-Omah jejer telu-
bagian ke 2

horror story

@bacahorror #bacahoror Image
ini adalah bagian lain dari cerita yg saya tulis, sebuah fenomena ghaib yg pernah terjadi di lingkungan rumah saya saat saya masih kecil, untuk yg belum sempat membacanya bisa mampir ke tab like di profil saya. cerita ini tidak bermaksud menakut-nakuti hanya sekedar berbagi.
bulan november, 2 tahun setelah penutupan pabrik gula diikuti dengan pembukaan pabrik kertas.

pabrik kertas ini tidak berada di wilayah pabrik gula jadi mohon digarisbawahi.

berdirinya pabrik baru tentu diikuti penyerapan tenaga kerja hal ini di manfaatkan oleh pengelola.
setelah direnovasi seadanya bangunan ini menjadi bangunan yg cukup layak untuk di tinggali, saat itu beberapa rumah juga sudah dibangun membuat fenomena omah jejer telu tidak lagi terlalu di khawatirkan oleh orang-orang, tapi, benarkah fenomena itu benar-benar lenyap?
di sinilah, putri datang dari sebuah desa di barat daya wilayah kami, wilayah yg sudah terkenal di provinsi kami sebagai wilayah penghasil anak-anak muda yg berani merantau, jadi buat orang yg bukan dari jawa timur, ada beberapa daerah yg memang terkenal pemuda-pemudinya ulet.
perempuan ataupun laki-lakinya benar-benar pekerja keras, hal yg membuat saya masih terpukau bila melihatnya.

puteri di terima di pabrik kertas dengan pembagian jam kerja 3 shift, setelah penerimaan itu, Puteri mulai mencari tempat untuk dirinya tinggal selama di kota orang.
saat itulah dia mendengar salah satu tempat yg menyediakan tempat tinggal, kost puteri yg dahulu pernah di kenal oleh warga desa sebagai bangunan omah jejer telu.

bagaimana semua di mulai?

mari masuk ke dalam ceritanya.
Puteri datang siang hari, setelah mendapat alamat dari kenalan di pabrik sampailah puteri di bangunan dengan palang "kost khusus wanita" saat puteri mendekati bangunan itu ia terkesiap meihat rumah di samping bangunan kost di penuhi oleh orang, puteri nampak penasaran melihatnya.
puteri berdiri diam cukup lama di depan rumah itu, berharap ada warga yg berbaik hati memberitahunya apa yg terjadi namun tak ada warga yg memperdulikan puteri mereka tampak sibuk saling mendorong satu sama lain melihat isi di dalam ruang tamu. Puteri akhirnya memutuskan pergi.
ia duduk di depan bangunan dimana di sediakan sebuah kursi, sembari menunggu pengelola datang Puteri mencuri-curi pandang rumah di samping bangunan yg berjarak tak jauh dari tempat puteri duduk yg hanya terhalang pohon sawo yg mulai rimbun. disela-sela puteri mengamati, tiba-tiba
dia mendengar suara menjerit, suaranya nyaris membuat Puteri melompat dari tempatnya duduk, suara itu seperti suara seorang wanita.
tak tahu apa yg terjadi, warga terdengar saling berbicara satu sama lain sampai akhirnya seseorang yg ada di dalam rumah membubarkan masa.
pintu rumah akhirya di tutup diikuti oleh warga yg berhamburan pergi, saat itulah seorang lelaki paruh baya melewati tempat puteri duduk tanpa membuang kesempatan karena rasa penasaran yg sudah mengusik batin puteri memberanikan diri untuk bertanya.

"ngapunten, ada apa ya pak?"
"oh itu mbak, bu Rismoyo katanya ketemplekkan sudah beberapa hari ini beliau berlaku aneh trus dipanggilkan kiyai buat bantu, sepertinya sudah baikan"

