Cerita dari salah satu teman di penghujung tahun 2019 kemarin. Sebelum Jabodetabek banjir hebat diawal tahun 2020 ini.
Dan sebelum negara api menyerang. 😆 (maksudnya sebelum virus corona mewabah di indonesia)
"Ah, gimana ini hari raya tetap kerja. Padahal sudah janji dengan keluarga" benakku.
Tetap saja terpaksa harus ku jalani. Padahal aku sudah janji pada keluarga kecilku dapat pulang ke kampung halaman.
Namaku Rian, aku bekerja disebuah Badan Usaha Milik Negara dibidang energi.
Disini aku berada pada bagian yang sangat dibutuhkan dimasyarakat. Setiap hari apalagi saat hari2 besar. Semua energi harus on dan tetap terjaga. Terutama dalam kondisi darurat atau bencana.
Begitu juga dengan hari raya yg sudah kunantikan dengan keluarga. Terpaksa aku harus bekerja. Beberapa hari sebelum tanggal 25 Desember 2019 aku sudah membeli tiket kereta dari Jakarta ke Jogja.
Tapi atasan tidak memberiku ijin cuti. Karena Itu aku harus membatalkan tiket.
Karena tak ingin melewatkan hari Raya Natal tanpa keluarga ku. Aku memutuskan memboyong keluarga kecilku berhari raya di Jakarta.
Aku bisa bekerja dan masih bisa berkumpul saat hari raya bersama istri dan kedua anakku.
Aku sudah memesan penginapan melalui traveloka.
Karena ingin privasi dan bisa mndapat kamar yg luas untuk istri dan kedua anakku. Aku memilih apartement untuk kami menginap. Aku memesan untuk beberapa hari dan segera membayarnya tanpa melihat review dari apartement yg aku pesan.
Sayang sekali sehari sebelum natal aku ad tugas kantor ke Bogor. Akhirnya aku mengubah jadwal menginap di apartement yg sudah aku pesan untuk mundur beberpa hari.
Padahal anak dan istriku sudah sampai di Jakarta.
Karena itu aku mengajak anak dan istriku ikut ke Bogor.
Aku memesan kamar hotel di Bogor yg dekat dengan sebuah Gereja. Jadi kami tetap bisa beribadah dimalam natal.
Sesampainya di hotel Bogor yg tampak seperti bangunan tua ini. Kami mendapat kamar yg cukup luas dengan fasilitas yg cukup lengkap. Hanya kurang satu yg kami butuhkan
yaitu setrika baju agar pakaian kami rapi saat akan dipakai ke Gereja.
Setelah membereskan semua barang bawaan. Aku pergi keluar untuk bekerja dengan mengajak anak dan istri, karena tugas dari kantor hanya sebentar.Lumayanlah sedikit toleransi untuk kami agar dapat berlibur jg
sebelum pergi aku berpesan pada receptionist hotel untuk meminjamkan setrika baju ke kamar kami sore nanti.
Aku segera berangkat bertugas, sepulangnya kami mampir ke sebuah pusat perbelanjaan di Bogor. Siang hari kami kembali sebentar ke hotel. Ternyta setrika yg kami pesan
belum diantarkan ke kamar kami.
Aku bertanya lagi ke karyawan hotel. Dan katanya akan segera diantarkan sore nanti. Menjelang sore aku dan keluarga ku keluar sebentar untuk makan diluar.
Sekembalinya ke hotel, ternyta setrika yg kami pesan sudah di antarkan. Karena belum siap2
dan anak2 sudah lelah perjalanan, Aku dan istri ku memutuskan pergi ke Gereja esok hari saja.
Istriku segera menyetrika baju yg akan kami kenakan esok hari dan anak2 sudah terlelap. Pukul 11 malam, aku belum bisa tertidur.
Tiba - tiba kudengar pintu kamar diketuk beberapa kali. Ku kira mungkin karyawan hotel, tapi untuk apa jam segini.
Aku segera beranjak dari tempat tidur dan membuka pintu. Ternyta 2 anak laki2 yg mengetuk pintu kamar.
Mereka berwajah layaknya anak belanda beserta pakaiannya.
Aku bertanya pada mereka :"Ada apa nak? apa salah kamar? maaf ini kamar kami".
