, 83 tweets, 15 min read Read on Twitter
Kisah-Kasih Ida Ayu Nyoman Rai "Srimben", Ibunda Sang Proklamator Bangsa Sukarno

[a thread]

Untuk menyemarakkan #17Agustus dan #74TahunIndonesiaMerdeka, gue mau bikin utas tentang kehidupan ibunya Sukarno. Semoga bermanfaat.
1. Ibu Sukarno terlahir dengan nama asli Nyoman Rai. Gk ada yg tahu pasti kapan ia lahir. Tapi, kalau Sukarno lahir pada 1901 di usianya yang ke-20, bisa dipekirakan ia lahir pada 1881. Ia lahir di Jl. Gunung Batur 24, Banjar Bale Agung, Paket Agung, Buleleng.
2. Pas 7 Agustus kemarin gue sempet berkunjung ke sana. Dari Denpasar kira-kira 2-3 jam. Cukup merogoh kocek Rp35 ribu. Waktu itu gue cuma tahu kalau tempatnya di Bale Agung. Untuk alamat lengkap agak sulit, gue juga agak mager sih. Asumsi gue klo nanya ama orang pasti tahulah.
3. Gue turun di Terminal Sukasada. Kalau lihat google maps jaraknya cuma 10-15 menit. Akhinya gue memutuskan untuk naik ojek pangkalan. Pas gue bilang "mau ke rumah ibunya Sukarno", eh satu tongkrongan gak ada yg tahu tuh.

"Daerahnya sih di Banjar Bale Agung, bli," kata gue tuh
4. Akhirnya diangkut gue sama salah satu opang. Sampe di Banjar Bale Agung, dia juga nanya-nanya ama orang sekitar. Beberapa orang malah gak tau.
"Rumahnya Ida Ayu Nyoman Rai," gue tambahin tuh. Sama juga gak ada yang tahu. Sampe ada satu warga ngeh, "Oh rumah neneknya ibu Mega"
5. Dari terminal sampe ke rumahnya kira2 20 menit lah sekalian nanya2. Nah sampe depan rumah gak ada plang2 yang menandakan tempat itu bersejarah. Kayak rumah orang Bali pada umumnya. Ada Pura Keluarga, bangunannya dari bata merah.
6. Begitu masuk, bayangan gue bakal ada semacam pemandu wisata. Ternyata gak ada. Sialnya gue dateng pas lagi Kongres PDIP, jadi semua keluarga lagi pada ke Denpasar. Yaudh akhirnya gue putuskan untuk muter2 di situ sembari foto2
7. Waktu itu jam 4 sore. Ad pemuda lagi di depan rumah. Gue tanya, "Mas, kalau mau tanya2 seputar rumah2 di sini sama siapa ya?"
Diarahin gue ke salah satu rumah petuanya. Tapi lagi ga ada dia. Jadi, biasanya emang keluarga (Ida Ayu) yang nerangin klo ada wisatwan.
8. Sebenarnya dia tahu sekilas, rumah mana yang menjadi tempat Ida Ayu lahir, dimana tempat Ida Ayu muda beraktivitas. Tapi dia gak berani jelasin ke wisatawan. Biasanya emang keluarga Bale Agung yang handle biasanya.
9. Setelah gue foto2, akhirnya gue dapet nomer telpon Penglingsir Bale Agung, Made Hardika. Gue tanya2lah seputar titik-titik yang memang punya kaitan dengan kehidupan Ida Ayu Nyoman Rai.

Ini kata beliau tempat lahirnya Ida Ayu.
Sumber: koranbuleleng.com
10. Kemudian, menurut beliau, panggung yang ada lukisan adl tempat Ida Ayu beraktivitas di masa muda. Biasanya dia menenun. Dulu nenun jadi aktivitas rutin utk bersosialisasi.

