nya, dengan caption,
“Menjauh dari peradaban.”
Seolah-olah Ino merasa akan terjadi sesuatu.
Rencananya mereka akan mendaki dan bermalam di Gunung Welirang selama lima hari sampai tanggal 25 Desember
Sambil menikmati pemandangan mereka memulai pendakian
"Welirang" atau Walirang dalam bahasa Jawa berarti belerang
Di sekujur lerengnya ditumbuhi tetumbuhan kawasan hutan Dipterokarp Bukit
Memiliki tinggi 3.156 mdpl, Gunung Welirang terletak di antara Kabupaten Nalang, Pasuruan dan Mojokerto
Jam menunjukkan 22.00, perjalanan sampai saat itu lancar tanpa kendala. Ino dan Jemmy melanjutkan perjalanan melewati jalur Tretes keesokan harinya
Lalu tibalah mereka di Pos 2 Kokopan, tepatnya jam 1 siang, Jemmy meminta untuk beristirahat sebentar di Pos 2
Namun Ino menyarankan untuk beristirahat di spot setelah Pos 2 yang menurut dia lebih nyaman dan lebih ‘oke’ untuk beristirahat
Spot itu lumayan tersembunyi, agak menurun, di depannya terhampar tanah lapang yang terawat, terdapat tunggak pohon, aliran air yang mengalir...
...dan sebuah penanda petilasan yang ditulis dalam aksara Jawa kuno
Mereka beristirahat sejenak, tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore. Perjalanan mereka lanjutkan. Tapi baru saja memulai perjalanan, Ino bertanya,
“Karena di situ biasanya orang baru diliatin sama Mbahnya” kata Ino, merujuk ke ‘mbah’ pemilik petilasan yang disebutkan sebelumnya
Jemmy tidak menggubris, dan lanjut berjalan
Pukul 5 sore, mereka sampai di Alas Lalijiwo, Hutan Lalijiwo, yang kental dengan mitos-mitosnya
Salah satunya adalah larangan melewati hutan tersebut ketika batas antara terang dan gelap, atau terbenamnya matahari
Karena Ino dan Jemmy sudah terlanjur sampai di sana, mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan
Ino yang berjalan di depan, menyuruh Jemmy untuk mempersiapkan pisau tebas,
"Nanti kalo ada apapun di depan yang menghalangi jalan, tebas saja, hewan liar atau apapun," kata Ino
Baru saja memulai perjalanan, badai datang
Sekitar dua jam berjalan melewati Hutan Lalijiwo disertai badai, entah karena lelah atau apa, Jemmy seperti melihat sekelebatan di antara pohon
“Bang senternya gak usah ditaro ke atas atau ke mana, biarkan sambil jalan saja” kata Ino
Mungkin Ino juga menyadari sekelebatan yang terlihat oleh Jemmy, sampai ia berkata seperti itu
Setelah melalui satu tanjakan, dan menemui tanjakan lain di depannya, Ino meminta untuk rest sebentar
Dari kejauhan tempat mereka beristirahat, terdengar suara jip, mereka pikir itu adalah jip penambang belerang
Tidak lama kemudian, lampu jip terlihat. Sambil merokok dan beristirahat Ino dan Jemmy memperhatikan lampu jip tersebut
Lama-kelamaan lampu jip tersebut berubah warna, seperti nyala bola api, yang tadinya menyala dua buah lampu, berubah menjadi empat, kemudian enam, dan warnanya berubah seperti warna obor, oranye menyala
Merasa ada yang aneh mereka langsung buru-buru melanjutkan pendakian
21 Desember 2012 Pukul 21.30
Ino dan Jemmy sampai di Pos 3. Pos 3 ini merupakan pos pondokan tempat para penambang tinggal dan beristirahat selama mereka berada di sana
Ino dan Jemmy membangun tenda di antara pondokan penambang tersebut
23 Desember 2012
Semua rencana berjalan lancar, selama dua hari sebelumnya Ino dan Jemmy naik ke lokasi penambangan belerang untuk mengambil dokumentasi
Malam harinya Ino dan Jemmy bertemu rombongan pendaki lain dari Jogja
Rombongan ini bertanya kepada mereka, lebih baik ke puncak Arjuno atau ke puncak Welirang terlebih dahulu
