My Authors
Read all threads
- Based on True Story -

#HorrorThread

TEMPURAN &
KUNTILANAK MERAH

"Temu hilir, pisah hulu"
Lanjutan ke-4 dari thread #LembahMisteri

__ A Thread __
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @bagihorror @Penikmathorror | #bacahorror #ceritahorror
Awalnya aku mau cerita tentang kegoblokanku sendirian ke air terjun untuk hun ting foto.

Tapi akhirnya aku putuskan untuk cerita kejadian yang masih berhubungan dengan thread sebelumnya. "KROMOLEO".

Ini adalah cerita tentang ritual mandi malam yang gagal karena bertemu sosok "Kuntilanak Merah".
Kejadian ini terjadi sekitar tahun 2006, pada malam Selasa Kliwon di Bulan Sura.

Ketika cahaya bulan cukup terang di malam hari.
Jika kalian membaca cerita Kromoleo sebelumnya, kejadian bertemu Kuntilanak Merah ini berada di Tempuran (pertemuan 2 atau 3 sungai menjadi 1 aliran) yg jaraknya hanya sekitar 400 m dari jembatan.

Ini gambaran tempatnya.
Oke lanjut ya, maaf tadi keskip buka puasa dulu. #ceritahoror
Sore ini aku lihat ibuku masak cukup banyak dan enak-enak.

Ada telur balado, sayur lodeh, ayam goreng hingga krupuk udah satu toples besar.
"Okeh men bu masake? Emange ono acara opo?"

(Banyak banget bu masaknya? Emang ada acara apa)
"Iku lho engkok bengi ono tamune bapakmu nginep nde omah".

(Itu loh nanti malam tamu bapakmu nginep di rumah)

Jawab ibuku sambil nyiapin cabe buat sambal.
Hari udah mulai petang, suara jangkrik di sekitar rumah juga mulai nyaring terdengar.

Jalan sebelah rumah yang selalu ramai saat sore dengan suara motor orang pulang dari kebun, berubah menjadi gelap dan sunyi seperti di kuburan.
Aku tanya bapakku, ternyata malam ini akan ada ritual mandi malam sebagai puncak rangkaian tirakad buang balak (kesialan) para tamunya.

Ritual ini dilakukan setelah beberapa tamunya melakukan puasa mutih dalam kurun waktu tertentu.
Dan kali ini, ritual mandi malamnya dilakukan di "Tempuran" karena kebetulan sungai sebelah rumah sedang mengalir (biasanya mati saat tidak hujan).

Dipilihnya tempat itu bukan tanpa maksud. Selain tempat bertemunya beberapa aliran sungai dari gemprahan, tempat itu juga sakral.
Di Tempuran ini terdapat 2 pohon besar yang pertama pohon bunga kenanga dan satunya pohon kemiri.

Serta sebelahnya lagi rimbun dengan pohon bambu apus dan kebun pisan.
Kulihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 8 malam. Tapi tak seorangpun tamu bapak sampai di rumah.

Bapakku duduk di teras sambil merokok, menunggu tamunya. Sedangkan ibuku masih sibuk dengan persiapan makanannya di dapur.
Sekitar pukul 9 akhirnya terdengar suara 2 motor mendekat ke rumah. Ternyata benar itu adalah tamu bapak.

Aku pandangi wajah mereka sepertinya sedikit ketakutan dan lelah saat sampai di halaman rumah.
Tanpa basa-basi bapakku langsung mempersilahkan tamunya masuk. (Padahal biasanya dia ngobrol sebentar di luar).

Mungkin bapakku sudah tahu kalau ada kejadian janggal yang menimpa tamunya di perjalanan. Dan ternyata benar ada sesuatu terjadi saat memasuki jalan hutan harapan.
Buat yang belum sempat baca tentang jalan hutan harapan bisa balik ke thread pertama Lembah Misteri

"Kok panjenengan riyen sing dugi? Rencang liyane ten pundi"

(Kok kalian dulu yang sampai sini, temen yang lain mana?)

Tanya bapakku ke tamunya karena penasaran baru 2 motor (4 orang) yang sampai. Padahal harusnya ada 12 orang yang datang malam ini.
"Anu pak, rencang liyane ten bengkel riyen celak balai deso. 3 motor wonten masalah ten dalan alas".