Di kanannya, itu ada Pura Keluarga yang emang nempel dgn Pura Desa.
11. Nah, dari sini gue balik ke kisah hidupnya. Ida Ayu adalah anak kedua dari pasangan Nyoman Pasek dan Ni Made Liran. Kakaknya adl Made Pasek. Dia juga punya adek tiri namanya di Made Payas.
12. Dulu Ni Made Liran smpat dimadu. Tapi dia gak setuju, akhirnya dia kembali ke istri pertamanya. Jangan bayangin nikah kayak zaman now. Rumah antara istri pertama dan kedua itu hanya beda beberapa meter. Biasanya masih memiliki hubungan darah, apakah spupu, sodara, ato ponakan
13. Keluarga Pasek tergolong sebagai marga yang terhormat. Soalnya, mereka punya peran dalam pembaharuan adat istiadat dan restorasi struktur Pura yang ada di Bali. Ayah dan kakeknya Ida Ayu adalah Jero Mangku atau pemuka agama Hindu
14. Selain menurunkan nama besar Pasek, keluarga Ida Ayu juga bagian dari Kerajaan Singaraja. Itulah knp masa kecilnya berada di lingkungan Istana. Hingga Belanda datang menguasai Buleleng. Akhirnya keluarga Ida Ayu kembali ke Bale Agung. Ini adl bibit kebenciannya trhdap Belanda
15. Ida Ayu memiliki nama panggilan Srimben. "Sri" artinya kebahagiaan dan "Mben" artinya rimbun. Bisa dibilang arti nama paggilannya limpahan rezeki yang membawa kebahagiaan.
16. Krna rumahnya berada di dekat Pura dan keluarganya adl Jero Mangku, kegiatan sehari2 Srimben pasti berkutat di Pura. Setiap pagi ia pasti membrsihkan Pura sebelum bantu keluarga. Dia juga biasanya mempersiapkan canang sebelum ritual keagmaan. Dia adl gadis pingitan Bale Agung
17. Kalau ada ritual Hindu, Srimben dipercaya untuk menampilkan Tari Rejang. Gak sembarang perempuan boleh menari Rejang, hanya orang-orang dengan tingkat kesucian dan spiritualitas tertentu.
18. Waktu itu, perempuan tampil di muka umum adl hal yg tabu. Ada stigma klo mereka yg tampil adalh perempuan murahan. Karenanya kesenian waktu itu didominasi oleh laki2. Kebayangkan bagaimana tingkat spiritualitas Srimben masa itu.
19. Srimben gak pernah sekolah formal. Ia dibesarkan selain dengan adat Hindu-Bali, juga dengan filosofi dan nilai2 dalam lontar. Buleleng kala itu adl pusat lontar dan edukasi di Bali. Ia dibesarkan dengan kisah-kisah Jawa kuno seperti Ramayana dan Mahabarata.
20. Pada waktu upacara Galungan, Srimben diminta untuk menari Rejang. Inilah kali pertama kehadirannya membuat jantung seorang lelaki asal Jawa bernama Raden Soekemi berdetak begitu cepat. Soekemi saat itu adl guru yang ditugaskan Belanda utk mengajar di daerah Buleleng
21. Soekemi sendiri seperti mendapat wangsit. Ia mendapat bisikan untuk melemparkan bunga dan siapa saja yang mengenainya adalah jodohnya. Kalau upacara Hindu biasanya banyak bunga2 kecil yag jatuh. Nah lemparnya pake bunga itu, bukan bunga buket kayk nikahan.
22. Bunganya kena Srimben. Ini juga jadi modusnya Soekemi. Srimben nengok dong karena kena bunga. Akhirnya mereka berkenalan. Dari sini bibit asmara tumbuh. Waktu itu Soekemi harus mencari murid keluar-masuk desa. Akhirnya dia sering ke Bale Agung utk cari murid, seklian modus.
23. Selain modus cari murid, kehadiran Soekemi di Bale Agung ternyata mendapat sambutan hangat. Soekemi adl budaywan & filsuf. Dia suka melihat upcara kegamaan. Dia pandai baca lontar yang pake bahasa Jawa Kuno. Dia sering diminta datang ke Bale Agung utuk membacakan lontar
24. Tempat Soekemi ngekos kira2 500 meter dari Bale Agung. Sekolah dulu dia mengajar skrang menjadi SDN 1 Paket Agung.