“Lebih baik ke Arjuno dulu” jawab Ino, sambil membuatkan peta buta, dan menjelaskan rute dan detil selama nanti di perjalanan
Dari situ Jemmy tau, Ino paham betul dengan jalur ini, setidaknya kalau mereka (amit-amit) terpisah, Ino bisa kembali ke jalur untuk meminta pertolongan
Selesai mengobrol, Ino dan Jemmy beristirahat karena besok mereka berencana untuk kembali ke penambangan belerang
24 Desember 2012
Ino dan Jemmy pergi mengambil dokumentasi di penambangan belerang. Meskipun ada beberapa gesekan dengan penambang, karena ketatnya peraturan pengambilan gambar. Ditambah lokasi penambangan yang memang sangat berbahaya
Mereka beristirahat sebentar sebelum turun ke Pos 3 tempat tenda mereka berada
“Bang kita foto lagi yok berdua,"
“Siapa tau jadi foto yang terakhir buat kita berdua, siapa tau kalo misalnya kita terpisah, ini jadi foto kenangan kita” sambung Ino
Jemmy yang sedikit kesal dengan kata-kata Ino tidak menganggap serius perkataan Ino, walaupun akhirnya ia turuti juga kemauannya untuk berfoto
24 Desember 2012 pukul 12.30
Mereka memulai perjalanan turun. Di tengah perjalanan mereka berpapasan dengan tiga penambang belerang yang membawa bongkahan belerang di keranjang pikulnya
Ino menyapa mereka dengan ramah,
“Nyuwun sewu, permisi”
Tetapi tidak ada jawaban dari tiga orang tersebut. Mereka hanya mematung, tanpa ekspresi, pun tidak berbicara satu sama lain
Setelah melewati tiga penambang tadi, Ino melompati jalan bebatuan menurun, curam, tapi tingginya hanya sekitar 50 cm
Terdengar suara lonceng di tas Ino berbunyi —-Ino dan Jemmy memang sengaja mengikatkan lonceng di tas masing-masing untuk mengetahui posisi keduanya ketika jarak pandang tidak memadai—-
Semakin lama suara lonceng di tas Ino semakin cepat berbunyi, seperti seseorang berlari
Panik, Jemmy langsung mengejar Ino, melewati tiga penambang tadi, mengejar Ino sampai ke tanah lapang vegetasi pinus, tapi semakin lama suara lonceng semakin jauh dan Ino tidak terlihat lagi
"Wah enggak lucu ini kalo bercanda, oh atau mungkin Ino langsung ke tenda?" pikir Jemmy.
Tiba-tiba hujan deras turun, Jemmy berteduh beberapa saat, sampai hujan reda dan melanjutkan perjalanannya kembali
Begitu sampai di tenda, Jemmy terkejut, ternyata Ino belum sampai di tenda. Kondisi tenda pun masih seperti pada saat ditinggal ketika berangkat
Pikiran Jemmy mulai gelisah dan khawatir, teringat perkataan Ino ketika berfoto berdua tadi siang
Jemmy bergegas keluar tenda bertanya apa penambang di sekitar tenda melihat Ino
Mereka menjawab tidak melihat
Terakhir kali ya saat bersama Jemmy mengambil foto. “Mungkin masih mengambil gambar, di tebing sana pemandangan matahari terbenamnya bagus” jawab salah satu penambang
Sampai menjelang petang, Ino belum juga kembali ke tenda
Penambang tadi bertanya lagi kepada Jemmy“Mas temennya sudah balik?”
“Belum itu pak” jawab Jemmy
Perasaan Jemmy mulai tidak enak. Hari sudah mulai gelap dan awan mendung perlahan menutupi langit
Benar saja, hujan deras kembali turun. Waktu menunjukkan pukul 6 sore
Jemmy yang terlihat gusar menunggu Ino di dalam tendanya yang kurang terlindung dari hujan deras, diajak salah satu penambang untuk masuk ke pondokannya
Hujan mereda, suasana sunyi malam mulai terasa
Tetapi, di tengah suasana sunyi itu tiba-tiba saja Jemmy mendengar suara gending Jawa dari kejauhan. Samar-samar terdengar, tapi kadang terasa terdengar jelas
Jemmy bertanya kepada bapak penambang,
“Pak, siapa pak yang punya gawe penduduk sini di bawah?”
