"Kemarin dia nganterin aku pulang" kata Rena.
"Progress yang bagus"
"Kamu gimana?"
"Masih sekedar sms-an. Tapi minggu ini dia ngajak keluar"
"Wah mantap!"
"Jadi!" Kata Susi.
"Jadi bagaimana?"
"Aku sama Kak Doni udah jadian"
"Kak Doni?"
"Itu cowok yang sering aku ceritain. Tadi dia nembak aku di depan" kata Susi senang. Wajah Rena langsung berubah.
"Iya. Oh ya aku belum pernah nyebut nama ya?"
"Iya hehe. Selamat ya Sus"
"Tinggal kamu yang semangat! Biar bisa double date kita!" Kata Susi memegang tangan Rena. Rena tampak tak bersemangat.
Tanya Susi.
"Iya nih, aku mau istirahat"
"Mau aku cariin obat?"
"Gak usah aku mau tidur aja" kata Rena.
"Yaudah, aku mau balik ke kamar dulu. Mau mandi. Kalau kenapa2 kabarin ya Ren"
"Iya" sahut Rena lemah. Ada yang remuk tapi bukan mie instan.
Terus Doni cuma jawab "Aku gak tahu kamu sahabat Susi. Lagipula aku baik ke semua cewek kok"
Deng, dasar fucekboi
"Kayaknya kita perlu ngomong deh" kata Susi.
"Kayaknya kamu berubah banget akhir-akhir ini Ren"
"Kamu yang berubah Sus. Sejak punya pacar kamu lupa kan sama aku"
"Bukannya kamu yang menghindar?"
"Ada apa Ren? Ada apa?"
"Kamu ingat orang yang dulu sering aku ceritain?"
"Iya"
"Itu kak Doni Sus" kata Rena. Susi kaget. Ia kini mengerti kenapa Rena menjauh.
"Iya Kamu gak salah. Cuma aku yang gak kuat liatnya. Aku terlanjur suka sama kak Doni Sus" kata Rena. Ia menyeka air mata.
"Boleh pinjam handuk? Aku mau mandi. Kunci kamarku hilang" kata Susi. Bagaimanapun juga, Susi temanmya. Diambilkannya handuk dan pakaian ganti.
"Pakai pakaianku aja"
"Gak usah" sahut Susi. Ia lalu pergi ke kamar mandi.
Rena mencium aroma melati.
Pagi ketika Rena keluar kamar hendak mandi, handuk itu tergeletak di depan kamar.
"Kamu kenapa Sus?" Tanya Rena.
"Ren, tolong!" Hanya itu suara yang terdengar.
Lampu kamar mati. Rena menyalakan lampu. Tak ada siapapun di sana?.
Lalu pintu kamarnya terdengar ada yang mengetuk.
3 kali ketukan itu, membuat Rena melek lagi setelah mulai mengantuk.
Esoknya Rena mencari Doni di kampus.
Sudah seminggu Doni tak masuk kata teman-temannya.
Sialan, dia ena ena Rena yang panik. Rena mulai kesal lagi.
"Sus! Sus!" Susi hanya menoleh. Pandangannya kosong. Ia lalu masuk ke kamar.
Rena menyusul Susi. Tapi pintu keburu ditutup.
"Susi, kamu kenapa?" Tangisan itu perlahan menghilang. Rena kembali ke kamarnya. Itu jelas Susi. Kenapa ia tampak aneh?
Mengingat kejadian beberapa hari terakhir, Rena menggigil takut.
Rena pulang ke kos, diiringi hujan deras.
"Mau apa kamu sus?" Bisik Rena lirih. Sekujur badannya kaku. Aroma melati menyergap. "Tolong aku Ren" kata Susi.
"Tolong aku Ren" kata Susi lirih. Ia tampak menangis.
Ah Rena melihat sahabatnya menangis, ingin memeluknya. Rena mendekat. Ah hatiny seperti teriris. Lalu saat Rena mendekat, Susi menghilang dari hadapannya.
"Aku mau kasih tahu kamu sesuatu" kata Fahmi.
"Aku sudah seminggu liat Susi ngikutin kamu. Tapi aku gak berani mgomong?"
"Maksud kamu?"
"Iya aku tahu Susi udah gak ada dari seminggu lalu"
"Bagaimana bisa?"
"Aku bisa liat yang ghaib Ren"
"Susi nyuruh aku Ren"
"Gimana caranya?"
"Dia tahu aku bisa liat dia"
"Tunggu, sebenarnya apa yang terjadi sama Susi?"
Lalu Fahmi menceritakan ulang cerita dari Susi.
Sebenarnya Beberapa waktu terakhir Susi menyadari Doni itu tempramental. Tapi Susi berusaha memaklumi.
"Minta tolong apa?"
"Gak tau, dia cuma bilang minta tolong"
"Kayaknya itu terkait kepalanya yang belum ditemukan" kata Fahmi.
Lalu Fahmi menyebut sebuah tempat. Sebuah hutan yang cukup jauh. Rena tahu apa yang harus dilakukan. Sore itu ia melapor pada polisi. Malamnya, bersama polisi Rena meluncur ke hutan yang dimaksud. Fahmi ikut, dia yang tau gambaran lokasinya.
"Terimakasih Ren. Terimakasih sudah menjadi sahabat. Terimakasih sudah membantuku sampai titik ini" suata itu Lirih sekali. Rena berusaha menggapai Susi, hanya ada hawa dingin.
"Sudah selesai Ren. Baik-baik ya kamu" kata Susi. Sekejap kemudian hanya ada aroma melati yang menguap di udara. Fahmi memegang pundak Rena.
⛔️⛔️⛔️⛔️⛔️
Terimakasih untuk yang sudah menyimak. Sampai jumpa di thread selanjutnya.