, 12 tweets, 2 min read Read on Twitter
Kenapa RADIKALISME marak akhir-kahir ini? Sejumlah penelitian menyatakan bahwa radikalisme telah memapar mulai dari anak sekolah, mahasiswa, sampai para guru dan pegawai negeri. Bagaimana itu bisa terjadi?

A thread....
Tentu, tidak ada sebab yang tunggal dari sebuah fenomena. Dalam thread ini saya hanya akan membahas salah satunya. Yaitu, bagaimana sistem pendidikan kita menciptakan tanah yang subur untuk radikalisme.
Radikalisme marak, karena sekolah mengajarkan kita:

-hanya 1 jawaban yg benar
-harus benar, tak boleh salah
-untuk percaya, bukan meragukan
-menghapal, bkn berpikir
-menjawab, bkn bertanya
-sampaikan kebenaran, bkn berkomunikasi
1. Dari SD sampai kuliah, kita dididik untuk meyakini satu kebenaran. Dalam ujian yang hampir seluruhnya memakai multiple choice, jawaban yg benar cuma satu: a, b, c, atau d. Punya jawaban sendiri? Pasti salah.
2. Saat terlatih dg cara berpikir seperti ini, kita tidak akan bisa menerima ada kebenaran yg lain. Yg lain salah. Padahal, dlm ijtihad, punya jawaban salah masih dapat 1 pahala.
3. Pendidikan kita mengagungkan sains dan menomorduakan sosial. Sayangnya, dlm sains pun kita diminta utk meyakini teori yg sudah ada. Bkn mempertanyakan, apalagi meragukannya.
Kita tidak dididik utk kritis. Tdk diminta utk mempertanyakan teori yg sudah ada. Ini terbawa dlm beragama. Kita diminta untuk percaya saja, tnp diminta utk mempertanyakan apa yg kita yakini.
Ya, tentu saja dlm agama apapun ad dogma yg tidak bisa digoyang. Tp bahkan kita tida kritis terhadap tafsir pada dogma yg kita yakini. Kita tidak kritis pada apa yg dikatakan oleh para penceramah. Telan saja, krn kita harus percaya.
4. Krn harus percaya, tanpa berpikir kritis, kita akhirnya hanya menghapal bukan menganalisiss. Ya, utk apa menganalisis kalau semua harus dipercaya dan ditelan?
Dlm beragama, kita cenderung mendidik anak menjadi hafiz/ah, bkn meminta merekan menelaah dan membuat penafsiran modern yg kontekstual.

Bahkan doa2 jg hanya dihapal. Kita lbh menyukai doa dlm bahasa Arab yg tidak kita tau artinya dibanding berdoa dg bahasa yg kita mengerti.
5. Pendidikan kita juga lbh menekankan pada jawaban, bukan pertanyaan. Anak yg bisa menjawab akan diberi poin, anak yg bertanya akan dibilang cerewet.

Akibatnya, dlm beragama kita mencari jawaban bukan mengajukan pertanyaan kritis.
6. Akibat dari mengagungkan kebenaran tunggal, kita kemudian memaksakan kebenaran kita pada orang lain. Bukan berkomunikasi dan berdiskusi untuk mencari sesuatu yg lebih benar. Dialog tidak akan terjadi.
Missing some Tweet in this thread?
You can try to force a refresh.

Like this thread? Get email updates or save it to PDF!

Subscribe to Qaris Tajudin
Profile picture

Get real-time email alerts when new unrolls are available from this author!

This content may be removed anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!