Profile picture
ulasinema @ulasinema
, 20 tweets, 7 min read Read on Twitter
Selamat malam,

Gandhi memberi kita ingatan: Lestari itu Indah.
Berikut utas ulasan Ghandi (1982) dan ide ekonomi kelestarian. Silakan :)
Mahatma Gandhi (1869—1948), seorang pemimpin pergerakan kemerdekaan India, keukeuh buktikan negaranya mampu mandiri; sumber daya alam bisa diolah sendiri. Air laut jadi garam. Kapas dipintal jadi pakaian. Alhasil, perwakilan penjajah Inggris di India kalang-kabut.
Semangat untuk lepas dari ketergantungan itu terwujud dalam film biopik Gandhi (1982). Selain semangat berdikari dan berjuang tanpa kekerasan (non-violence), gagasan penghematan produksi dan konsumsi yang ditirukan dalam film ini merupakan sesuatu yang asri.
Sepanjang dua jam lebih, kita akan terbiasa melihat Gandhi memintal benang dengan alat tradisionalnya. Sampai-sampai, ia dapat komentar, “you’re the only man I know who makes his own clothes,” sepotong dialog Margareth, wartawan asing, saat mewawancarai Gandhi.
Ada adegan tersurat: perlawanan kecil itu nyata: Gandhi pimpin aksi long march; penolakan larangan mengumpulkan dan membuat garam yang dibuat Inggris. Dalam film dikisahkan, mula-mula aksi yang dipimpin Gandhi hanya menyertakan ratusan manusia kemudian jumlahnya menjadi ribuan.
Akhirnya, garam berhasil diproduksi dan dijual murah. Tidak ada monopoli. Suka-cita tak bertahan lama. Larangan keras diberlakukan Inggris. Tentara Inggris menertibkan paksa tanpa ampun, tetapi “tubuh-tubuh yang berdarah itu” tetap membebaskan diri dari niatan membalas.
Tak sedikit adegan yang menyanyat nilai kemanusian—lambat laun hal ini membuat tentara Inggris sadar dengan sendirinya.
Isu yang nampak pada film ini sangat relevan—mungkin selamanya begitu. Di Indonesia misalnya, ada Mama Aleta—pejuang lingkungan yang menolak pembangunan tambang marmer dengan pendekatan tanpa kekerasan.
Ia dan masyarakat Mollo, Kabupaten Timor Tengan selatan, NTT melakukan aksi menenun batu di area yang akan dijadikan tambang. Dengan kerja keras dan pengorbanan yang luar biasa, Mama Aleta mampu mengusir industrialisasi yang mengancam kelestarian alam di NTT.
Tentu masih banyak lagi tokoh yang sudah berjuang dan sedang berjuang melawan keserakahan manusia dalam menguasai sumber daya alam. Perjuangan mereka akan lestari meski dihadang oknum: masyarakat atau pemerintah yang tak bertanggung jawab.
.Itu tadi contoh relevan yang ada di sekeliling kita. Mari kita beralih ke isu kelestarian. Mirisnya, sebagian manusia merasa dirinya dapat memenangkan dan menguasai alam. Padahal, ketika alam rusak, manusia juga di pihak yang kalah dan kehilangan: manusia bagian dari alam
Dalam buku Kecil Itu Indah (1973), F. Schumacher cukup banyak mengutip Ghandi, menilai kekeliruan pada ekonomi modern:menganggap urusan produksi sudah kelar. Bahan dari alam yang tak tergantikan dianggap sebagai pendapatan; bukan modal.
Kemudian, terjadilah kecemburuan antarnegara atas kepemilikan bahan baik tak tergantikan maupun tergantikan yang disediakan oleh alam yang pemurah.
Mungkin apa yang dilakukan Gandhi, diperankan oleh Ben Kingsley, saat itu dianggap aneh. Ketika semua bangsa berlomba dalam pemutkahiran produksi, pria lulusan hukum itu serasa mendefinisikan kembali arti ekonomis.
Gandhi mendefinisikan kembali ari ekonomis: kebutuhan melandasi produksi. Kalau bisa berhemat kenapa mesti menghambur-hamburkan. Misalnya, baju yang dikenakannya adalah baju yang itu-itu saja.
Schumacher mengritik ekonomi masa modern yang lebih mementingkan tujuan yang diraih ketimbang cara. Lalu, yang tak berguna dianggap baik, yang berguna dianggap tidak baik. Apa yang ditunjukkan di dalam film ini: Inggris memonopoli garam yang tersedia secara gratis di alam India.
Schumacher juga menilai tindakan untuk meniru industrialisasi Barat merupakan hal yang keliru, justru menurutnya, negara-negara Timur punya kearifan dalam menjaga kelestarian. Hal tersebut dapat kita temui di film ini.
Pendapat Schumacher rasanya benar. Ambil contoh terkini, Mama Aleta menguraikan nilai dalam memaknai alam yang luhur, “Alam itu tubuh manusia, batu menjadi tulang, tanah menjadi daging, dan hutan menjadi kulit, rambut, dan paru-paru”.
Masih isi di buku Kecil itu Indah. Dalam mengatasi sifat keserakahan, iri hati, dan kebencian, Ghandi punya jawaban: “Kita harus menyadari bahwa di samping badan ada jiwa, jiwa itu lestari, dan kesadaran merupakan kepercayaan yang hidup"
Akhirnya, Film Gandhi mampu membangunkan diri dari potensi sifat keserakahan dan tindakan yang melampaui batas. Adapun kisah Mama Aleta dapat diangkat ke layar lebar: kisah perjuangannya dapat dijangkau secara luas dan alam lestari selama-lamanya. Semoga.

Selamat malam :)
Missing some Tweet in this thread?
You can try to force a refresh.

Like this thread? Get email updates or save it to PDF!

Subscribe to ulasinema
Profile picture

Get real-time email alerts when new unrolls are available from this author!

This content may be removed anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member and get exclusive features!

Premium member ($3.00/month or $30.00/year)

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!