Tapi mereka tak menjawab, langsung pergi tanpa mengatakan apapun. Aku tidak berpikir apapun. Mungkin hanya salah kamar, pikirku.
Aku menutup kembali pintu kamar dan beristirahat.
Keesokan hari kami sudah bersiap ke gereja sekalian check out. Aku ke recepsionis dan sedikit menanyakan tentang kedua anak yg kutemui tadi malam.
"Maaf mbak, tadi malam kok masih ad dua anak bule berkliaran larut malam.
Apa mereka bisa menemukan kamar mereka?". Tanyaku pd recepsionis.
"Mmm....anu pak, anak yg mana ya? tidak ada yg datang kesaya". jawab recepsionisnya dengan nada yg agak gagap dn raut wajah yg agk takut.
"Gitu ya mba, mungkin ud ketemu kamarnya. Ya sudah mba makasih" timpalku
Aku segera pergi bersama keluargaku. Kami ke Gereja dan sedikit berlibur di bogor setelahnya.
Setelah puas Aku dan keluarga ku kembali ke Jakarta.
Kami langsung menuju apartement GS yg sudah aku pesan sebelumnya.
Kami langsung diantar ke kamar kami. Kamar yg cukup luas layaknya rumah, dengan 2 kamar tidur, dapur dan ruangtamu nya. Kamar no.208 lah yg kami tempati. Tepat disamping kamar 206 yg berjajar. Di apartement ini memang no kamar berjajar sesuai nomor ganjil dan genap.
Membentuk lorong dengan no kamar ganjil dan genap saling berhadapan.
Kami segera bersih2 dan istirahat karena lelah perjalanan dari bogor. Esok hari aku juga masih harus pergi kekantor kembali.
Siang ini semua normal, anak2 masih senang bermain kesana kemari.
Kami juga menikmati hari libur ini. Melihat Jakarta dengan hiruk pikuknya yg tak pernah lelah.
Hari sudah malam. Bahkan menjelang tengah malam. Aku tak juga bisa terlelap. Sudah lihat semua saluran tv tetap
tak bisa terlelap. Hingga pukul 2 dinihari. Aku mendengar suara dari kamar sebelah. Kamar no.206, seperti ku dengar sebuah benda digeser. Mungkin meja atau lemari?, Entahlah dari suaranya seperti benda berat yg digeser. Cukup lama suara itu. Sampai aku memastikannya dengan
menempelkan telingaku dengan dinding yg berbatasan persis dengan tembok kamar 206. Aku cukup heran, kok ad suara sekeras itu bisa terdengar sampai ke kamar ini. Dan juga saat dini hari begini?. Sedang apa orang yg ad dikamar sebelah.
Setahuku kamar apartement ini kedap suara.
Kamar 210 yg bersebelahan dan jelas ad orangnya pun tidak kudengar suara apapun dari tadi siang.
Aku masih berpikir positif. Mungkin memang orang yg ada di kamar 206 baru sj datang dan ingin memindahkan barangnya.
Sekitar setengah 4 pagi aku mulai tertidur. Sepertinya tak kudengar lagi suara dari kamar sebelah.
Pukul 7 pagi. Aku sudah bersiap kekantor, terpaksa kutinggalkan anak2 dan istriku diapartement. Kususuri jalan ibukota yg penuh sesak seperti biasa.
Pekerjaan hari ini cukup lancar dan padat, membuatku tidak bisa pulng tepat waktu. Sampai menjelang malam, sekitar setengah 6 sore. Tiba - tiba istri ku menelpon.
"Pah, pulang jam berapa? cepetan pulang pah!" suara istriku terdengar terburu buru dan khawatir.
"kenapa mah? ad apa?". Aku jadi ikut terhanyut dalam khawatir.
"Kakak pah, kakak ketakutan. Sembunyi trs dibawah meja pah, gak mau keluar, Ayo pah pulang cepetan!". suara istriku semakin memburu untuk segera pulang.
Aku sgra mnutup telpon, mematikan komputer dn bergegas pulang
Ah betapa khawatirnya dengan anak pertamaku. Kalau sj aku bisa secepat kilat tanpa trrjebak dalam kemacetan Jakarta. masih terus berkecamuk dalam benakku, Ada apa dengan kakak, sampai dia ketakutan seperti itu?
