My Authors
Read all threads
- Based on True Story -

#HorrorThread

--KROMOLEO--

"Hantu Iring-Iringan Jenazah"

Sebuah pertanda buruk bagi yang melihatnya.

Lanjutan ke-3 dari thread #LembahMisteri

__ A Thread __
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor| #bacahorror #ceritahorror
Sambil nunggu sahur kita lanjutlah cerita kejadian horror di Lembah Misteri.

Biar nyambaung jangan lupa baca thread sebelumnya

JAMAAH TAK KASAT MATA
Oke langsung aja kita mulai ceritanya.

Kejadian ini terjadi sekitar tahun 2004 beberapa bulan sebelum bencana tsunami Aceh.

Aku masih ingat kala itu aku baru naik kelas 4SD.
Seperti biasa, sore hari aku dan temanku mengaji di mushola.

Kali ini hanya murid cowok yang mengaji, yang cewek diliburkan karena bu Halimah sedang sakit.
Ternyata semua murid cowok datang semua lengkap berlima. Aku, Adi, Alfan, Doi, dan Zaenal.

Pelajaran hari ini adalah tentang tartil. Yaitu belajar membaca Al-Quran dengan benar sesuai dengan tajwid dan makhrajnya.
"Duk duk duk dukkk" terdengar cukup keras suara pukulan gagang kayu ke bangku, sebagai tanda panjang dan pendeknya saat menbaca Al-Quran.

Aku membaca pelan-pelan setiap ayatnya, bahkan bisa mengulang hingga 3x kalau salah ketukan.
Kelihatannya cukup mudah memang, tapi pada kenyataannya pelajaran ini sangat susah.

10 menit menjelang isyak akhirnya selesai juga pelajaran mengaji kali ini.

Ku tutup Al-Quranku, sekalian aku angkat bangku belajar ke bagian samping supaya rapi.
Malam ini giliran aku yang adzan isyak. Alfan, Adi, Doi keluar dulu untuk mengambil wudhu di toilet sebelah mushola.

Sedangkan Zaenal aku tarik dulu, buat menemani aku wudhu nanti setelah adzan.
"Heh ojo wudhu dhisik, aku bareng. Wedhi lak dewean."

(Heh jangan wudhu dulu, aku bareng. Takut kalau wudhu sendirian)

Pintaku memelas ke Zaenal. Karena memang toilet itu lumayan horor. Kalau siang hari, dari situ kita bisa melihat belik air yang ada di cerita sebelumnya.
Awalnya zaenal tidak mau, tapi karena kasihan akhirnya dia mengiyakan.

"Allahuakhbar, Allahuakhbar
Laaillahhaillallahhhh"

Selesai sudah aku adzan dan kami berdua bergegas ke luar mushola untuk wudhu.
Aku lihat kondisi di luar mushola sangat sepi dan gelap. Terlihat hanya lampu terang di rumah Pak Samin, Nur dan Mba Sarimo.

Tanpa berfikir panjang aku pakai sandalku dan berjalan menuju toilet, 25 meter di selatan mushola.
Aku berjalan perlahan ke toilet, karena memang jalannya hanya terlihat samar-samar.

Ternyata Adi, Alfan, Doi sudah selesai wudhu dan papasan saat mereka mau balik ke mushola.
Sampai juga di toilet yang depannya ada sumur.

"Duh banyu selange mati, kudu nimbo dhisik iki".

(Duh air selangnya mati, harus menimba air dari sumur dulu nih)

Gerutu Zaenal karena memang selang air dari beliknya mati.
Jarang banget padahal selang air itu mati. Misalkan matipun air di bak biasanya penuh.

Tapi sekarang sudah tinggal setangah, mungkin habis dipakai ketiga anak tadi.

Akhirnya mau gak mau kita harus susah payah menimba air untuk wudhu.
Toilet dan sumur ini memang sudah berumur tua. Dibangun tahun 80-an, sejak saat itu belum pernah direnovasi. Cuma ditambal saja bagian lantainya.