Sambil tersenyum tidak enak ia menjawab “Mas sudah berapa hari di sini? Selama di sini berapa kali dengar adzan?”
Bookmark dulu ya guys, adminnya lagi twitwar di akun personal, nanti dilanjut😂😭
Lanjut ya,
******
Berarti itu suara dari mana?
Mitos yang berkembang kalau sudah terdengar suara gending, mbahu rekso sedang ngunduh mantu, si pihak perempuan yang punya gawe
Kebanyakan pendaki pun disarankan turun kalau sudah mengalami hal seperti ini
"Saya takutnya mas, temen sampean disukai oleh beberapa penghuni Gunung Welirang sampe akhirnya dia gak balik dan kita denger suara gending ini" sambung bapak penambang
Jemmy yang tadinya tidak begitu percaya dengan mitos tersebut, langsung berpikir jangan-jangan memang benar
Jemmy sudah tidak bisa berpikir jernih, bagaimana ia menyampaikan kabar ini ke keluarga Ino
Waktu menunjukkan pukul setengah 12 malam ketika hujan deras kembali turun
Tenda sengaja Jemmy buka, sisa makanan yang tinggal mie instant dan bubur instant sengaja ia tidak makan
Seandainya Ino datang dalam kondisi kelaparan atau basah kuyup, Ino bisa langsung makan
Jemmy tidak bisa tidur, membayangkan berbahayanya berada di luar sana, di alam liar sendirian dengan kondisi yang mungkin saja membuat Ino tidak bisa bertahan semalaman
Pagi hari sebelum berangkat menambang, bapak penambang yang semalam berbincang dengan Jemmy kembali menanyakan keadaan Jemmy, menawarkan bantuan untuk mencari Ino bersama empat orang temannya
Jemmy menelusuri jalur yang kemarin mereka lalui sampai ke lokasi penambangan belerang
Jemmy memastikan ada atau tidak tanda Ino terperosok atau jejak yang ditinggalkan Ino
Seharian ia mencari keberadaan Ino, namun tidak membuahkan hasil dan petunjuk sama sekali
Sampai ia terpikir untuk meminta bantuan teman-temannya yang berada di Surabaya
Selama pendakian dan bermalam sebenarnya hampir tidak ada sinyal, tapi mendadak pukul 5 sore, sinyal blackberry penuh
Jemmy mengirim pesan memberi tahu kalau Ino hilang dan sudah hampir 2x24 jam belum ditemukan. Tidak ada balasan sampai jam 9 malam, karena sinyal kembali hilang
Sekitar jam 9 malam, pesan dan telepon masuk, Jemmy meminta temannya melaporkan ke pos perizinan kalau ada pendaki yang hilang, dan meminta dibawakan perbekalan karena perbekalan mereka tingga sedikit
Namun laporan tidak ditanggapi karena harus rekannya sendiri yang melapor
Akhirnya teman-teman Jemmy langsung bergegas berangkat menuju Malang
Jam 12 malam itu, teman-teman Jemmy memulai pendakian, dan sampai di Pos 3 jam 10 pagi
Mereka datang berlima, Satu orang membongkar tenda dan empat orang lainnya ikut Jemmy mencari Ino di titik nol Ino hilang
Dua puluh menit mencari, tiba-tiba kabut hitam datang melingkar, jarak pandang mereka manjadi hanya sekitar 1,5 meter
Khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, mereka berkumpul untuk kembali turun. Anehnya ketika menjauh, kabut itu sudah tidak ada
Pada saat perjalanan turun, Jemmy bertemu rombongan pendaki Jogja yang empat hari lalu bertemu di Pos 3.
“Lho mas ke mana temenya?”
“Hilang mas” jawab Jemmy
“Lho kok hilang? Dia bisa buatin kita peta buta kok bisa hilang?”