Apa yg dia lihat?
Sampai setengah 7 malam aku baru bisa sampai ke apartement. Istriku langsung menariku ke kamar. Kudapati anak pertama meringkuk takut dibawah meja rias sedari tadi sore. Langsung kudekati dan kugendong dia.
Kupeluk erat sambil menenangkannya.
"Gak apa2 kak, udah gakpapa.
Papah udah disini". Ucapku pada anak pertamaku ini sambil mengelus punggungnya.
"Itu pah, kakak takut itu Pah". Sambil menunjukan sudut ruang kamar ini.
Aku mencoba bertanya :"ad apa kak? kakak lihat apa disitu?"
"Aaaaa...Takut pah, tante nya melotot sama kakak,
muka tante banyak darahnya Pah".Anaku semakin meringkuk dan membenamkan kepalanya dipundakku.
"Hm....gkpapa kak, tante sudah Papah suruh pergi" sebenarnya aku masih clingak clinguk kesana kemarin dan tak melihat siapapun atau apapun disudut kamar ini, aku hanya ingin menenangkn
Anakku mulai sedikit mengintip dari balik pundaku.
"Aaaaaa....papah bohong, tante belum pergi". celetuk anakku kembali membuat jantungku semakin berdegup kencang.
Aku segera mengajak anak dan istriku keluar kamar menuju ruang tamu.
Anak pertamaku masih belum tenang.
Masih terus menangis dn tak mau turun dri gendonganku.
sambil trs nyerocos ngomong gk karuan.
"Tante jahat pah, Tante baju merah itu jahat pah.Tadi katanya nemenin main kakak dikamar.Terus malah mukanya jd serem banyak darahnya. Kakak suruh pulang gak mau. Maunya nemenin kakak"
"Iya sayang, besok jangan mau diajak main sm tante lagi ya". aku berusaha memberinya nasehat, aku tahu anak sekecil ini belum bisa membeda kan mana yg manusia nyata dan mahluk halus.
Belum selesai dengan kakak yg terus menangis. Adek ikut menangis melihat kakaknya.
Dengan sigap istriku menggendong adek dan menenangkannya.
Sampai akhirnya anak2 ku terlelap dalam gendongan kami.
Kubaringkan anaku dikamar satunya. Kami tetap menjaga mereka. Sambil berdiskusi tentang hal ini.
"Papah juga gk tahu mah, pas papah pesan lewat traveloka kyknya apartemen ini baik2 aj. Bersih ruanganya bagus dan masih tergolong baru. Ya memang sih papah gak lihat reviewnya dari orang2". jawabku.
Istriku mengernyitkan dahinya dn sedikit agak marah. "Papah ini gimana!, harusnya lihat rviewnya dlu. Sekarang kalau mau lihat nnti malah bikin kita ketakutan. Padahalkn kita masih beberpa hari lagi disini.Kalau mau pindah hotel lain pasti udah pda penuh. Kan ini mau tahun baru"
"Maaf mah, baiknya kita banyak berdoa aj. Jangan tinggalin anak2 main sendiri. Besok pagi coba aku tanya security atau pengelola apartemennya". saut ku agar istriku lebih tenang.
Aku dan istriku memutuskan segera tidur agar tak ad gangguan lain ke kami.
"Sreeeekt... Sreet...sreet..Duk".
Hah, aku terbangun mendengar suara dari kamar sebelah. Kamar 206. Ku raih hp dimeja dan kulihat jam masih menunjukan jam 2 dini hari.
"Sreeeet... Sreeet.."
ah, suaranya muncul lagi. Sama seperti kemarin. Suara seperti memindahkan benda berat.
Aku masih berpikir santai. Kenapa sih kamar sebelah selalu beraktifitas jam segini. Benda apa yg selalu dipindah sampai suaranya kedengaran keras dari kamar kami.
Bahkan suara itu tak muncul hanya sebentar. Cukup lama suara itu terus mengganggu.
Sejak kami menginap di kamar ini, kamar sebelah selalu membuat suara seperti meja atau benda padat lain yg digeser. Dn itu selalu dini hari. Durasinya bisa sampai satu jam bahkan lebih.
Aku hanya mengkhawatirkan anak2ku. Jika tidurnya terganggu.