Nah, kalo lagi baca lontar di Bale Agung, Soekemi sering curi2 pandang ke Srimben. Srimben juga suka lirik2 sambil modus anter2 kopi
25. Hubungan keduanya juga didukung oleh sepupu Srimben, Putu Kaler dan sahabat karibnya, Made Lastri. Singkat cerita, Soekemi kemudian memutuskan untuk meminang Srimben. Sayangnya, keluarga Bale Agung menolak hubungan tersebut. Alasannya? Perbedaan etnis
26. Srimben orang Hindu-Bali. Soekemi orang Islam-Jawa. Adat keluarga Bale Agung adalah menikah dengan keluarga, yang artinya masih tetangga atau bahkan keluarga. Masa itu menikah dengan orang luar Bale Agung saja adl hal yg tabu, apalgi menikah dgn org yg beda etnis.
27. Soekemi mendatangi orangtua Srimben. "Bolehkah saya meminta anak ibu‐bapak?" katanya. Orangtua Srimben lalu menjawab, "Tidak bisa. Engkau berasal dari Jawa dan engkau beragama Islam. Tidak, sekali‐kali tidak! Kami akan kehilangan anak kami.”
28. Waktu itu Srimben berusia 17 tahun. Soekemi kira2 25 tahun (bedanya 8 tahun). Namanya anak muda dengan cinta menggebu2, akhirnya mereka menikah pada 15 Juni 1887. Mereka memutuskan untuk kawin lari.
29. Keluarga Bale Agung belum tahu soal pernikahan. Srimben belum pulang ke rumah sampe malam hari. Waktu itu kalau anak gadis belum pulang sampe malam, pasti ada apa2. Akhirnya, datanglah utusan dari Soekemi yang mengabarkan kalau anaknya telah menikah
30. Kabar pernikahan itu membuat Banjar Bale Agung geger. Mereka semua heran, kok bisa2nya gadis yang dipingit di Pura, hidup dengan nilai2 Hindu-Bali, patuh sama orangtua, berani melakukan hal yang bertentangan dengan adat keluarga
31. Nyoman Pasek minta supaya anaknya dikembalikan. Tapi Soekemi meminta perlindungan kepada polisi setempat. Polisi juga tidak bisa mengiyakan kemauan keluarga karena mereka sudah menikah. Akhirnya, bertemulah Soekemi dengan keluarga mertuanya
32. Sang ayah bertanya, “Nyoman, kenapa kamu berani merangkat dengan orang luar? Padahal kamu tahu ini sangat bertentangan dengan adat keluarga Bale Agung. Tidakkah kamu dipaksa?”
33. Air mata Srimben tak lagi tertahankan. Ia harus mengutarakan segalanya dengan isak tangis. “Bapak, saya berani merangkat karena saya sangat mencintai I Raden, begitu pula I Raden terhadap saya,” kata Srimben dengan terputus-putus.
34. Bapaknya membalas, "Walaupun begitu, kamu dan I Raden tetap bersalah tidak diperkenankan pulang ke Bale Agung sebelum mendapat ijin dari Bapak, dan Bapak akan tetap menyelesaikan persoalan ini ke pengadilan!”
35. Atas putusan pengadilan, Srimben harus membayar 25 ringgit, setara dengan 25 dollar. Dia harus menjual emas dan sebagian warisan keluarganya untuk melunasi denda tersebut. Srimben kemudian putus hubungan dengan keluarga. Dia hidup bersama suaminya kira2 1,5 km dari Bale Agung
36.Mereka tinggal di rumah dgn tembok dan sedikit keramik. Cukup mewah pada zamannya. Hingga 29 Maret 1898, Soekarmini, kakaknya Sukarno lahir. Hadirnya cucu ternyata menyita perhatian keluarga Bale Agung. Srimben mengabari keluarganya pakai surat klo anak pertamanya telah lahir
37.Kalaupun hubngannya sedikit membaik, orangtuanya tetap gengsi untuk menegur Srimben. Tapi keluarga Srimben yang sepantaran sudah mulai menemuinya. Sekalipun secara diam2. Kalau ketahuan nemuin Srimben, mereka akan dimarahi
38. Karena hubungan tak kunjung membaik dan Soekemi mendapatkan perintah pindah tugas ke Surabaya tertanggal 8 Agustus 1898, akhirnya mereka hijrah ke Surabaya. Di Surabaya, Srimben tinggal di Kampung Pandean III. 1 Km dari Pasar Besar. Dekat dengan Sungai Kali Mas