puteri hanya mengangguk, mendengarkan arti ketemplekkan dalam bahasa indonesia yg berarti "kerasukan"lelaki paruh baya itu pergi
tak lama setelah kepergian lelaki itu, pengelola datang yg adalah seorang wanita dengan sepeda kumbang, terjadi basa-basi diantara mereka mulai dari harga sewa sampai peraturan selama tinggal di sini yg salah satunya adalah dilarang keluar kost kecuali shift malam.
awalnya, Puteri merasa ada yg janggal dari ekspresi pengelola karena beberapa kali dia seperti menunduk saat puteri bertanya perihal peraturan, karena tidak ada pilihan lain puteri pun akhirnya setuju, si pengelola mengajak masuk puteri kedalam bangunan saat puteri melihat-
sekilas kearah rumah tempat warga tadi berkumpul, di jendela rumah tepatnya dikaca tembus pandang diantara rimbun batang daun pohon sawo, dia seperti melihat seorang wanita tua berambut panjang terurai melihat dirinya, ekspresinya melotot melihat puteri.
"mbak lihat apa, sini masuk" kata si pengelola melambaikan tangan yg diikuti langkah kaki puteri masuk ke dalam bangunan.

di dalam sana, Puteri melihat tiga kamar berjejer berukuran kecil yg semuanya menghadap kearah selatan sementara dua kamar lain menghadap ke utara.
pengelola menjelaskan bila bangunan ini baru saja mengalami renovasi besar-besaran, hal ini terlihat di mata puteri termasuk anak tangga di mana saat puteri bertanya tentang hal ini pengelola menjelaskan bila pembangunan untuk lantai dua belum selesai terkendala dana.
puteri mengerti.

pengelola mengantarkan puteri ke kamarnya menjelaskan bila puteri adalah penghuni ke empat dari lima kamar yg artinya ada satu kamar kosong, sialnya puteri mendapatkan kamar di samping kamar kosong itu, tepatnya kamar yg menghadap ke utara.
setelah menyelesaikan pembayaran dan serah terima kunci pengelola akhirnya pamit, ia mengatakan kalau saat ini tiga penghuni kamar sedang bekerja shift pagi jadi kemungkinan puteri untuk bertemu mereka adalah saat sore nanti, puteri mengangguk, pengelola pergi.
di dalam kamar berukuran kecil itu puteri meletakkan tas, memindahkan baju yg ada di dalamnya ke dalam almari kayu.

kamarnya sendiri tampak sederhana dengan pintu dan jendela persegi panjang keatas bertutupkan gorden untuk privasi masing-masing penghuni, saat itulah,
-puteri mendengar suara pintu terbuka yg berasal dari luar kamarnya.

puteri mendekat ke jendela, mengintip dari balik gorden, seorang wanita berambut panjang keluar dengan kaos berwarna hijau di bahunya tersampir handuk, ia berjalan dalam posisi menunduk.
denah lokasi bangunan ini sebenarnya sederhana, ruang tengah ada di antara kamar puteri dan tiga kamar jejer, sementara di bagian timur ada sekat tembok yg di pakai sebagai dapur umum sementara bagian selatan dari sekat tembok ada satu kamar mandi tempat perempuan itu masuk.
saat itu puteri tidak merasa curiga, ia berpikir mungkin saja pengelola lupa dengan jadwal penghuni kost sehingga ada satu diantara mereka yg tidak bekerja seseorang yg baru saja keluar dari kamar yg ada di tengah

meski puteri berpikir seperti itu namun hal ini menganggu dirinya
puteri melipat baju-baju miliknya sebelum berdiri untuk mengecek benarkah apa yg dia lihat ini karena puteri merasa janggal dengan sikap perempuan yg dia lihat ini.

puteri mendekati kamar mandi di mana mulai terdengar suara air berkecimpuk saat seseorang menyiram dengan gayung.
seperti tahu kehadiran puteri suara air dari dalam kamar mandi tiba-tiba berhenti begitu saja, membuat Puteri kebingungan cukup lama.
bagi puteri sendiri sikapnya ini memang tidak pantas di lakukan terlebih dirinya masih tergolong baru di tempat ini.