“Gak tau mas hilangnya tuh aneh dia hilang di depan saya”
Sesampainya di Pos Perizinan Jemmy melaporkan hilangnya Ino, agar proses pencarian bisa sehera dilakukan
Dua orang temannya diminta pulang untuk memberi kabar ke keluarga Ino, sisanya ikut dalam proses pencarian
Esok harinya orang tua Ino datang. Jemmy langsung menghampiri Ibu Ino dan berkata,
“Bu, enggak usah khawatir, gimanapun keadaannya, saya akan tetap cari Ino sampai ketemu, berangkat berdua, pulang orang berdua, bagaimanapun keadaannya, saya gak akan pulang, saya akan cariin”
27 Desember 2012
Proses pencarian dimulai. Tim dibagi menjadi 13 SRU dengan total personil 59 orang
Sampai hari keempat pencarian, belum ada petunjuk, hingga muncul kejanggalan
Jemmy ikut serta ke dalam salah satu SRU. Dalam kelompok juga ikut serta seekor anjing SAR
Mereka berjalan menyusuri bekas air bah di antara tebing, lalu samar-samar mereka dengar suara rintihan
“Mas ini suara temanmu bukan?” tanya ketua SRU Jemmy
"Iya!" jawab Jemmy
Anjing SAR yang ada di situ tiba-tiba memberontak, lepas dan lari kencang menuju semak-semak
Tapi belum sampai ke mana anjing itu berlari, tiba-tiba anjing tersebut kembali dengan sangat ketakutan
Jemmy dan anggota SRU lainnya berjalan menuju tujuan anjing SAR itu lari, tidak ada apa-apa, hanya semak belukar dan semacam lubang yang sangat dalam di antara semak-semak itu
Malam harinya, seluruh tim SRU melakukan evakuasi di Pos 3
Muncul kejanggalan lain, SRU yang ditugaskan pencarian di atas, bertanya apakah ada SRU yang berada di sekitar pos mengirimkan satu orang bergabung dengan SRU di atas?
Karena ada satu orang, ketika pencarian dia ada, tapi pada saat evaluasi tidak ada
SRU yang bertugas di bawah bilang tidak mengirim siapapun untuk bergabung
Lalu siapa sebenarnya personil yang ikut bergabung itu?
Salah satu tim SAR yang merupakan penduduk asli bertanya,
"Mas ciri-cirinya bagaimana?"
"Laki-laki, berkulit putih pake jaket ada bulunya, matanya agak sipit sepeti orang tionghoa, badannya tinggi kekar"
"Pakai syal kuning tidak?"
"Oh iya kadang pakai syal kuning kadang dijadikan sebagai ikat kepala"
"Oh yasudah gak ada gak apa, lupakan saja"
"Siapa mas?" tanya Jemmy penasaran
"Itu steven mas, korban hilang di Welirang tahun 1998 sampai saat ini belum ditemukan, hanya syalnya saja yang ditemukan"
**DEG!**
Perasaan Jemmy campur aduk, takut karena mulai ada hal aneh yang menganggu, takut juga karena memikirkan nasib Ino
Evaluasi ditutup
Esoknya pencarian dilanjutkan, dan bukti keberadaan Ino ditemukan, diantaranya bungkus marie regal, bungkus rokok kretek dan bekas perapian
Hari ke-5 pencarian
Ketika seluruh SRU sedang evaluasi, dari bukit sebelah terdengar teriakan
“Tolooong… tolooong di sini butuh cahaya”
“Jemmy sini, ini suara Ino bukan?” tanya salah satu tim SAR
“Iya!” jawab Jemmy
Terlihat sorot senter dari bukit sebelah, mengarah ke langit sampai senter kehabisan daya
Disusul tiupan peluit, bukan tiupan panjang, lebih kepada tiupan dari nafas yang terengah-engah seakan nafasnya sudah mau habis
Untuk memastikan, lampu sorot diarahkan ke bukit sebelah, kemudian tim memasang tali raffling untuk menyebarang ke bukit sebelah, karena jika memutar akan memakan banyak waktu
Setelah tali selesai, 10-15 orang anggota tim SAR mulai menyebrang
Jemmy menunggu dengan cemas
Ketika tim SAR sampai di sana dan melakukan penyisiran di bukit yang tidak terlalu lebar, cukup untuk dicover 10-15 orang
Tidak ada
Ya, tidak ada seorangpun ditemukan
Semua orang di sana bingung, termasuk Jemmy yang sudah berharap kalau itu adalah Ino
Jemmy kecewa, sekaligus takut karena kejadian yang baru saja ia lihat. Tapi pencarian harus tetap dilanjutkan
Sampai hari ke-7 pencarian belum ada tanda-tanda dari keberadaan Ino, hari terakhir pencarian tim SAR, kecuali keluarga memutuskan untuk memperpanjang pencarian
5 Januari 2013
Hari ke-2 perpanjangan pencarian
Jemmy yang sejak hilangnya Ino tidak turun dari Gunung Welirang, kembali ke Pos Perizinan bertemu ibunya yang membawakan baju ganti bersih
Ia terlelap di pangkuan ibunya
Jemmy terbangun, terkejut melihat Pos yang sepi. Ke mana semua orang?
