My Authors
Read all threads
Malam ini kita lanjut #rhdpk lagi ya. Seperti biasa, om Heri yang akan cerita langsung.

Oh iya, mungkin ini satu dari dua episode terakhir #rhdpk, selebihnya bisa dibaca di bukunya nanti. 🙂

Yuk mulai,
Ingat, jangan baca sendirian.

#rhdpk
“Pulanglah Yu, tengok Ibumu di rumah, lihat keadaannya.”

“Tapi saya berat meninggalkan Pak Heri sendirian di sini, walau hanya beberapa hari.”

“Gak apa-apa Yu, tenang saja.”
“Atau Pak Heri menginap di rumah Amri aja dulu, sampai saya datang. Atau nanti salah satu pekerja kita minta tolong untuk tidur di sini saja ya.”

“Iya Yu, gampang itu, nanti saya pikirkan. Yang paling penting sekarang, kamu berangkatlah, tengoklah Ibumu yang sedang sakit.”
Sore itu, kami terlibat percakapan yang disebabkan oleh surat telegram yang baru saja Wahyu terima. Telegram itu mengabarkan bahwa Ibundanya jatuh sakit, tentu saja hal ini menimbulkan beban pikiran di dalam diri Wahyu.
Om memaksa dia untuk pulang, Wahyu pun sangat ingin pulang untuk melihat keadaan Ibunya, kebetulan dia juga sudah lama gak mudik ke kampung halaman.

Tapi ya itu tadi, Wahyu agak berat meninggalkan om sendirian di perkebunan, dia khawatir kalau-kalau…, yah begitulah..
“Benar ya, Pak Heri jangan bermalam di rumah ini sendirian.”

“Iya Yu, tenang sajalah.” Jawab om sambil tersenyum.

Beberapa saat setelah percakapan, Wahyu langsung bersiap-siap, sore itu juga dia akan pulang ke kampung halamannya.

***
“Ayok Pak, kita bareng ke kota, Pak Heri nginap di rumah Amri aja.” Masih saja Wahyu mengkhawatirkan om, padahal dia sudah di atas motor, siap berangkat.

“Sudah Yu, berangkatlah, saya mau mandi dan istirahat dulu. Percayalah, saya akan ke kota nanti selapas maghrib nanti.”
“Ya sudah kalau begitu, saya berangkat dulu ya Pak. Assalamualaikum..”

“Hati-hati Yu, salam buat keluarga. Waalaikumsalam.”
Roda motor Wahyu lalu berputar, mengeluarkan suara yang semakin lama semakin menghilang, menjauh dari rumah, menembus pepohonan karet, sampai akhirnya benar-benar menghilang.
Akhirnya, sore itu om sendirian di rumah, entah sampai kapan Wahyu akan kembali lagi. Yang pasti, sebisa mungkin om berusaha untuk gak akan bermalam di perkebunan ini sendirian. Gak akan..

***
Masih 15 menit lagi menuju jam enam sore, om masih duduk di teras depan, melepas penat dan lelah. Berencana untuk berangkat ke kota selepas maghrib nanti dengan tujuan ke rumah Amri atau Pak Rusli, gampanglah itu, nanti saja dipikirkan.
Sore itu cuacanya cerah. Kelihatan dari celah-celah pepohonan, lembayung menggelayut di sisi barat bumi, Angin sore bergerak pelan seperti hendak menutup hari lalu memberikan kesempatan malam untuk bergerak menyelimuti dengan gelapnya.
Sementara om masih terus betah memperhatikan suasananya, sepanjang tarikan nafas hanya udara bersih dan segar yang terhirup.
Oh iya, sore seperti itu memang menjadi waktu favorit bagi kami, selain minggu pagi tentu saja. Indah dan menyenangkan, sama sekali gak ada kesan seram.

Tapi, semua akan berubah total ketika gelap datang..

***
Malam pun tiba.

Memperhatikan ruang tengah dari dalam kamar, masih duduk di atas sajadah. Lampu petromak bersinar terang karena baru dinyalakan, cahayanya sangat membantu untuk dapat melihat ruang tengah dengan jelas.
Ruang tengah yang semakin terasa kosong dan mencekam sepeninggal Wahyu, ruang tengah yang juga seperti hendak bercerita dalam sunyi dan heningnya.
Ah, sebelum pikiran ini melanglang buana lebih jauh lagi, om memaksa diri untuk mengalihkan pikiran, jangan sampai rasa takut dan cemas menguasai isi kepala.
Melirik jam dinding, ternyata sudah hampir jam tujuh, seketika itu pula om langsung membereskan perlengkapan shalat lalu bersiap untuk menuju kota, gak mau bermalam di rumah ini sendirian, pokoknya gak mau.

***
Di atas motor, sudah sangat bulat tekad menuju kota, walaupun belum tahu rumah siapa yang nanti akan dituju, yang penting meninggalkan rumah ini saja dulu.
Jam setengah delapan, ketika om memutuskan untuk berangkat, hanya membawa baju yang melekat di badan, gak ada bawaan lain karena esok pagi sudah kembali pulang.
Motor om pacu dengan kecepatan sedang, menembus menyusuri jantung perkebunan yang sudah gelap total.

