Hasil duel terkini, Shopee sdh sama omzetnya dg Tokopedia.
Mrka berdua jauh meninggalkan bukalapak dan lazada. Selisih 2.5 kali lipatnya.
Untk menahan serangan frontal Shopee, dikabarkan Tokopedia mau terima fresh funding lagi 15 T awal tahun depan.
Estimasi dana gratis ongkir yg dibakar Shopee sekitar Rp 2 sd 3 triliun per tahun.
Sebuah angka yg masif.
How long can they go?
Semua pengirim paket spt JNE, JNT, Tiki dan lain2 kini harus setor fee rata2 7.5% dari total pendapatan ongkir mrka yg didapat dari ecommerce.
Jadi Tiki harus berikan komisi 7.5% ke Tokopedia atas semua pendapatan ongkir yg mrka dapatkan dari Tokopedia.
Namun kini positioning Shopee jd agar segmented. Saat ini Shopee lebih dipersepsikan sbg mall online kaum perempuan.
Kalau Tokopedia terbuka untk semua segmen.
1. Advertising. Seller yg ingin barangnya aktif ditampilkan harus bayar iklan.
2. Premium merchant fee. Untk pelapak2 yg sdh besar, perlu bayar agar dpt fitur2 bagus. Ini potensinya besar.
Atau mestinya mrka bikin digital payment sendiri. Ini besar potensinya. Sayang tokopedia gagal dapat ijin dari BI. Jadi terpaksa gandeng Ovo.
Yg paling untung dg ecommerce adalah ribuan pelapak kelas UKM yg jualan didalamnya.
Shopee dan Tokopedia berdarah2 demi bangkitnya UKM online Indonesia.
1. Puluhan ribu pelapak online panen besar via ecommerce
2. Shopee dan Tokopedia masih terus rugi ratusan milyar
3. Jutaan emak2 kesurupan belanja online
4. Jutaan orang lainnya cuma jd penonton pasif dan plonga plongo
Sampeyan sing ndi Le?
Kalau iklan2 tokped lebih soft selling (misal pakai #mulaiAjaDulu)
Kedua jenis iklan diatas menarik tipe pelanggan yg berbeda. Iklan2 soft lbh berdampak long term dan bangun loyalitas.
Tujuannya mungkin untk tarik tipe pelanggan baru yg dekat dg profil Dian.
Sebab positioning bukalapak dg poisitioning Dian Sastro itu sejatinya beda jauh. Kurang kompatibel.
Link :
google.co.id/amp/s/techcrun…
New funding Rp 15 triliun.
Valuasi Tokopedia saat ini sdh tembus Rp 100 triliun. Amazing.