Ibunya memberi tahu jika Ino sudah ditemukan, ketika Jemmy sedang tidur
Pertanyaan pertama Jemmy saat itu adalah,
"Ino ditemukan hidup atau sudah meninggal?"
Ino ditemukan oleh dua orang pekerja villa di sekitar kaki Gunung Welirang ketika sedang mengecek pipa saluran villa tempatnya bekerja
Ino ditemukan di bawah batu aliran sungai ceruk Gunung Welirang
"Masih hidup," jawab ibunya
Seketika Jemmy merasa lega dan bersyukur karena sahabatnya masih diberi keselamatan, walaupun saat itu ia tidak dapat bertemu langsung karena Ino dibawa ke Puskesmas Pandaan dan ke RSI di Surabaya untuk memulihkan psikisnya
Jika ditarik dari titik awal Ino hilang, sampai posisi Ino ditemukan sekitar 30 kilometer
Potongan kesaksian berikutnya adalah cerita Ino yang diceritakan langsung kepada Jemmy dari hari Ino terpisah dan dinyatakan hilang sampai ditemukan
"Pada waktu kita melewati tiga penambang waktu itu di hari Ino hilang, kamu notice gak sih muka mereka tuh datar tanpa ekspresi?" kata Ino
"Ya sih cuma aku ndak curiga" sahut Jemmy
"Pas aku lompat tuh, brak! langsung malam hari," padahal mereka berjalan menuju Pos 3 di di tanggal 24 Desember itu siang hari
Ino pun merasa kalau dia tidak seperti berada di Welirang, di depannya hanya tanah lapang luas, gelap malam hari tapi masih terlihat langit dan bintang
Ino sampai mencoba manaruh tasnya di satu titik, berjalan 100 meter dan memutari tasnya untuk menemukan jalan, namun tidak juga menemukan jalan yang ia kenal
Sampai jam tangannya berbunyi, menunjukkan pukul 6.13. Pagi atau sore?
Logikanya ketika terakhir perjalanannya bersama Jemmy itu terjadi siang hari, berarti sekarang waktu maghrib
Dari situ Ino langsung tayamum dan menjalankan sholat maghrib. Pada rakaat terakhir selesai ia mengusap mukanya dan tiba-tiba pemandangan di depannya berubah
Ino duduk sholat di atas batu besar yang di bawahnya adalah jurang, tapi Ino tau kalau ini Welirang
Saking bahagianya ia sudah kembali berada di Welirang, ia sampai lupa teori punggungan gunung. Bukannya mencari jalan ke atas, Ino malah mengikuti aliran air ke bawah
Di tengah perjalanan Ino sempat melihat Jemmy bersama tim SAR dan salah satu anjing terlatih yang sedang melakukan pencarian, tapi ketika ia berteriak memanggil Jemmy, mereka tidak dapat mendengar
Begitupun sebaliknya, Ino tidak dapat mendengar apa yang Jemmy bicarakan
Seakan-akan terdapat ruang hampa yang membatasi mereka
Sampai akhirnya Ino memutuskan tetap mengikuti arus sungai sampai menemukan orang lain atau warga sekitar
Dua kali Ino menemui ujung air terjun yang memaksa dia untuk melompat terjun agar bisa sampai di sisi seberang
Saat tiba di air terjun kedua, ia sempat ragu karena tidak tau bagian mana di bawah air terjun yang dalam dan tidak
Sebelum akhirnya melompat, terbawa arus, dan ditemukan oleh dua orang pekerja villa tadi
Dalam pikirannya cuma,
“Bagaimanapun juga aku harus ketemu, dalam kondisi mati atau pun hidup kalaupun misalnya aku menerjukan diri dan mati jasadku ditemukan”
[Tamat]
Terima kasih buat yang udah baca thread ini sampai habis, kalian luar biasa
Kalo mau tau lengkapnya kisah Jemmy dan Ino ini bisa ditonton di channel YouTube RJL 5 di link ini:
Oh ya, kalo ada yang kenal Mas Inok, monggo reply di bawah :)
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Viral, lagi ngerekam kereta api eh malah ada orang b*nuh dir* depan mata!
