Tepat malam satu suro, beberapa tahun lalu.
Aku bersama kelima temanku (Heru, Andri, Nando, Kumar dan Nisa) mengunjungi Keraton Solo. Kami ingin melihat kegitan kirap pusaka setiap malam satu suro oleh Keraton Solo.
Setiap malam satu suro, Keraton Solo melakukan kirap seperti memandikan pusaka keraton dan mengarak kebo bule berkeliling kota.
Banyak masyarakat tertarik menyaksikan kegiatan yg dilakukan setahun sekali ini. Begitupun kami berenam, kami turut menyaksikannya datang ke Keraton Solo.
Setelah melihat kirap keliling.
Kami masih ingin melanjutkan malam bersama. Sekedar berkeliling Kota Solo atau sepedaan dialun2 kota. Nisa yg paling bersemangat waktu itu.
Karena tidak ada tujuan, Aku memberi saran berziarah ke makam Pak Harto (Mantan Presiden RI).
Makam Pak Harto berada di daerah Gunung Lawu.
Mereka berlima menyetujui saranku.
Pukul satu dini hari, kami berangkat dari Kota Solo ke Matesih (Makam Pak Harto).
Ditengah perjalanan, kami dikagetan dengan segerombolan pemuda yg membahayakan semua pengendara kendaraan bermotor
Para pemuda itu mengayunkan sebatang bambu pada pengendara yang lewat.
Ada mobil yang berhenti dan memilih untuk putar balik. Saat melewati mereka terlihat seorang pemuda tergeletak di jalan. Entah apa sebabnya kami juga tidak tahu, karena tidak berhenti menanayakannya.
Kurang lebih satu jam perjalanan, sekitar jam 2 dinihari. Kami sampai di lokasi Makam Pangeran Samber Nyowo yg letaknya di bawah Makam Pak Harto.
Kami istirahat sejenak sebelum naik ke Makam. Sekedar ngopi dan sebat untuk menghangatkan badan dari udara malam yg dingin.
Setelah istirahat, Kami mulai naik ke Makam dengan akses tangga yg tinggi. Jumlah anak tangganya ratusan dan disetiap anak tangga terdapat beberapa patung kecil di kiri kanan tangga. Entah perasaan kita atau bagaimana, seolah mata patung2 ini seperti memperhatikan kita.
Di sepanjang jalan naik, dibuat beberapa post untuk istirahat para peziarah. Supaya bisa istirahat saat lelah naik atau turun.
Di post pertama ada sebuah mushola kecil, kamipun berhenti untuk wudhu terlebih dahulu.
Di mushola itu, kami bertemu bbrpa peziarah yg menginap.
Saat Aku, Heru dan Andri berada di tempat wudhu. Dari jauh Nisa melihat sesosok pocong yg melayang diatas kita bertiga yg sedang berwudhu. Awalnya hanya nampak seperti kain putih terbang, lama2 terlihat jelas bentuk pocong
Nisa ingin berteriak pada kami, namun suaranya tidak bisa keluar. Dia hanya diam membisu menahan rasa takutnya. Sebenarnya Nisa tidak memiliki kepekan melihat mahluk halus, tapi karena saat itu Nisa sedang datang bulan maka mahluk halus menampakan diri padanya yg masih bau darah.
Diantara kami berenam. Aku heru dan Nando lah yg memiliki kepekaan terhadap mahluk halus.
Setelah berwudhu, kami melanjutkan perjalanan menaiki anak tangga menuju ke Makam. Tapi saat itu Nisa meminta turun dan tidak melanjutkan naik keatas. Sepertinya dia terlalu takut.
Karena tidak tega melihat Nisa yg seorang wanita turun sendirian di tempat ini. Maka Andri berinisiatif menemani Nisa. Ternyata Kumar juga ingin ikut turun, karena dia juga takut. Nando pun turut ikut karena merasa bajunya kotor, akibat mabuk perjalanan.
Akhirnya mereka berempat turun kembali. Tinggal Aku dan Heru kembali melanjutkan perjalanan naik ke Makam.
Aku dan Heru berjalan pelan menaiki tangga ke atas. Entah karena udara malam yg dingin ditambah pepohonan yg rimbun dikiri kanan jalan, Nafas kami terasa sesak.