Tembok dan lantainya pun sudah berlumut, ditambah penerangan lampu kuning 5 watt semakin lengkap horornya saat malam.
Zaenal wudhu duluan dipancuran dalam. Aku yang nimba air diluar.

Ku tengok arah selatan gelap sekali, kulihat rumah mbah Sarimo juga sepi. Mulai muncullah rasa ketakutanku.
Aku masukkan timba air ke sumur.

"Ngeekkk, ngeekkk, ngeekkk"

Suara roda timba air yang sudah tua ketika ditarik menambah kehororan toilet itu.
Akhirnya Zaenal selesai wudhu dan keluar dari bilik toilet.

"Enteni yo ojo ditinggal! aku wes nimbo ping telu"

(Tungguin ya jangan ditinggal! Aki udah nimba air 3x)

Pintaku ke dia sambil aku masuk ke bilik.
"Bismillahirrahmanirrahim"

Kubasuh telapak tangan, kumur-kumur, lalu hidung.

Pas mau membasuh muka, ketakutanku muncul kembali. Pas menutup mata dan mulai membasuh, tiba-tiba pikiranku membayangkan muka pocong persis seperti di film POCONG.
Seketika aku mulai tidak fokus dengan wudhuku. Pikiranpun buyar berganti dengan ketakutan akan hantu yang menghuni sekitar belik di selatan toilet.

Buru-buru aku selesaikan wudhunya, entah benar urutannya atau tidak, yang jelas aku hanya membasuh sekali di tiap bagian.
Selesai wudhu aku keluar bilik dan ternyata Zaenal sudah tidak ada di toilet.

Makin paniklah aku. Aku ambillah langkah untuk lari menuju mushola. Karena kondisi lantai berlumut dan licin, akhirnya aku malah terpeleset

Srettttt, jedukkk!!
Asli sakit banget rasanya, terpeleset saat mau lari kearah samping.

Beberapa saat aku meringis kesakitan, tapi rasa ketakutanku semakin menjadi-jadi, aku paksalah untuk segera berdiri.

Susah banget awalnya. Karena paha sebelah kanan membentur lantai cukup keras.
Setelah bisa berdiri, akhir aku berjalah perlahan menuju mushola karena tak mampu lagi berlari.

Aku masih cukup kesal dengan Zaenal karena meninggalkanku sendirian di tempat yang seram.
Sesampainya di mushola aku berlagak biasa saja, meski ku tahu beberapa bagian bajuku kotor terkena lantai.

Kami lanjut sholat isyak dan ditutup dengan dzikir bersama.
Selesai sholat dan dzikir kami masih bercakap-cakap santai di mushola. Hingga aku lihat jam sudah pukul 7.30 yang artinya kami harus segera pulang agar tidak kemalaman.

Langsung saja kuambil tas dan bergegas keluar mushola untuk menyalakan obor bambu kami.
Saat itu aku masih menggunakan obor dari bambu yang diisi minyak tanah dan dikasih sumbu.

Jalan menuju rumah kami dari mushola melewati kebun kayu yang gelap dan juga jembatan.
Kami mulai berjalan perlahan meninggalkan mushola dan mulai melewati jalan di tengah kebun kayu.

Kondisi malam itu sudah sangat sepi sekali. Dari kejauhan beberapa rumah warga bahkan sudah dimatikan lampunya. (Di kampungku habis isya sudah sesepi kuburan).
"Sepi tenan rek, biasanya ngeneki medi seneng ngetok".

(Sepi benet nih, biasanya kalau begini hantu suka nongol).

Gurau si Doi yang melihat kita diam saja dari tadi.
"Husss cangkemu, ngomong opo kowe. Engkok la metu tenanan yo'opo?"

(Hussss mulutmu, ngomong apaan kamu. Nanti kalau nongol beneran gimana?)