39. Gue gak bahas perdebatan apakah Sukarno lahir di Surabaya atau di Blitar ya. Pokoknya, ketika Sukarno lahir, Gunung Kelud meletus. Bagi orang Jawa, ini adalah pertanda baik. Tapi bagi orang Bali, ini adalah pertanda buruk
40. Saat Srimben lahiran, Soekemi bahkan tidak mampu memanggil dukun beranak. Mereka hidup dengan ekonomi pas2an. Proses persalinan dibantu oleh kakek tua rekannya Soekemi. Sukarno lahir kala fajar, di pagi hari, di awal abad baru, bersamaan dengan meletusnya Gunung Kelud
41.Satu waktu, Sukarno mendatangi ibunya yang lagi santai2 di teras rumah. Kemudian Sukarno dipeluk & ibunya bercerita, "engkau sedang memandangi fajar, nak ketika lahir,"
42. Ibu katakan kepadamu, kelak kamu akan menjadi orang yang mulia, engkau akan menjadi pemimpin dari rakyat kita, karena ibu melahirkanmu jam setengah enam pagi, saat fajar menyingsing.” Karena inilah Sukarno dikenal sebagai "Putra Sang Fajar"
43. Srimben membesarkan kedua anaknya sebagaimana ia dahulu dibesarkan. Mereka dibacakan kisah2 lontar. Diajarkan nilai2 agama Hindu. Srimben adalah lumbung kasih sayangnya Sukarno. Dia sangat lembut kepada anak2nya. Dia adalah tempat Sukarno mengadu kalau2 diamuk ayahnya
44. Mereka hidup sangat pas-pasan. Sukarno kecil bahkan mengeluh kepada ibunya lantaran tidak mampu membeli kembang api. Jangankan beli mainan, untuk beli beras aja gak sanggup. Srimben hanya mampu membeli padi. Setiap pagi, ia menumbuk butiran-butiran padi hingga menjadi beras.
45. “Dengan melakukan ini, aku bisa menghemat uang satu sen,” kata Srimben kepada Sukarno. Tidak jarang ia melihat ibunya bekerja di bawah terik matahari hingga tangannya memerah. Sejak itulah Sukarno rutin membantu ibunya setiap pagi menumbuk padi sebelum sekolah
46. “Dengan uang satu sen kita dapat membeli sayuran, nak,” sambung ibunya. Sukarno merasakan sendiri bagaimana ibunya berjuang untuk menyiapkan makanan sehari2. Inilah yang menjadikan dirinya begitu dekat dengan ibunya.
47. Satu hari, Sukarno pernah bermain di sungai hingga larut. Dia ingin menangkap ikan. Dia ingin membuat ibunya bangga karena pulang2 membawa lauk tambahan. Eh udah basah kuyup, lompat kegirangan bawa ikan, malah dihukum sama ayahnya. Dia dicambuk seada-adanya.
48.“Ibu selalu mengimbangi tindakan disiplin itu dengan kebaikan hatinya. Oh, aku sangat mencintai ibu. Aku berlari berlindung ke pangkuan ibu dan dia membujukku. Sekalipun kemelaratan mencekik kami, namun bunga‐bunga cinta tetap mengelilingiku selalu," demikian tutur Sukarno
49. Sukarno kecil menderta banyak penyakit. Mulai dari tifus, disentri, hingga malaria. Satu waktu ia pernah dititipkan kepada kakek-neneknya untuk dirawat di Tulungagung. Betapa kesepiannya Srimben karena tidak ada Sukarno
50. Bahagia menyelimuti Srimben saat suaminya pindah ke Mojokerto. Mereka tinggal tidak jauh dari rumah mertuanya. Di sanalah Srimben bisa bertemu dengan anaknya. Di Mojokerto pula, Soekarmini mendapatkan jodohnya. Srimben senang, namun juga sedih karena dia ditinggal Soekarmini
51. Kebersamaan mereka tidak lama. Setelah lulus SMP, Sukarno hendak melanjutkan studinya di HBS di Surabaya. Ayahnya menitipkannya kepada HOS Tjokroaminoto, seorang lelaki yang dinobatkan oleh Belanda sebagai "Raja tanpa Mahkota"
(utas Sukarno-Tjokro sesi lain ya)
52. Sebelum berangkat, Srimben meminta Soekarno untuk berbaring di depan rumah, walau kotor. Kemudian Srimben melangkahi badannya bolak-balik sebanyak tiga kali. Ritual ini dipercaya sebagai penolak bala dan menandakan bahwa si anak telah mendapat restu dari ibunya selama-lamanya