Atau mungkin "mereka" mengerumuni kita, Karena pada jam2 itu mahluk halus akan beredar. Kita berdua tetap melanjutkan perjalanan naik dengan nafas yg gak tersengal lelah dan sesak. Ditengah perjalanan, kita bertemu 3 orang bapak2 yg berjalan turun.
Aku mencoba menyapa mereka yg lebih tua. Tapi mereka tidak menjawab sapaanku dan hanya melirik kami dengan tatapan aneh.
Aku dan Heru hanya berlalu keatas melewati bapak2 tadi. Akhirnya kami sampai juga di Gapura Atas. Tiba2 tercium bau sangat harum seperti wangi seribu bunga.
Aku dan Heru memasuki Gapura itu terdapar pondok kecil untuk istirahat peziarah. Kita bertemu beberapa peziarah lain yg berasal dari Klaten, yg sedang istirahat di pondok tersebut. Kita sedikit berbincang bincang dengan para peziarah itu. Tak terasa waktu sudah pukul 3 pagi.
Para peziarah menyarankan kami segera ke Makam untuk berziarah sebelum waktu Subuh. Kita pun mendengarkan saran mereka dan segera berpamitan untuk menuju ke Makam yg letaknya diatas pondok itu.
Saat memulai lagi menaiki anak tangga. Kita urungkan sejenak langkah kaki kita. Karena melihat seorang wanita tua digandeng seorang pemuda akan turun dari Makam. Kita pun memberi jalan terlebih dahulu.
Wanita tua itu berjalan turun dan tiba2 berhenti didepan ku dan heru. Dan bertanya kepadaku :
Mbah :"Kowe asale teko ndi, Le?".(Kamu asalnya darimana, Nak?)
Aku :"Saking sragen, Bu".(dari Sragen, Bu)
Mbah :"Wes kaping piro mrene?".(Sudah berapa kali kesini?)
Aku :"Sampun kaoing kalih niki, Bu".(sudah yg kedua kali ini, Bu)
Mbah :"Oh ngono, podo meh ziarah to? monggo lek munggah. Dungo sing bener, Le. Mugo2 dungone ditrimo. Podo sehat lan Selamet". (Oh gitu, pada mau ziarah to? silahkan naik. Berdoa yg benar. Semoga doa.nya diterima.
Pada Sehat dan Selamat)
Aku :"Nggih Bu, matursuwun" (Iya Bu, Terimakasih)
Aku dan Heru melanjutkan naik keatas makam. Walaupun sebenarnya Aku masih bingung campur kagum terhadap Wanita Tua tadi. Aku yakin beliau bukan Wanita Tua biasa. Dibalik senyum lembutnya nampak kewibawaan
yg kuat dan warna aura yg terang terpancar dari tubuhnya.
Sesampainya di makam. Aku berusaha berdoa dengan khusyuk. Tapi perasaanku tidak tenang, memikirkan ke empat temanku yg tidak ikut naik k makam.
Benar saja, perasaan ku menandakan hal yg kurang baik untuk teman2 ku di bawah.
Karena Andri ingin naik juga ke Makam untuk ziarah. Andri membujuk Nisa yg masih ketakutan untuk naik ke atas lagi.
Nisa akhirnya mau naik lagi, tapi dalam perjalanan tiba2 Nisa nangis sesenggukan dan memegang Andri kuat2.
Andri tidak begitu menyadari bahwa mereka berdua sudah dikerumuni mahluk halus yg begitu banyak. Berbeda dengan Nisa yg sensitif karena sedang datang bulan.
Walaupun sebenarnya Andri juga takut, tapi dia terus memberanikan diri demi Nisa. (wanita yg dia sukai)
Bulu kuduk Andri meremang, kakinya lemas. Dicampur bingung dan khawatir pada Nisa yg masih menangis sambil menutup matanya.
Andri memutuskan mengajak Nisa turun kembali. Karena keadaan yg tidak memungkinkan untuk keatas menuju makam.
Mereka turun dengan rasa takut yg amat sangat.
Tak beda jauh dengan Nando.