Celatu Alfan sambil mempercepat langkah dia.
Kami berlimapun berjalan lebih cepat, diterangi cahaya obor melewati jalan di tengah kebun tadi.

Tepat di depan kami ada jembatan. Jalanan mulai menanjak sedikit sehingga kami mulai memperlambat jalan kami.
Sesampai di jembatan, suasana mulai sedikit berubah. Hembusan angin dari arah kiri membaut bulu kudukku agak berdiri.

Seolah-olah ada sesuatu yang akan terjadi setelah ini.

Kulihat arah depan dan belakang tidak kelihatan warga satupun. Sedangkan arah kanan kiri gelap gulita.
Suasana semakin mencekap, kamipun terus berjalan perlahan melewati jembatan.

Saat pas melewati jembatan jalananpun menurun. Angin mulai berhembus lebih kencang dari arah barat (kiri kami) dan tiba-tiba . . . .
Kami semua berhenti bergerak di turunan, badan kami tidak bisa digerakkan lagi dan mulailah muncul sosok rombongan yang menyeramkan.

Tepat di depan kami terlihat rombongan orang seram membawa keranda jenazah, lengkap dengan pembawa payung layaknya mau menguburkan jenazah.
Semua rombongan memakai baju gelap denga muka seram. Dan didalam keranda terdapat sosok pocong.

Rombongannya cukup banyak dan berjalan saja di depan kami seolah-olah tidak menghiraukan keberadaan kami.
Mereka datang dari arah tempuran (pertemua 3 sungai) di barat yang memang terkenal wingit dengan banyak penunggu di kampung kami.

Kami berlimapun hanya bisa menatap rombongan itu, bahkan untuk memejamkan mata tidak bisa.
Sampai beberapa saat kemudian rombongan itu (puluhan orang) melewati kami dan mulai menghilang di kedung sungai di arah timur.

Kedung sungai ini juga cukup angker dengan pohon beringin besarnya.
Setelah rombongan tadi mulai menghilang, kami pun biaa bergerak lagi.

Namun seolah tenaga kami habis, kakiku lemas sekali hingga susah untuk lari.

Aku duduk ditanah sebentar lalu berdiri lagi, aku paksakan untuk segera lari dari tempat itu.
Kamipun akhirnya lari ketakutan dan mencoba secepat mungkin sampai rumah.

Bahkan sandalku hilang satu dan baru tahu ketika aku sampai di depan rumah.

Sesampainya di rumah, akupun langsung tidur dan ingin segera melupakan kejadian malam itu.
Keesokan harinya aku dengar kabar kalau Adi jadi sakit demam. Mungkin itu efek akibat semalam melihat rombongan hantu pembawa jenazah.
Setelah aki cari tahu, ternyata hantu iring-iringan jenazah tadi dinamai Kromoleo.

Hantu ini seperti pertanda buruk kalau akan ada yang meninggal atau bencana di kampung itu.
Barang siapa yang melihat hantu itu, sebaiknya diikuti sampai melewati batas kampung kita.

Atau kalau tidak yang berarti di kampung kita yang akan mendapat hal buruk tersebut.

Karena malam itu kami sudah ketakutan, mana mungkin kami mau mengikuti rombongan tersebut.
Apalagi tempat yang mereka lalui berupa kebun dan melewati beberapa lokasi wingit/angket.

Yang ada malah kami yang hilang bersama mereka.
Dan jelas saja, selang beberapa hari kemudian, seorang sesepuh di kampung kami meninggal dunia.
Ini benar-benar pengalaman yang super menyeramkan dan menjadi mimpi buruk bagi kami.

Aku berharap semoga kalian jangan sampai menemui hantu Kromoleo ini.

Ketemu satu hantu aja sudah horor, apalagi ini ketemu puluhan sekaligus.
Udah dulu ya lanjutan thread #LembahMisteri kali ini.

Selamat Sahur, Selamat Berpuasa.
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Night Owl Story

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!