(Anu pak, temen yang lainnya ke bengkel dekat balai desa. Ada 3 motor kena masalah saat berada di jalan hutan)

Jawan salah satu tamunya dengan suara lirih.
Hari sudah semakin malam, jam 10 waktu itu tapi sisa tamunya masih belum juga sampai.

Akhirnya bapakku telpon mereka untuk menanyakan kabarnya.
Dan ternyata tamunya baik-baik saja.

Selang beberapa menit mereka sampai juga dirumah dengan senyum lebar bertemu bapakku.
Lalu ceritalah salah satu tamu bapakku, panggil saja Sugi.

Selama perjalan di jalan hutan katanya banyak sekali hambatan yang seolah menyuruh mereka balik arah tidak melanjutkan perjalanan.
Pertama tiba-tiba salah satu motornya mogok ditengah hutan. Sudah beberapa kali distarter tetap saja tidak menyala mesinnya. Padahal motornya baru dibeli tahun lalu.

Akhirnya karena jalanan turun degeretlah motornya menggunakan tapi.
Lalu muncullah masalah selanjutnya. Saat turunan dan mau belokan, tiba-tiba lampu motor yang menyeret mati tanpa sebab.

Paniklah mereka dan hingga membuat motor belakang yanh diseretnya menabrak pembatas jurang.
Untung tidak ada yang terluka serius. Hanya memar sedikit di lutut saja.

Kondisi saat itu benar-benar gelap di tengah hutan yang seram. Cukup ngeri untuk digambarkan karena memang angker tempat itu.
Beberapa teman sibuk menolong yang jatuh, sedangkan yang lain terus berdoa semoga tidak ada makhluk lain yang mengganggu.
Akhirnya mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, namun dengan laju yang pelan. Takut ada kejadian lain yang bikin celaka.

Sesampainya di lembah dan perkampungan akhirnya mereka menemukan bengkel motor dan mencoba memperbaikinya.
Disuruhlah 4 temennya yang motornya aman, untuk berangkat lebih dahulu ke rumah buat kasih kabar ke bapakku.

Sedangkan yang lain menunggu di bengkel sampai motornya selesai diperbaiki.
Anehnya, setelah di cek semua motornya tidak ada satupun yang rusak.

Mesin yang mati, distarter sekali langsung hidup. Bahkan lampu yang tadi mati juga menyala terang.
Mereka pun makin bingung dengan kejadian malam itu.

Tak berlama-lama akhirnya mereka bayar dan pamit ke tukang bengkel, melanjukan perjalanan ke rumah.
Mendengar cerita tersebut bapakku hanya mengangguk dan berkata anggap saja hal itu sebagai rintangan saat akan menyelesaikan tirakat buang balak ini.
Yang aku tahu emang lumayan berat hambatan tirakat ini.

Mulai hambatan dari keluarga kita sendiri, tentangga hingga hal lain yang seolah menginginkan kita gagal.
Tak berpanjang lebar karena sudah mendekati tengah malam. Bapakku meminta barang bawaan tamunya yang dimintanya jauh-jauh hari.

Barang tersebut adalah air dari 7 sumber mata air berbeda dan buka 7 rupa.
Dibawalah barang tersebut ke belakang, ke kamar gudang bapakku.

Lalu air 7 sumber tadi dituang ke bak mandi dan ditaburi bunga 7 rupa.
Setelah itu dibawalah bak mandi (ember hitam besar) ke luar rumah di halaman samping yang gelap.
Dan

RITUAL MANDI MALAM BUANG BALAK

dimulai...
Pertama bapakku menyuruh 4 tamunya untuk mandi dengan air yang sudah disiapkan tadi di luar.

Ternyata tidak semua dari 12 tamu tadi ikut tirakat. Beberapa masih dalam proses tirakat, sedangkan yang lainnya hanya mengantar saja.
Kondisi di luar sangat gelap karena cahaya bulan tertutup mendung. Dan udara dingin disertai angin kencang gampang membuat bulu kuduk berdiri.
Sekitar pukul 12 akhirnya keempat tamu bapakku mulai mandi dengan air tadi di halaman samping.

Setelah itu, mereka diminta untuk bermeditasi hingga adzan subuh di Tempuran yang sudah bapakku tunjukkan tempatnya dari minggu.
Kali ini mereka berempat harus melakukannya sendiri tanpa bantuan bapakku.