Tapi anehnya anak dan istriku seperti tk mendengar suara itu. Mereka tetap terlelap. Padahal untuku suara itu cukup keras.
Jadi menurutku akan sangat mengganggu pada istriku yg lebih mudah terbangun.
Hm.. Tapi hal ini tetap ku simpan sendiri, Agar istriku tidak khawatir.
Suara itu selalu kubiarkan begitu saja walaupun mengganggu cukup lama.
Esok hari aku berangkat kekantor lagi. Turun ke lantai bawah dan menanyakan ada apa diapartemen ini? dan siapa orang yg tinggal di kamar 206 samping kamar kami?
Aku hanya bertemu security apartement.
Mungkin karena masih agak pagi. Recepsionis maupun pengelola apartemen belum ada karyawan yg datang.
Aku bertanya pada security :"Pak, maaf diapartemen ini sebenarnya ada apa ya? kok anaku kemarin sampai ketakutan katanya lihat sesuatu".
"Hm, lihat apa anaknya pak?
, disini gk ada apa2". Jawab security dengan agak gagap dan terlalu singkat menurutku.
"Bener pak gk ad apa? Terus kalau yg tinggal di kamar 206 samping kamar saya siapa pak?" timpalku dengan pertanyaan lain.
"Gak ada apa2! Kamar 206 kosong gk ad yg tinggal",jawab security itu
Deg...Serasa jantung ku berhenti. Lalu yg tiap malam memindahkan barang siapa?
(batinku). Sengaja aku tak mengatakan apapun agar tidak dikira mengada ada dan membuat tuduhan.
"Yakin pak? ",sahutku kembali pada security itu.
"Ya", jawab si bapak yg agak ketus tp aneh mnurutku.
Kemudian aku pamit segera berangkat kekantor. Benakku terus berkecamuk dan mengkhawatirkan keluargaku.
Hari ini aku akan pulang lebih awal. Tepat waktu agar sampai apartemen tidak sampai gelap.
Beberapa hari cukup terkendali. Aku selalu berusaha menjaga anak2 dan istriku dengan pulang tepat waktu dan tidak sampai gelap. Ya walaupun gangguan suara setiap pukul 2 dini hari dari kamar sebelah masih selalu aku dengar dan membuatku terbangun.
Sampai tiba malam tahun baru. Hari tetakhir kami menginap. Ya kami memang berencana menikmati malam tahun baru di Jakarta dan pulng keesokan harinya.
Pemandangan dari balkon kamar kami cukup bagus untuk melihat kembang api tahun baru. Kami tidak keluar kemana mana.
Hanya ingin menikmati kembang api dari balkon apartemen tempat kami menginap. Lagipula kami tak tega pada anak2 jika harus keluar. Pasti kan macet dan melelahkan. Ditambah malam itu langit terlihat mendung yg cukup gelap.
Tepat pukul 12 malam aku, istriku dan kedua anakku sudah bersiap dibalkon kamar tempat kami menginap. Ada beberapa penghuni apartemen lain yg ikut keluar balkon. Memang setiap kamar dibuat balkon yg sedikit menonjol keluar seperti teras atas. Begitu juga dengan kamar samping 206.
Tapi tak kulihati seorangpun keluar di balkon kamar 206. Bahkan lampunya tidak menyala.
Aku hanya menghiraukannya.
Kembang api pun sudah bersorak sorai dilangit malam diiringi suara terompet yg menggema disetiap sudut kota ini.
Kami menikmati susana ini. Sampai kembang api sudah mulai tak nampak, kami masih bercengkrama dibalkon.
Mungkin sekitar setengah 2 lebih (dinihari), tiba - tiba istri ku menariku dan anak2 terburu2 masuk kedalam kamar. Menutup pintu balkon dan tirainya.
Langsung mengajak kami duduk disofa dpn tv. Wajahnya pucat dn badannya gemetar.
Aku mendekatinya dn memegang tangannya yg gemetar hebat. Sambil bertanya :
"Kenapa Mah? Ada apa? Mamah gak papa?"
"Anuuu Pah, itu mbak nya baju merah nongol dibalkon kamar samping, penuh darah pah"
jawab istriku dengan muka yg masih pucat.
"Gakpapa, Mah. Ayo kita doa sama2" sahut ku sambil merangkul istri dan kedua anakku.
