Biaya kepemilikan mobil seharga 250 jutaan (spt Xpander) per tahun :
1. Biaya BBM : 18 juta (1.5/bln) 2. Biaya STNK : 4 juta 3. Biaya perawatan : 4 juta 4. Biaya depresiasi : Rp 20 juta 5. Biaya opportunity cost kalo dana 250 juta diinvestasikan : Rp 25 juta
Total : 71 juta.
Biaya yg no 4 dan 5 jarang disadari krn bersifat hidden cost dan nggak kerasa.
Tapi justru kedua biaya tsb yg paling besar jumlahnya.
Biaya depresiasi mobil rata2 bisa 8 sd 10% per tahun. Kalau harga mobil baru 250 juta, tiap tahun turun harganya hingga Rp 20 juta.
Contoh : harga honda BRV baru di tahun 2016 adalah Rp 250 juta.
Tahun ini mobil bekas tsb harga pasaran Rp 170 juta. Atau anjlok 80 juta.
Yg lebih tinggi jumlahnya sebenarnya adalah "opportunity cost".
Dana Rp 250 juta jika diinvestasikan dg asumsi return hanya 10% akan hasilkan Rp 25 juta.
Potensi imbalan ini akan hilang jika uang dibelikan mobil. Istilahnya opportunity cost.
Tingkat utilisasi mobil jg sejatinya amat rendah. Maks 20%.
Misal mobil tiap hari dipake ke kantor, maka durasi pemakaian maks hanya 4 jam sehari.
20 jamnya nganggur. Entah nongkrong seharian di parkiran kantor, gedung atau garasi rumah.
Utilisasi mobil yg hanya 20% ini amat rendah dan acap tak disadari.
Mayoritas waktu mobil hilang cuma gara2 ngejogrok di parkiran atau garasi rumah.
Bayangkan kita beli mesin untuk pabrik. Dan utilisasi hanya 20%. Pasti bangkrutlah pabrik ini.
Aspek2 di atas yg perlu jadi bahan pertimbangan saat menghitung cost of car ownership.
Biaya kepemilikannya ternyata cukup mahal.
Tapi kalau merasa punya mobil mampu berikan nilai ekonomis yg sepadan, ya silakan saja gaes.
Komponen biaya 1 di atas mencakup BBM, biaya tol dan biaya parkir. Jadi tidak hanya bbm saja. Ralat.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Setelah Jepang, Korea Selatan jg mulai mengalami krisis jumlah penduduk.
Makin banyk anak muda Korea yg enggan menikah dan punya anak krn mahalnya beban biaya hidup. Sekarang makin banyak TK dan SD di Korea yg kekurangan murid.
Childfree Movement kian jd mainstream.
Maka untuk bujuk warganya agar mau punya anak, pemerintah Korsel berikan hadiah Rp 23 jutaan untuk setiap pasangan yg mau punya bayi.
Jepang dan Korsel makin kuatir jika jumlah penduduk mrka makin anjlok. China jg mulai was was.
Jumlah penduduk yg optimal itu amat penting bagi kemajuan bangsa.
Sebaliknya, kalau jumlah penduduk makin anjlok maka dampaknya buruk bagi laju ekonomi. Gak akan ada konsumen baru. Gak ada investasi baru.
Judulnya : Underprivileged Millenials : Being Young and Poor in Jakarta.
Selama ini kesannya kaum milenial itu mapan x suka nongkrong di kafe premium.
Wrong.
75% kaum milenial Jakarta lulusan SMP/SMA dan rata2 income hanya 2,5 jt/bln.
Kaum milenial kita tahu adlh anak2 muda yg lahir antara thn 1981 sd 1996.
Nah banyak anak2 muda Jakarta yg lahir di thn2 tsb hanya lulus SMP dan SMA saja.
Lalu kerja dlm bidang yg low skills and low paid jobs.
Dalam liputan itu dikisahkan dua anak muda.
Yg satu cowok namanya adit, hanya lulusan SMP. Usianya 22 thn. Kerja jd supir ekspedisi dg gaji hanya Rp 2,5 juta/bulan. Tinggal bersama 8 orang, kakak ipar, adik2 dan ortu dlm rumah yg sempit di Jakut.