Puteri masih menunggu.
pintu tiba-tiba berderit terbuka di mana puteri melihat perempuan itu membuka sedikit dari dalam melihat wajah puteri, akhirnya, mereka saling melihat satu sama lain, belum terpikir bagi puteri untuk mencari alasan saat tiba-tiba perempuan itu seperti tahu apa yg puteri lakukan.
"mbaknya balik saja ke kamar. nggih"

puteri mengangguk, seperti tubuhnya dipaksa untuk menurut, ia kembali ke kamar meninggalkan perempuan itu di dalam kamar mandi.

ini adalah kali pertama puteri merasa bulukuduknya berdiri saat melihat seseorang.
Puteri tahu ada yg janggal dari penghuni di tengah kamar itu, puteri mengunci pintu menyibak gorden lalu pergi tidur, ia hanya berharap semua yg dia lakukan tidak akan membuat dirinya terlibat dalam hal-hal yg paling tidak dia inginkan saat dirinya jauh dari keluarga.
suara adzhan maghrib berkumandang, Puteri tersentak dari tidurnya, ia merasa linglung sebentar saat dari luar terdengar suara perempuan sedang tertawa-tawa, puteri melangkah keluar untuk melihat.

di ruang tengah puteri mendapati dua perempuan sedang berbicara satu sama lain.
terjadi jedah diantara mereka.

"loh ada yg ngisi kamar ini toh, maaf ya mbak kita gak tau kalau di dalam kamar ada orangnya"

di situlah Puteri akhirnya berkenalan dengan penghuni kost di sini sebut saja mereka Dika sama Anggi,
meski baru sebentar, Puteri langsung bisa akrab dengan mereka mungkin karena mereka berasal dari daerah yg sama begitu juga kesamaan nasib mereka sebagai perantau, saat itulah keheningan tiba-tiba terasa saat dari tengah kamar puteri melihat perempuan itu melangkah keluar.
puteri hanya diam memandang perempuan itu yg melihat puteri dengan sorot mata menyelidik,

"Lin sini, ini ada mbak puteri dia dari kota K*****, samping kotamu"

perempuan itu mendekat lalu bergabung saat itulah puteri mengatakannya, "saya sudah bertemu kok tadi siang"
mendengar hal itu wajah Anggi dan Dika saling melihat satu sama lain dengan ekspresi bingung, "bertemu gimana?"

perempuan itu hanya melihat Puteri menunggu dia menjawab,

"ya bertemu mbak, tadi di sini"

hening. tiga perempuan itu melihat puteri dengan sorot mata semakin bingung
puteri mencoba menjelaskan namun Anggi berkata kalau Elin satu shift jadi tidak ada yg di dalam rumah begitu juga Dika, Puteri awalanya berkeyakinan keras kalau dia tidak salah lihat anehnya perempuan bernala Elin ini tidak memojokkan puteri sebaliknya dia kemudian mengajak pergi
"mbaknya lihat saya keluar dari kamar itu"

"iya mbak sumpah, trus mbak Elin pergi mandi loh, malah sempet buka pintu"

perempuan bernama Elin itu mengangguk, dia lalu mengatakan sesuatu yg membuat Puteri terkejut, "saya percaya dengan perkataan mbak kok.. tapi"
"sepertinya itu bukan saya"

Puteri terlihat bingung. "maksudnya bagaimana?"

"gak papa mbak, gak usah di pikirin, pokoknya itu bukan saya cuma menyerupai saja kan."

Elin mengakhiri kalimat, ia kembali ke dua temannya lalu menjelaskan kalau Puteri memang salah lihat,
hal ini membuat Puteri semakin merasa aneh, hari mulai larut satu persatu perempuan itu mulai berpamitan pergi termasuk Elin yg terakhir, sebelum ia masuk ke kamar Elin lalu berkata kepada Puteri.

"saya mau tidur dulu ya, mbak"

Puteri mengangguk ia bersiap pergi juga, tapi aneh
Elin melihat puteri dengan ekspresi mengiba,

"mbak Puteri kalau saya tidur biasanya saya lelap sekali, suara apapun gak bisa ngebangunin kecuali waktu subuh, nggih"

meski terdengar aneh cara bicara perempuan ini, Puteri hanya mengangguk-angguk saja. Puteri pun masuk ke kamar.
Puteri sudah mematikan lampu di kamarnya ia bergegas naik ke atas dipan, jam di atas meja menjadi satu-satunya suara yg Puteri dengar, matanya mulai mengantuk perlahan-lahan saat lagi-lagi akibat pintu kayu dengan engsel berkarat membuat suara ketika pintu terbuka terdengar keras
awalnya Puteri hanya terbangun sesaat, lalu ia kembali mencoba tidur namun suara pintu terbuka kembali terdengar seperti sengaja di perdengarkan.