Kami berdoa bersama agar tidak diganggu dan dijauhkan dari bahaya.
Doa kami disambut hujan yg sangat deras. Bersama petir dan angin yg kencang.
Hujan semakin deras dan tak kunjung henti. Aku segera mengajak istri dan kedua anakku tidur dikamar yg lebih nyaman.
Karena rasa takutnya, istriku berusaha cepat tertidur. Begitu pula dengan anak2ku yg sudah kelelahan. Untung saja istriku sigap cepat menghindarkan kami
melihat penampakan yg menyeramkan. Takutnya kalau anak2ku ikut melihat. Pasti mereka akan menangis sejadinya dan kami akan kewalahan. Hm..Terimakasih istriku, Maaf liburan kali ini terlalu menegangkan.
Aku melihat istri dan anak2ku yg terlelap.
Dalam benakku aku masih penasaran
sebenarnya ada ap di apartemen ini, terutama di kamar sebelah no.206 .
Aku putuskan untuk segera tidur dan akan menanyakan lagi pada pihak pengelola atau recepcionis apartement ini.
Keesokan harinya.
Pagi ini kami sudah bersiap membereskan semua barang bawaan kami. Rencananya siang hari ini kami akan pulang dan check out dari apartement ini.
Setelah sarapan, Aku turun ke recepcionis untuk mengurus kepulangan kami dan ingin sedikit bertanya.
Setelah semua hal untuk check out selesai. Aku beranikan bertanya pada salah satu karyawan apartement.
"Mas, di apartement ini sebenernya ad apa sih mas? kok keluarga ku diganggu terus selama disini dari kamar 206 ya?"
"Hm..ada apa Pak? Disini tidak ad apa2 kok" jawab krywn td
"Bener, Mas? Yakin? Jujur ?" aku terus menekannya dengan pertanyaan.
"Ngg...nganu Pak, gakpapa kok itu udah lama".jawaban karyawan tadi membuatku terkaget dan smkin penasaran.
"Ada apa mas?" raut muka ku semakin serius dan agk marah, mungkin membuat karyawan tadi takut.
"Mmm.. dulu dikamar 206 ada perempuan dibunuh pacarnya, terus pacarnya bunuh diri dg lompat dari apartemennya sndri, tapi itu sudah lama Pak sekitar 2015 mungkin". Jawab mas karyawan tadi.
"Hhh... ", aku sudah tak bs berkata apa2 lagi. Badanku lemas dan menyesal.
Sungguh aku menyesal mengajak anak dan istriku menginap disini. Membuat mereka ketakutan. Ini memang salahku, memesan penginapan tanpa melihat reviewnya dulu. Ditambah lagi kami menginap tepat disamping kamar TKP itu.
Dan juga anak pertama ku yg memang peka dengan mahluk tak kasat mata.
Setelah itu aku segera berlari kekamar dan segera mengajak istri dan anak2ku keluar dari apartement ini. Syukurlah, Kami pulang dengan selamat. Tak ada gangguan lagi dari mahluk halus semacam itu.
Karena penasaran aku sempat browsing tentang apartement itu dan kejadian yg diceritakan Karyawan apartement tersebut.
Dan betapa tercenganganya, kejadian ini benar2 nyata. Seorang wanita dibunuh dengan sadis dikamar 206.
Karena keganjilan apartemen ini, aku jd kepikiran pula dengan hotel yg tempatku menginap di Bogor.Aku searching tentang informasi hotel tua itu. Memang hotel itu banyak yg review angker. Bahkan karena aku tidak cukup percaya, Aku menelpon salah satu temanku yg bekerja dihotel itu
Daaan... betapa terkejutnya. Dari pernyataan temanku yg bekerja dihotel itu.
Ternyta hotel itu dihuni mahluk halus satu keluarga berpenampilan belanda. Tak luput pula dua sosok anak belanda yg mengetuk kamar kami pd malam kami menginap. Lebih kagetnya lagi.
Dua anak belanda (mahluk halus) itu tidak salah kamar. Mereka mengetuk pintu pada kamar yg tepat. Ya ternyata dari dulu keluarga belanda tak kasat mata itu menempati kamar hotel yg kami tiduri. Jadi malam itu kami berbagi kamar dengan mahluk2 halus trsebut. 😣
Semenjak itu jika akan menginap disebuh hotel atau penginapan lain, aku selalu melihat reviewnya dulu dari orang2 baik nya dan juga buruknya.
