#HorrorThread
TEMPURAN &
KUNTILANAK MERAH
"Temu hilir, pisah hulu"
Lanjutan ke-4 dari thread #LembahMisteri
__ A Thread __
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @bagihorror @Penikmathorror | #bacahorror #ceritahorror

Tapi akhirnya aku putuskan untuk cerita kejadian yang masih berhubungan dengan thread sebelumnya. "KROMOLEO".
Ketika cahaya bulan cukup terang di malam hari.
Ada telur balado, sayur lodeh, ayam goreng hingga krupuk udah satu toples besar.
(Banyak banget bu masaknya? Emang ada acara apa)
(Itu loh nanti malam tamu bapakmu nginep di rumah)
Jawab ibuku sambil nyiapin cabe buat sambal.
Jalan sebelah rumah yang selalu ramai saat sore dengan suara motor orang pulang dari kebun, berubah menjadi gelap dan sunyi seperti di kuburan.
Ritual ini dilakukan setelah beberapa tamunya melakukan puasa mutih dalam kurun waktu tertentu.
Dipilihnya tempat itu bukan tanpa maksud. Selain tempat bertemunya beberapa aliran sungai dari gemprahan, tempat itu juga sakral.
Serta sebelahnya lagi rimbun dengan pohon bambu apus dan kebun pisan.
Bapakku duduk di teras sambil merokok, menunggu tamunya. Sedangkan ibuku masih sibuk dengan persiapan makanannya di dapur.
Aku pandangi wajah mereka sepertinya sedikit ketakutan dan lelah saat sampai di halaman rumah.
Mungkin bapakku sudah tahu kalau ada kejadian janggal yang menimpa tamunya di perjalanan. Dan ternyata benar ada sesuatu terjadi saat memasuki jalan hutan harapan.
(Kok kalian dulu yang sampai sini, temen yang lain mana?)
Tanya bapakku ke tamunya karena penasaran baru 2 motor (4 orang) yang sampai. Padahal harusnya ada 12 orang yang datang malam ini.
(Anu pak, temen yang lainnya ke bengkel dekat balai desa. Ada 3 motor kena masalah saat berada di jalan hutan)
Jawan salah satu tamunya dengan suara lirih.
Akhirnya bapakku telpon mereka untuk menanyakan kabarnya.
Selang beberapa menit mereka sampai juga dirumah dengan senyum lebar bertemu bapakku.
Selama perjalan di jalan hutan katanya banyak sekali hambatan yang seolah menyuruh mereka balik arah tidak melanjutkan perjalanan.
Akhirnya karena jalanan turun degeretlah motornya menggunakan tapi.
Paniklah mereka dan hingga membuat motor belakang yanh diseretnya menabrak pembatas jurang.
Kondisi saat itu benar-benar gelap di tengah hutan yang seram. Cukup ngeri untuk digambarkan karena memang angker tempat itu.
Sesampainya di lembah dan perkampungan akhirnya mereka menemukan bengkel motor dan mencoba memperbaikinya.
Sedangkan yang lain menunggu di bengkel sampai motornya selesai diperbaiki.
Mesin yang mati, distarter sekali langsung hidup. Bahkan lampu yang tadi mati juga menyala terang.
Tak berlama-lama akhirnya mereka bayar dan pamit ke tukang bengkel, melanjukan perjalanan ke rumah.
Mulai hambatan dari keluarga kita sendiri, tentangga hingga hal lain yang seolah menginginkan kita gagal.
Barang tersebut adalah air dari 7 sumber mata air berbeda dan buka 7 rupa.
Lalu air 7 sumber tadi dituang ke bak mandi dan ditaburi bunga 7 rupa.
RITUAL MANDI MALAM BUANG BALAK
dimulai...
Ternyata tidak semua dari 12 tamu tadi ikut tirakat. Beberapa masih dalam proses tirakat, sedangkan yang lainnya hanya mengantar saja.
Setelah itu, mereka diminta untuk bermeditasi hingga adzan subuh di Tempuran yang sudah bapakku tunjukkan tempatnya dari minggu.
Dan berjalanlah mereka menuju gelapnya malam, menyusuri sungai samping rumah hingga sampai di Tempuran.