Puteri membuka mata kali ini ia mau melihat, dengan langkah kaki perlahan Puteri membuka gorden saat di kaca jendela, ia melihat Elin
Puteri hanya mengamati perempuan itu yg dari tadi membuka tutup pintu, tidak ada yg dia lakukan kecuali hal itu, hal ini terus menerus dilakukan oleh Elin seakan-akan dia sengaja melakukan hal ini

sampai akhirnya dia melihat ke tempat Puteri yg sedang mengintip, Puteri tersentak
ia segera menyibak tirai lalu menunduk bersembunyi di bawah jendela, Puteri cukup terkejut melihat ini seperti perempuan itu tahu bila dirinya sedang diamati, anehnya setelah itu Puteri tak lagi mendengar suara pintu, hening, perlahan-lahan Puteri kembali mencoba mengintip
Puteri melihat Elin yg masih berdiri di muka pintu kamarnya, melihat lurus kearah jendela tempat Puteri mengamati, dengan wajah kosong Elin tersenyum lalu seolah-olah memberikan gestur menutup mulut Elin melangkah mundur, masuk ke dalam kamar miliknya lalu pintu tertutup.
Hal ganjil ini terus terjadi, bahkan saat Elin shift malam bersama yg lain terkadang Puteri mendengar suara-suara aneh di dalam kamar Elin. Menyerupai suara tertawa namun nadanya ringkih.

Sialnya dari semua penghuni di sini, Puteri harus menanggungnya seorang diri.
perlahan-lahan karena mulai terbiasa Puteri tak lagi merasa takut ditambah Elin terkadang memberikan pesan meski tidak secara langsung seperti mencuci kaki sebelum tidur sampai berdoa setelah naik di atas dipan.
sampai hari itu terjadi saat pulang shift malam Puteri melihat seorang wanita tua berdiri di depan pagar pintu kost miliknya.
Puteri seperti pernah melihat wajah wanita tua itu, ia benar-benar terasa familiar, "nduk, nak awakmu jek diganggu mbek khodam'e cah iku, gelem a tak dudui carane ben gak onok sing ganggu maneh?" kata si wanita tua, namun Puteri tak menggubris ia melewati wanita tua itu,
Puteri membasuh kakinya kemudian berjalan ke kamar saat dirinya berpapasan dengan Anggi, wajahnya terlihat kebingungan terutama saat melihat Puteri, "onok opo nggi?"

anggi yg mungkin sudah tidak sanggup menahan lalu berkata kepada Puteri, "aku oleh nginep kamarmu gak?"
malam itu Anggi menginap di kamar Puteri ada hal yg menarik perhatian Puteri adalah tangan Anggi yg tentrum, Puteri yg tidak bisa menahan diri lalu bertanya, "onok opo asline?"

Anggi melihat Puteri dengan sorot ketakutan ia lalu duduk menunjuk kamar Elin.
"aku takut sama Elin"

"kenapa to Elin?" tanya Puteri,

"kemarin aku bertengkar sama dia, biasalah kerja trus ada masalah, trus anak itu kaya kesal sama aku gak di ajak bicara sama sekali, trus pas itu aku lagi tidur tiba-tiba anak itu gedor-gedor pintu"
"waktu itu kamu shift malam, trus si Dika gak pulang, cuma aku sama Elin, takut asli aku, sampe sekarang aku gak bisa lupa suaranya"

"suara opo?"

"ya suara Elin"

Puteri tidak mengerti, ia menunggu Anggi menceritakannya lebih jelas, "Elin teriak-teriak tapi suaranya beda"
"suaranya tinggi melengking trus bilang kalau dia bakalan buat musibah sama aku, sumpah aku gak berani buka, dia terus ngintipin aku di kaca yg ku tutup pakai gorden sampai pagi"

Puteri terdiam, ia tak bicara apapun, "ya sudah, besok kalian baikan saja, kerja jauh-
buat cari duit bukan musuh"