Nando yg merasa badannya masih kotor dan sadar tidak seharusnya naik ziarah ke Makam. Nando memutuskan untuk sekedar jalan2 tak jauh dari sekitar Makam.
Nando berjalan2 dan menemukan jalan setapak. Karena penasaran dia mengikuti jalan setapak tadi dan menemukan Gerbang Putih yg sudah tertutup semak serta tanaman rambat.
Nando mengintip dari balik pintu gerbang besi tua itu. Dia melihat sebuah rumah tua beranyaman bambu.
dan beratap daun blarak (daun kelapa). Karena tidak akses untuk masuk Nando berjalan turun lagi ke parkiran menemui Kumar yg tidur.
Kembali ke Aku dan Heru.
Setelah selesai berdoa. Kita segera turun karena sudah ditunggu teman2 yg lain. Kami merasa saat berjalan turun menyusuri anak tangga, seperti tiada beban, terasa seperti terbang dan tidak merasakan lelah sdikitpun. Mungkin saja karena arah turun.
Tepat Adzan Sholat Subuh, kami berenam sudah berkumpul diparkiran.
Saat itu Nisa langsung menceritakan apa yg dilihatnya kepada kami semua.
Nisa mengatakan melihat pocong ditempat wudhu tdi.
Nisa juga memberitahukan mahluk apa saja yg mengerumuni dia dan Andri saat naik kmbli
Waktu itu Nisa melihat bbrpa mahluk halus seperti genderuwo sampai mahluk hitam tinggi besar setinggi pohon kelapa. Serta melihat sebuah makam yg besar dan panjang di sisi kiri arah jurang.
Nando juga tak mau kalah. Dia menceritakan rumah anyaman bambu yg ia lihat. Karena penasaran dg perkataan Nando. Kami mengecek tempat yg dimaksudkannya. Tapi kami tak menemukan jalan setapaknya, apalagi rumah.
Aku juga sempat bertanya pada mereka berempat. Apakah melihat ketiga bapak2 yg kami sapa sebelumnya turun. Tapi tak ada yg melihat ketiga bapak itu turun. Padahal Andri dan Nisa sempat naik lagi walau berhenti stengah jalan.
Setelah saling bercerita kami segera bersiap untuk pulang pukul 6 pagi. Kami memutuskan tidak jadi ke Makam Pak Harto karena petugas penjaga makamnya belum datang sehingga kami tidak bisa masuk.
Kami semua pulang dengan selamat dengan rasa penasaran dengan banyak kejadian di Makam.
Malam hari setelah dari makam. Kami berenam bermimpi yg sama. Mimpi kembali lagi ke Makam itu, yg seolah ada yg meminta datang lagi ke makam itu.
Karena penasaran dengan rumah yg dikatakan Nando. Aku sempat mencari tahu, dikatakan rumah itu adalah rumah juru kunci pertama dari Makam tersebut. Tapi anehnya rumah itu ditemukan, begitupula jalan setapaknya.
Dikatakan pula apabila berziarah ke Makam tersebut dengan niat yg baik, juga dengan doa yg sungguh2 maka keinginannya akan terpenuhi. Entah benar atau tidak. Tapi kata temanku, keinginan mereka ada yg terpenuhi meski kami tidak tahu keinginan apa itu.
Pernah satu ketika aku ziarah lagi ke Makam itu bersama teman2ku lagi. Kami bertemu mas2 yg tujuan ziarahnya adalah mencari pusaka ghaib.
Tapi anehnya mas itu sepertinya tak kunjung dapat. Sampai bertemu temanku yg peka dan banyak bertanya pada temanku itu.
Sampai ada seorang bapak yg sudah turun ke bawah, sampai menyempatkan diri naik lagi untuk memberi tahu kami mas2 yg kami temui itu tujuannya kurang baik. Kami disuruh berhati hati.
Bapak2 yg berpenampilan kejawen yg baik hati. Sampai menyempatkan diri naik lagi pdahal tinggi jalannya. Bahkan bapak itu menyapa kami terlebih dahulu yg lebih muda darinya.
Semoga kami bisa bertemu bapak itu lagi jika kesana lagi.
Ini dia squad teman2 mas @FeryMenyink ...atas request dan ijinnya boleh di share 😊
Saya akhiri dsini ceritanya ya.