Tepat dibawah pohon besar bunga kenang mereka akan melakukan meditasi.
Dibakarlah dupa yang diberikan bapakku dan mereka berempat mulai memejamkan mata.
Pak Sugi bercerita saat pertama mereka memejamkan mata, suasana seketika hening, yang terdengar hanya suara aliran air sungai, jangkrik, dan pohon bambu yang tertiup angin.
Karena apabila mereka membuka mata, dikhawatirkan membuyarkan meditasi dan menggagalkan ritual malam itu.
"Ssssshhhhhhhhhhh"
Suara tiupan sangat dekat dengan telinganya.
Hingga akhirnya tiupan itu perlahan menghilang di keheningan malam.
Pak Sugi mulai mendengar rintihan orang menangis seperti minta tolong, lalu suara gelak tawa anak hingga suara orang yang sedang seru mandi di sungai.
Suara-suara itu semakin nyata seperti aktifitas siang hari di perkampungan yang ramai penduduk.
Dan di sinilah awal gangguan yang makin seram mulai dipertontonkan oleh penunggu dan penguasa kawasan itu.
Terdengar suara erangan macan persis depan mukanya.
Bersama dengan itu angin berhembus kencang dari arah yang sama.
Lalu terdengarlah suara ketawa
"Hi hi hi hi hi hi"
Terdengar familiar seperti suara kuntilanak di film-film.
"Kyik kyik, kyik kyik"
Terdengar jelas seperti suara piyik ayam di dekat dia.
Dan akhirnya dia membuka mata untuk kedua kali dan dia melihat samping kanan kiri, 3 temannya sudah tidak ada
Suasana malampun semakin mencekam dan Pak Sugi hanya bisa terdiam seolah tubuhnya terbatu bersila saat menatap sosok tersebut.
Namun entah apa yang terjadi, dia mulai gusar memikirkan tamu dia yang sedang ritual di Tempuran.
Semakin lama dia menunggu, semakin gusar pikirannya. Hingga dia memutus memutuskan untuk menyusul ke Tempuran.
Berbekal senter kecil, bapakku mulai melewati jalan samping sungai.
Baru setengah jalan terlihatlah 3 tamunya Pak Juki, Pak Sholeh dan Mas Doko lari ketakutan menuju bapakku.
Jelas ketiga tamunya sambil ngos-ngosan lari di gelapnya jalan hutan.
Sehingga mereka lari tunggang langgang meninggalkan meditasinya.
3 tamu disuruh terus jalan balik ke rumah, dan bapakku semakin jalan cepat menuju Tempuran.
Seolah dia menatap sosok yang menakutkan.
Hingga akhirnyaPak Sugi tersadar dengan kondisi tubuh yang lemas.
"Lapo kowe mrene?"
Dengan nada serak dan keras sosok itu bertanya ke Pak Sugi.
"Iki daerahku, wani-wanine kowe laku nang kene!"
(Ini daerahku, berani-beraninya kamu beraktifitas di sini!)
Seolah sosok itu menegaskan daerah kekuasaanya.
Hingga akhirnya dia merasa ada yang menepuk punggungnya dari belakang dan ternyata itu bapakku.
Tidak mungkin melanjutkan ritual dengan kondisi seperti ini. Yang ada nanti malah jiwa tamunya dibawa ke alam lain.
Sesekali dia mengajak bicara agar pikirannya tidak kosong.
Bapakku bilang tidak apa-apa, nanti bisa diulang di hari yang sama malam Selasa Kliwon bulan berikutnya.
Karena sangat jarang orang di temui oleh sosok Kuntilanak Merah itu.
Tamu yang lain tampak cemas dengan kondisinya, namun tak lama kondisi Pak Sugi mulai membaik dan kembali bisa diajak ngobrol.
Hingga akhirnya di ritual-ritual selanjutnya ketika mandi malam, medutanya dilakukan di kamar gudang rumah.
Alas ini adalah hulu dari sungai-sungai di Tempuran tadi. Dan penunggunya tentu lebih berkuasa lagi. @ceritaht @bagihorror @IDN_Horor