53. "Kemudian dia menyuruhku bangkit. Sekali lagi ia memutar badanku arah ke Timur dan berkata dengan sungguh‐sungguh, ‘Jangan sekali‐kali kaulupakan, anakku, bahwa engkau adalah putera sang fajar," tutur Sukarno
54. Singkat cerita, begitu lulus dari HBS, Sukarno hendak melanjutkan studi ke Belanda. Jenjang pendidikan formal memang tuntutan dari Soekemi. Tapi, Srimben keinginan Sukarno. Dia bahkan menuduh Sukarno ingin ke Belanda hanya utk memacari perempuan kulit putih
55. “Tapi banyak jeleknya untuk pergi ke negeri Belanda. Apakah yang menyebabkan kau tertarik? Pikiran untuk mencapai gelar universitas ataukah pengharapan akan mendapat seorang perempuan kulit putih?" tanya Srimben
56. “Aku ingin supaya engkau tinggal di sini, di antara bangsa kita sendiri. Jangan lupa sekali‐kali, nak! Bahwa tempatmu, nasibmu, pusakamu adalah di kepulanan ini,"
Srimben jga mengingatkan soal kondisi ekonomi bila anaknya ke Belanda. Sukarno akhirnya mengalah dan memilih ITB
57. Oh iya lupa, selama di HBS Surabaya, Sukarno sering dikirimi ibunya uang secara diam2. Ibunya juga meminta kepada kakaknya untuk membantu Sukarno bila membutuhkan uang.
58. Srimben sempat sedih karena anaknya mencerikan Oetari, anak Tjokro yang dinikahi Sukarno. Tidak lama setelah perceraian, Sukarno malah mengabarkan rencanaya untuk menikahi Inggit, seorang janda yang juga ibu kos Sukarno di Bandung
59. Terlepas dari kesedihan, Srimben selalu mendukung anaknya dan mengatakan, "Pilihlah jalan yang terbaik dan kalau itu niatmu, silahkan jalani dengan baik."
60. Srimben adl kekuatan Sukarno ktka melawan Belanda. Ketika Sukarno dipenjara di Sukamiskin, ia segera mendatangi anaknya bersama Soekamini & Inggit. Ia geram degan Belanda karena menangkap anaknya, padahal tdk berbuat kriminal. Sukarno adalah tapol. Maklum, ibunya buta politik
61. Sesampainya di penjara, ia mendatangi petugas dan mengatakan, “Saya ibunya Soekarno". Sayangnya, ia malah dibentak balik dan tidak diizinkan bertemu anaknya. Ia diusir. Srimben mengadukan kejadian itu kpd suaminya. Soekemi lantas memutuskan pensiun dari pekerjaannya.
62. Saking bencinya Srimben dengan Belanda, pada 1946 ketika usianya sudah menginjak 70 tahun, ia sempat heran karena tidak terdengar suara tembakan atau Meriam dari beranda rumahnya. Padahal, sedang terjadi perang jarak dekat antara Belanda dengan pasukan gerilya
63. Soekarno bercerita, “rupanya ibu tidak mendengar apa‐apa dari pihak kita. Dengan mata yang bernyala‐nyala beliau keluar mendatangi kami, ‘kenapa tidak ada tembakan? Kenapa tidak bertempur? Apa kamu semua penakut?”
64. Semasa Sukarno menjadi aktivis kemerdekaan, hati Srimben selalu was-was. Ketika sedang di penjara, ia hanya mendapat kabar yang simpang siur soal anaknya. Ia akhirnya menjadi maklum setelah anaknya berkali2 keluar-masuk penjara
65. Di tengah perjalanan pengasingan Sukarno ke Pulau Bunga, ia sempat diizinkan untuk bertemu ayah dan ibunya di Surabaya. Pertemuan itu hanya tiga menit. Namun, itu adl pertemuan yang kembali menumbuhkan nyala nasionalisme. Itu adl pertemuan yg berhasil mengubah arah bangsa
66. Saat itu Sukarno hampir saja putus asa. Dia bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya dalam pengasingan. Dia akan dibuang di hutan antah berantah. Apakah fisiknya mati atau semangatnya yang akan padam
67. Dengan isak tangis dan Srimben mengatakan, "sudah suratan takdir bahwa Sukarno menyusun pergerakan yang menyebabkan dia dipenjarakan, lalu dibuang dan kemudian dia akan membebaskan kita semua. Sukarno tidak lagi kepunyaan orangtuanya....
68. ...Karno sudah menjadi kepunyaan rakyat Indonesia. Kami mau tidak mau menyesuaikan diri dengan kenyataan ini."