Udara cukup hangat, cuacanya sangat berbeda dengan sore tadi yang cerah, malam ini mendung sepertinya jadi pemandangan di langit, awan tebal menutup nyaris seluruh angkasa.
Satu moment yang boleh dibilang jadi moment yang mungkin hanya sedikit orang pernah merasakan, yang memberikan sensasi kecemasan di level yang gak pernah terbayangkan, moment ketika menyusuri perkebunan karet pada malam hari yang gelap gulita, sama sekali gak ada penerangan.
Hanya deru motor yang terdengar, selebihnya hening cekam. Pohon karet berbaris memenuhi sisi kanan kiri jalan seperti hidup memperhatikan, seandainya mereka memiliki wajah, sepertinya wajah-wajah itu terus mengikuti pergerakan om yang terus melaju.
Sensasi yang .., ah sudahlah.
Sebisa mungkin om juga menghindari melihat kaca spion, gak berani untuk melihat ke belakang, takut, toh dapat dipastikan kalau gak ada motor lain mengikuti.

***
Normalnya, perjalanan melewati perkebunan karet memakan waktu kira-kira 30 menit, setelahnya harus menembus hutan di luar perkebunan selama 30 menit berikutnya, kemudian baru berangsur masuk ke kota.
Kali ini pun sepertinya gak ada kendala apa-apa, ketika sudah setengah jam perjalanan om sudah menemui hutan, meninggalkan perkebunan.
Tapi tiba-tiba sesuatu terjadi setelah beberapa saat memasuki hutan..

Awan yang tadinya hanya terlihat nun jauh di langit sana, tiba-tiba turun ke bumi, menembus pepohonan rindang, menjelma menjadi kabut pekat yang menutupi nyaris pemandangan sekitar.
Om memperlambat laju motor, karna jarak pandang menjadi sangat pendek, hanya sekitar lima meter, selebihnya pekat, mata gak mampu menembus kabut ini.
Udara berangsur menjadi dingin, dan bertambah dingin.
Pandangan terus fokus ke depan, coba konsentrasi untuk menembus kabut tebal, harus terus berhati-hati mengemudi.
Sebegitu fokusnya mengendarai motor sampai-sampai om gak memperhatikan situasi pada kanan kiri jalan, ternyata pemandangannya sudah berbeda.

Om langsung menginjak rem, menghentikan laju motor karena ada yang aneh..
Setelah diperhatikan benar-benar, pada kanan kiri jalan ternyata bukan pepohonan hutan belantara, tetapi pepohonan karet yang berbaris rapih.

Aneh, karena om yakin kalau tadi sudah masuk ke wilayah hutan, kenapa tiba-tiba masuk perkebunan karet lagi?
Turun dari motor, coba untuk memperhatikan lebih seksama lagi, siapa tahu om salah lihat karena pemandangan nyaris seluruhnya tertutup kabut pekat.

Tapi ternyata benar, sekeliling ternyata pepohonan karet, om sudah berada di perkebunan lagi, Balik lagi? Entahlah, gak ngerti.
Ah, mungkin saja tadi om salah jalan, lalu berjalan berputar lagi kembali ke perkebunan, mungkin saja kan?, karena pekatnya kabut dalam gelapnya malam.
Menyadari hal itu, om langsung naik motor lagi, lalu memutar arah menuju ke tempat om datang, dengan harapan dapat kembali ka jalan yang benar, menemui hutan belantara kemudian sampai di kota.
Motor kembali berjalan, menembus lagi perkebunan karet, sangat berharap kali ini gak akan salah jalan, semoga..

***
Om menjalankan motor dengan sangat pelan, kabut semakin pekat, jarak pandang demakin dekat.
Cemas mulai melanda hati, karena sepertinya sudah nyaris 30 menit belum juga memasuki wilayah hutan, masih terus saja pepohonan karet yang terlihat di sisi jalan.
Gak bisa juga mengenali tempat yang sedang dipijak, karena sama sekali gak jelas, gak yakin sedang berada di perkebunan karet bagian mana.

Lalu tiba-tiba ada pemandangan yang aneh lagi, pemandangan yang sungguh aneh..

Om langsung menginjak rem dalam-dalam!

Ada apa?
Tepat beberapa meter di hadapan ternyata ada rumah, rumah yang berdiri di dalam gelap malam dan pekatnya kabut.

Yang lebih aneh lagi, ternyata itu adalah rumah kami, rumah tempat tinggal om dan Wahyu, RUMAH PERKEBUNAN KARET!

Ternyata om kembali lagi ke rumah..

Kok bisa?

***
Hai,

Balik lagi ke gw ya, Brii🙂

Cukup sekian kisi-kisi #rhdkp malam ini. Kira-kira ada kejadian apa selanjutnya? Ada kejadian seram apa? Jawaban dan lanjutannya minggu depan ya, hehe. Yang pasti, akan seru dan menegangkan.

Met bobo, semoga mimpi indah,

Salam,
~Brii~
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Brii #dirumahaja

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!