Dan berjalanlah mereka menuju gelapnya malam, menyusuri sungai samping rumah hingga sampai di Tempuran.
Bayangkan mereka berjalan tanpa alas kaki dan senter melewati pinggir sungai yang gelap, menuju sebuah tempat yang sangat wingit.
Setelah berjalan beberapa saat akhirnya mereka sampai juga di Tempuran.

Tepat dibawah pohon besar bunga kenang mereka akan melakukan meditasi.

Dibakarlah dupa yang diberikan bapakku dan mereka berempat mulai memejamkan mata.
Saat ini mereka berada di tengah hutan dan menghadap sungai di pertengahan malam Selasa Kliwon.

Pak Sugi bercerita saat pertama mereka memejamkan mata, suasana seketika hening, yang terdengar hanya suara aliran air sungai, jangkrik, dan pohon bambu yang tertiup angin.
Bapakku bilang "apapun godaan, baik suara maupun yang lainnya, mereka harus terus fokus dengan meditasinya dan tidak boleh membuka mata".

Karena apabila mereka membuka mata, dikhawatirkan membuyarkan meditasi dan menggagalkan ritual malam itu.
Benar saja, selang beberapa saat setelah memejamkan mata, Pak Sugi mulai mendengar

"Ssssshhhhhhhhhhh"

Suara tiupan sangat dekat dengan telinganya.
Pak Sugi mencoba menghiraukannya dan tetap fokus pada meditasinya.

Hingga akhirnya tiupan itu perlahan menghilang di keheningan malam.
Namun itu tadi baru permulaan, seperti penyambutan mereka (makhluk tak kasat mata) kepada tamunya....
Tak lama setelah tiupan itu, gangguang yang lain semakin gencar.

Pak Sugi mulai mendengar rintihan orang menangis seperti minta tolong, lalu suara gelak tawa anak hingga suara orang yang sedang seru mandi di sungai.
Namun dia sadar, tidak mungkin tengah malam di hutan gelap ada orang beraktifitas ramai di sini.

Suara-suara itu semakin nyata seperti aktifitas siang hari di perkampungan yang ramai penduduk.
Karena sudah tak tahan, akhirnya Pak Sugi membuka mata dan yang dia lihat hanyalah gelapnya hutan dengan suara binatang hutan dan gemercik air sungai.
Sadar dia telah membuka mata, akhirnya dia mencoba kembali menenangkan diri dan mulai menutup mata untuk melanjutkan meditasi.

Dan di sinilah awal gangguan yang makin seram mulai dipertontonkan oleh penunggu dan penguasa kawasan itu.
"Raaaawwrrrrr"

Terdengar suara erangan macan persis depan mukanya.

Bersama dengan itu angin berhembus kencang dari arah yang sama.
Seketika bulu kuduknya berdiri. Namun dia tetap berusaha menguasai ketakutannya.

Lalu terdengarlah suara ketawa

"Hi hi hi hi hi hi"

Terdengar familiar seperti suara kuntilanak di film-film.
Rasa takutpun mulai menguasai Pak Sugi. Dan kali ini adalah puncak dari gangguan ritual malam ini.

"Kyik kyik, kyik kyik"

Terdengar jelas seperti suara piyik ayam di dekat dia.
Meski hanya terdengar seperti suara piyik ayam tapi energy panas yang dirasakan cukup kuat. Bulu kuduknya pun seketika berdiri.

Dan akhirnya dia membuka mata untuk kedua kali dan dia melihat samping kanan kiri, 3 temannya sudah tidak ada
Ketakukan pak sugi semakin memuncak ketika tiba-tiba muncullah sosok wanita merah berambut panjang dengan muka seram, lidah panjang dan bertaring.

Kurang lebih seperti gambaran di buku KJT.
Dengan tatapan tajam dia memandang Pak Sugi seolah dia marah ke Pak Sugi karena merasa terganggu akan keberadaanya.

Suasana malampun semakin mencekam dan Pak Sugi hanya bisa terdiam seolah tubuhnya terbatu bersila saat menatap sosok tersebut.
Dilain sisi, sekitar pukul 2 malam bapakku masih terjaga dan ngobrol seru dengan tamu yang masih menunggu di rumah sambil menunggu 4 orang balik dari ritual.

Namun entah apa yang terjadi, dia mulai gusar memikirkan tamu dia yang sedang ritual di Tempuran.
Seperti ada hal yang tidak beres dan bapakku ikut merasakannya.