Pesan saya :
*Selalu sopanlah pada siapapun, Apalagi pada orang yg lebih tua.
*Berdoa dan salam sebelum masuk kesuatu tempat. Seperti Makam.
*Diusahakan jangan ke Makam kalau kamu wanita sedang haid. Mahluk halus suka pada bau darahmu.
*Jangan terlalu takut pada mahluk halus yg sejatinya lebih lemah daripada Manusia.
*Selalu berzikir dimanapun kamu berada.
*Teruslah berfikir positif.
Terimaksih yang sudah baca, like dan RT.
Tetap jaga kesehatan ya. Makan makanan yg bergizi. Tutup hidung dan mulut saat
bersin dan batuk. Jangan lupa pake masker dan sering cuci tangan. Tetap dirumah jika tdk ad keperluan.
Semoga Allah melindungi kita semua. Aamiin.
Love u all...😙
^maafkan ketypoan jempol genit^
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Ojo lali uluk salam lek e mlebu omah le ! . Omah kui orak mung dwe sing manggon. Mesti ono bongso liane.
(Jangan lupa salam kalau masuk rumah, nak!. Rumah itu tidak hanya kita yg tinggal. Pasti ada mahluk lain) : pesan alm.Bapak #bacahorror@bacahorror #ceritaht
Bismillah
Hallo semua,
Sdh cukup lama mau cerita ini, tapi agak mager. Jadi pelan-pelan ya, sambil menikmati magernya.
Akhir-akhir ini jadi kepikiran pesan alm. Bapak, jangan lupa mengucapkan salam saat masuk rumah !
Sebut saja aku. Keterpaksaan ku harus pindah2 rumah karena tuntutan keadaan. Maklum aku adalah kontraktor alias tukang kontrak rumah. (Jangan diketawain) 🤭
Satu cerita dari teman terdekatku yang ayahnya sudah seperti ayahku, yang ibunya sudah jadi ibuku, yang neneknya juga kuanggap seperti neneku sendiri.
Kami lahir dihari, tanggal dan tahun yg sama hanya saja berbeda ibu.
Mungkin ini yg membuat aku lebih peka trhadap pribadinya.
Cerita dari salah satu teman di penghujung tahun 2019 kemarin. Sebelum Jabodetabek banjir hebat diawal tahun 2020 ini.
Dan sebelum negara api menyerang. 😆 (maksudnya sebelum virus corona mewabah di indonesia)
"Ah, gimana ini hari raya tetap kerja. Padahal sudah janji dengan keluarga" benakku.
Tetap saja terpaksa harus ku jalani. Padahal aku sudah janji pada keluarga kecilku dapat pulang ke kampung halaman.
Hari ini hari Minggu. Aku sudah bangun pagi dan bersiap siap pergi bersama kakak sepupuku. Kami dari beberapa hari yg lalu sudah merencanakan kegiatan ini.
Kegiatan yg sudah lama aku ingin lakukan. Ditambah kakak sepupu ku yg ikut bersemangat karena masih berhubungan dengan jurusan kuliah yg dia ambil. Juga masih berhubungan dengan ibunya.
Warisan. Bagi sebagian orang mendapat warisan adalah sesuatu yg menyenangkan. Warisan yg bisa manfaat baik untuk beberapa orang.
Ya jika warisan itu dpt memberi mu rasa yg membahagiakan.
Tapi tidak untukku, aku tidak mengharap, tdk meminta tetapi diwarisi. Warisan turun temurun.
"Jin" itulah nama warisan yang kudapatkan. Aku tidak tahu apa itu. Aku tidak tahu darimana itu. Aku tidak tahu nama dari lelembut itu. Aku juga tidak tahu apa guna warisan itu.
Inilah cerita ku. Cerita tak bergambar yang penuh sendu.
Bukan bermaksud apa2, hanya ingin menceritakan apa yg kulihat. Mohon ambil hikmah dan pesan ceritanya saja.
Ini ceritaku tentang seorang temanku yg meninggal dalam kecelakaan tragis. Seorang teman yg sudah bagaikan saudara untuk kami semua teman sekelas di masa STM.