- S E K I A N -
Sekian cerita dari @gundulsilir , sampai jumpa dicerita lainnya.
oh iya Pesan saya :
* Ingatlah selalu Allah.
*Berdoa saat masuk ketempat yang baru
*Lihatlah review (testimoni) dari banyak khalayak sebelum memesan, membeli suatu tempat atau pun barang. waspada lebih baik 😁
Ingat ini juga : Sosok wanita di apartement maupun sosok keluarga belanda di hotel bogor, semua adalah refleksi dari Jin yang menyerupai menusia. Entah karena kisah tragisnya atau hal2 yg menjadi dipercaya dimasyarakat, maka jin akan berusaha mewujudkan penampakan agar orang2
semakin percaya pada hal2 yg mustahil dan semakin tersesat dan menyesatkan.
Satu lagi, kalau ad yg penasaran kejadian di apartement bisa searching di mbah google. Kejadian tahun 2015 kurang lebih. Sesuai pernyataan karyawan apartement ya.
dan jika sudah tahu mohon disimpan untuk diri sndri. 😊
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Ojo lali uluk salam lek e mlebu omah le ! . Omah kui orak mung dwe sing manggon. Mesti ono bongso liane.
(Jangan lupa salam kalau masuk rumah, nak!. Rumah itu tidak hanya kita yg tinggal. Pasti ada mahluk lain) : pesan alm.Bapak #bacahorror@bacahorror #ceritaht
Bismillah
Hallo semua,
Sdh cukup lama mau cerita ini, tapi agak mager. Jadi pelan-pelan ya, sambil menikmati magernya.
Akhir-akhir ini jadi kepikiran pesan alm. Bapak, jangan lupa mengucapkan salam saat masuk rumah !
Sebut saja aku. Keterpaksaan ku harus pindah2 rumah karena tuntutan keadaan. Maklum aku adalah kontraktor alias tukang kontrak rumah. (Jangan diketawain) 🤭
Satu cerita dari teman terdekatku yang ayahnya sudah seperti ayahku, yang ibunya sudah jadi ibuku, yang neneknya juga kuanggap seperti neneku sendiri.
Kami lahir dihari, tanggal dan tahun yg sama hanya saja berbeda ibu.
Mungkin ini yg membuat aku lebih peka trhadap pribadinya.
Hari ini hari Minggu. Aku sudah bangun pagi dan bersiap siap pergi bersama kakak sepupuku. Kami dari beberapa hari yg lalu sudah merencanakan kegiatan ini.
Kegiatan yg sudah lama aku ingin lakukan. Ditambah kakak sepupu ku yg ikut bersemangat karena masih berhubungan dengan jurusan kuliah yg dia ambil. Juga masih berhubungan dengan ibunya.
Warisan. Bagi sebagian orang mendapat warisan adalah sesuatu yg menyenangkan. Warisan yg bisa manfaat baik untuk beberapa orang.
Ya jika warisan itu dpt memberi mu rasa yg membahagiakan.
Tapi tidak untukku, aku tidak mengharap, tdk meminta tetapi diwarisi. Warisan turun temurun.
"Jin" itulah nama warisan yang kudapatkan. Aku tidak tahu apa itu. Aku tidak tahu darimana itu. Aku tidak tahu nama dari lelembut itu. Aku juga tidak tahu apa guna warisan itu.
Inilah cerita ku. Cerita tak bergambar yang penuh sendu.
Bukan bermaksud apa2, hanya ingin menceritakan apa yg kulihat. Mohon ambil hikmah dan pesan ceritanya saja.
Ini ceritaku tentang seorang temanku yg meninggal dalam kecelakaan tragis. Seorang teman yg sudah bagaikan saudara untuk kami semua teman sekelas di masa STM.
Tepat malam satu suro, beberapa tahun lalu.
Aku bersama kelima temanku (Heru, Andri, Nando, Kumar dan Nisa) mengunjungi Keraton Solo. Kami ingin melihat kegitan kirap pusaka setiap malam satu suro oleh Keraton Solo.