Semakin lama dia menunggu, semakin gusar pikirannya. Hingga dia memutus memutuskan untuk menyusul ke Tempuran.
Dia meminta tamu yang lain untuk tetap di rumah dan mulai berjalan sendiri menyusul keempat tamunya.

Berbekal senter kecil, bapakku mulai melewati jalan samping sungai.
Dia berjalan cepat seolah terjadi hal buruk dengan tamunya.

Baru setengah jalan terlihatlah 3 tamunya Pak Juki, Pak Sholeh dan Mas Doko lari ketakutan menuju bapakku.
"Anu pak, okeh gangguan. Ono penampakan puteh-puteh nde wit kenanga".

Jelas ketiga tamunya sambil ngos-ngosan lari di gelapnya jalan hutan.
Jelas saja, ternyata ketika tadu terdengan ketawa suara kuntilanak, ketiga tamu bapakku membuka mata dan ketakutan bukan main.

Sehingga mereka lari tunggang langgang meninggalkan meditasinya.
Mendengar hal tersebut, bapakku semakin mengkhawatirkan sisa tamunya yang masih tetap di Tempuran, Pak Sugi.

3 tamu disuruh terus jalan balik ke rumah, dan bapakku semakin jalan cepat menuju Tempuran.
Hingga akhirnya bapakku sampai juga dan mendapati tamunya menatap terdiam ke arah pohon kenanga.

Seolah dia menatap sosok yang menakutkan.
Tidak mau tamunya kenapa-napa atau pulang menjadi linglung, dia pun berusaha menyadarkannya.

Hingga akhirnyaPak Sugi tersadar dengan kondisi tubuh yang lemas.
Pak Sugi sendiri, ketika tadi menatap sosok merah itu hanya terpaku seolah semua energy dia diserap oleh mahkluk itu.

"Lapo kowe mrene?"

Dengan nada serak dan keras sosok itu bertanya ke Pak Sugi.
( Kenapa kamu kemari)

"Iki daerahku, wani-wanine kowe laku nang kene!"

(Ini daerahku, berani-beraninya kamu beraktifitas di sini!)

Seolah sosok itu menegaskan daerah kekuasaanya.
Pak Sugi pun hanya bisa terdiam bahkan tak mampu membuka mulutnya untuk menjawab.

Hingga akhirnya dia merasa ada yang menepuk punggungnya dari belakang dan ternyata itu bapakku.
Dan sosok merah itu pun hilang, lalu sekujur badan Pak Sugi terasa lemah, seperti semua energynya terkuras habis oleh sosok merah tadi.
Melihat tamunya yang sudah lemas, bapakku memutuskan untuk membawanya pulang ke rumah.

Tidak mungkin melanjutkan ritual dengan kondisi seperti ini. Yang ada nanti malah jiwa tamunya dibawa ke alam lain.
Dengan berjalan perlahan bapakku membopong Pak Sugi pulang menyusuri jalan sungai yang gelap tadi.

Sesekali dia mengajak bicara agar pikirannya tidak kosong.
Dan akhirnya semua ritual malam itu gagal karena adanya gangguan dari penunggu Tempuran.

Bapakku bilang tidak apa-apa, nanti bisa diulang di hari yang sama malam Selasa Kliwon bulan berikutnya.
Mungkin malam itu memang lagi tinggi-tingginya energy penunggu Tempuran sehingga berani menampakkan diri.

Karena sangat jarang orang di temui oleh sosok Kuntilanak Merah itu.
Sesampai di rumah Pak Sugi dibiarkan berbaring di karpet, lalu disuruh minum air putih.

Tamu yang lain tampak cemas dengan kondisinya, namun tak lama kondisi Pak Sugi mulai membaik dan kembali bisa diajak ngobrol.
Malam itu benar-benar malam yang mengerikan bagi keempat tamu bapakku.

Hingga akhirnya di ritual-ritual selanjutnya ketika mandi malam, medutanya dilakukan di kamar gudang rumah.
Oke sudah dulu ya guys ceritanya. Next #threadhorror bakalan aku ceritain dari kisah nyata bapakku dan temannya yang tersesat di Alas Gemprahan.

Alas ini adalah hulu dari sungai-sungai di Tempuran tadi. Dan penunggunya tentu lebih berkuasa lagi. @ceritaht @bagihorror @IDN_Horor
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Night Owl Story

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!