Menurut warga lokal, gara-gara pocong! Sebelum kejadian warga sekitar melihat sosok pocong di salah satu spot yang emang jadi pertanda sesuatu
Bener aja lho ternyata kejadian gini
Beberapa hari terakhir media sosial heboh nih sama video rekaman beberapa remaja yang merupakan RailFans (pecinta kereta api) memperlihatkan suasana saat kereta api lokomotif mulai berjalan pelan berangkat dari peron Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat
Viral di banyak platform media sosial mengundang komentar netizen, dari simpati sampai ke hal mistis
Ada netizen yang juga warlok sekitar TKP berkomentar, kalo sebelum kejadian orang bunuh diri di St. Pasar Senen itu, hantu pocong terlihat sebagai tanda kalo bakalada kejadian
17 Tahun Hilangnya Kru Jejak Petualang di Laut Papua [A Thread]
Milllenials pasti inget ya acara ini. Yes "Jejak Petualang" yang populer sejak 2003
Medina Kamil salah satu host-nya. Pengalamannya saat itu bener-bener jadi lima hari yang gak bakal bisa ia lupakan sampai hari ini
Para milllenial yang lahir tahun 90an, pasti inget ya acara dokumenter tentang petualangan host perempuan yang menjelajah ke pelosok negeri
Yep! Betul “Jejak Petualang.” yang populer sejak tahun 2003
Dibawakan host yang gak cuma cantik, tapi juga berbakat dan punya wawasan luas
Terhitung sejak hadir pertama kali, sudah ada 9 host yang pernah memandu Jejak Petualang
Salah satunya adalah Medina Kamil. Ternyata, petualangan pertama Medina Kamil saat menjadi host Jejak Petualang bener-bener jadi pengalaman yang gak bisa Medina lupakan sampai hari ini
Kisah Pak Aip ini adalah pengalaman yang dirasakan beliau selama bekerja sebagai satpam sejak tahun 1988 sampai sekarang.
Pak Aip pertama kali bekerja sebagai satpam di sebuah hotel di Jakarta. Sekian lama bekerja hotel tersebut dinyatakan bangkrut dan dibeli oleh pihak lain
Viral! 13 tahun seorang perempuan diganggu dan dinikahi setan!
Tapi ini bukan tentang nikah
Dari kisahnya, tidak sedikit netizen yang mengaitkannya dengan praktik ruqyah, eksorsisme dan ‘pembersihan' lainnya
Dan ini adalah kisah seorang pendeta yang sering menangani eksorsisme
Eksorsisme adalah praktik pengusiran setan, makhluk halus, roh atau entitas jahat lainnya. Eksorsisme telah berusia sangat tua dan sudah tersebar ke seluruh penjuru dunia
Praktik eksorsisme ini bisa dilakukan oleh pendeta, seseorang yang menjadi pendeta, dilengkapi dengan kemampuan exorcist, dan menempel dalam status tugas pelayanannya sebagai seorang pendeta
Siapasih yang belum tau tentang sosok hantu Herlina? Kisahnya cukup viral di berbagai media
Jadi konon herlina ini meninggal karena kasus kecelakaan, dan pada akhirnya meneror beberapa santri
Apakah benar seperti itu?
Disclaimer
Di cerita kali ini ada beberapa narasumber, terkait dengan pengetahuan mereka tentang ‘HERLINA’ dan mereka memiliki versinya masing-masing. untuk kebenaran tentang sosok Herlina sendiri masih menjadi misteri sampai saat ini