Itulah detik-detik krusial yang kembali menyalakan semangat Sukarno.
69. Setelah bertubi-tubi didera cobaan, mulai dari pernikahan yang tdk direstui hingga anaknya yang menjadi tahanan Belanda, Srimben akhirnya mendapat kabar baik kala cucu yang dinantinya sejak lama lahir, Guntur Soekarno Putra

(Sumber: Buku Ibu Indonesia dalam Kenangan)
70. Sukarno meminta ayah dan ibunya untuk menemani Fatmawati. Mereka bertolak ke Jakarta. betapa senangnya Srimben dan Soekemi ketika Guntur lahir. Mereka selalu ditimang2.
71. Tapi sayang, kebahagiaan itu gak berlangsung lama. Soekemi meninggal dunia setelah sakit parah. Ia wafat pada 8 Mei 1945

(Soekemi dengan Srimben)
Sumber: buku Ibu Indonesia dalam kenangan
72. Singkat cerita, Sukarno berhasil mewujudkan ramalan yang ada dan ia menjadi presiden pertama RI. Di masa tuanya, Srimben menghabiskan waktu di Blitar. Ia juga tidak pernah menginjakkan kaki di Istana

"Warisan londo (Belanda) katanya," tutur Made Hardika
73. Srimben tua akrab dipanggil Bu Sosro. Jika Sukarno berencana keluar negeri, ia pasti mengunjungi ibunya dulu untuk meminta restu. Ketika Sukarno mengunjungi ibunya, sering rombongan presiden tersenyum dan kadang2 tertawa karena melihat bagaimana Sukarno memperlakukan ibunya
74. Kalau Srimben sakit, Sukarno pasti datang menjenguknya. Saat itu pula penyakitnya sembuh. Hingga akhirnya ia wafat pada 12 September 1958 di usianya yang ke-77. Sukarno sendiri yang mengurus upacara pemakman higga memeriksa kuburannya.
75. 5 tahun kemudian, Sukarno mengumpulkan keluarga Bale Agung. Dia berencana untuk menganugerahi ibunya gelar bangsawan. Dia ingin gelar Brahmana dengan penambahan Ida Ayu di depan namanya, sebagai bentuk penghormatan.
76. “Bung Karno bercerita, saya itu sangat mencintai perempuan. Ketika dia melahirkan dia mengorbankan nyawa. Saya sangat menghormati ibu saya. Saya ingin memberikan gelar kepada ibu,” kata Made.
77. Atas 2 alasan akhirnya keluarga menyetujui rencana tersebut. Pertama, Sukarno adl presiden sehingga dia berhak menganugerahi gelar pahlawan kpd seseorang. Kedua, secra keturunan, Srimben trnyata memiliki garis kasta Brahmana. Sejak itulah ia dikenal sebagai ida Ayu Nyoman Rai
78. Nah, semua kisah itu bermula dari empat hektare lahan di Buleleng. Pemkab Buleleng dengan Pemprov Bali dan Kemendikbu tengah membentuk tim untuk merestorasi rumah tersebut. Bahkan, Pemkab Buleleng dan Pemkot Blitar sedang mmpersiapkan wisata bertajuk Keluarga Sukarno.
79. Kan sayang kalau Bale Agung sebagai saksi bisu awal lahirnya embrio nasionalisme terbengkalai begitu saja. Walau kondisi bangunannya sudah reyot dilapuk zaman, tapi nilai historisnya tidak akan hilang termakan usia.
Sumber:
1. Buku Ibu Indonesia dalam Kenangan
2. Buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat
3. Buku Seokarno sebagai Manoesia
4. Wawancara dengan Penglingsir Bale Agung, Made Hardika
5. Wawancara dengan Akademisi ISI, Prof. I Wayan Dibia
Demikian utas supaya bisa berbagi pengetahuan sejarah seperti bang @mazzini_giusepe.
cc: @IndoHistoria

#Merdeka
#DirgahayuIndonesia
Missing some Tweet in this thread?
You can try to force a refresh.

Like this thread? Get email updates or save it to PDF!

Subscribe to El Rahman
Profile picture

Get real-time email alerts when new unrolls are available from this author!

This content may be removed anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!