Anggi mengangguk, Puteri tak lagi membahas hal ini karena keesokan paginya ia melihat Anggi dan Elin sudah berbaikan, mereka saling berbicara satu sama lain lagi tapi siapa sangka bila sesuatu terjadi.
Malam itu saat Puteri melewati rumah tetangganya, lagi-lagi Puteri bertemu wanita tua itu, "nduk mrene" (nak kesini) wanita tua itu melambaikan tangannya di dekat pohon sawo sembari menahan tubuhnya yg bungkuk, Puteri awalnya ingin melewatinya saja, tapi cara wanita tua itu-
melihat membuat Puteri merinding sehingga tanpa sadar Puteri akhirnya menuruti perkataan wanita tua itu,

"khodam'e cah iku asline jahat nduk, nek ambek awakmu paling mek usil tok, mampiro nang kamare kancamu, deloken dewe trus mene putusno yo opo enake, po mok umbarno?"
wanita tua itu tertawa lalu berjalan masuk ke dalam rumah, ia melihat Puteri menyeringai sembari mengangguk, tiba-tiba Puteri merasa firasat yg buruk.
Puteri sudah berdiri di pintu kamarnya berniat masuk setelah mencuci kaki saat dia melihat kamar Anggi di mana lampu kamarnya masih menyala, Puteri pun mendekati kamar Anggi, tapi tiba-tiba dari kamar Elin gorden jendelanya terbuka di mana wajah Elin muncul melotot melihat Puteri
begitu pintu kamar Anggi dibuka, Puteri melihat temannya meringkuk di sudut dipan, Puteri mendekati bertanya apa yg terjadi tapi Anggi lalu mendorong-dorong tubuh Puteri saat dia menyentuhnya, anggi terus berkata , "ampun Lin, ampun" teriak Anggi terus menerus,
saat itu Puteri baru menyadari ada yg tidak beres, saat itu juga Puteri menggedor pintu kamar Elin, perempuan itu melangkah keluar dengan ekspresi bingung, Puteri menarik tangan Elin membawanya masuk kedalam kamar Anggi saat itu Puteri menceritakan apa yg terjadi,
Elin bersumpah dirinya tidak pernah menggedor pintu Anggi, ia memang terlibat masalah berdua tapi Elin mengaku dirinya tidak merasa dendam sedikitpun, Puteri akhirnya mengatakan bahwa dirinya tahu bila dia memiliki sesuatu dari pendahulunya saat itulah Elin mengaku,
"memang ada, tapi dia gak sampai mencelakai, aku sendiri bersumpah apa pernah dia sampai bikin kamu sakit?"

Puteri lalu menggeleng,

"aku kalau bisa buang pasti ku buang tapi gak bisa, bapakku sendiri yg bilang gak usah di buang karena ini bawaan lahir"
malam itu Puteri dan Elin akhirnya tinggal di kamar Anggi, menjaganya sampai Puteri ingat dengan pesan tetangga, wanita tua itu bisa membantu dirinya.

keesokan pagi Puteri bertamu di rumah wanita tua itu.
seorang wanita paruh baya yg membukakan pintu, ia melihat Puteri menyelidik, "siapa?"

Puteri memperkenalkan diri serta niatnya bertamu ke rumah ini awalnya wanita itu merasa curiga karena tiba-tiba ada orang yg ingin bertemu ibunya yg sedang terbaring sakit namun karena niatnya
baik, sehingga wanita yg memperkenalkan dirinya dengan nama mbak Nanik itu akhirnya mau mengantar Puteri bertemu dengan ibu Rismoyo, satu-satunya wanita tua yg ada di dalam rumah ini.
Puteri kaget bukan main melihat wanita tua itu terbaring diatas dipan dengan tubuh kurus kering, Puteri tak memperhatikan tubuhnya karena waktu itu ditutupi oleh kain sewek, saat melihat Puteri wanita itu tiba-tiba bereaksi, "mrinio nduk" (kesini nak)
mbak Nanik lalu melangkah pergi menuju ke dapur, saat hanya berdua dengan Puteri di dalam kamar tiba-tiba bu Rismoyo meminta Puteri menutup pintu lalu menguncinya, meski ini terdengar aneh namun Puteri melakukannya.
satelah mengunci pintu, Puteri berbalik tapi tiba-tiba ia dikejutkan dengan ibu Rismoyo yg sudah berdiri mencengkram wajah Puteri, "menengo" (diam) Puteri tiba-tiba merasa takut, ia begitu terkejut wanita tua ini melakukan hal ini, ibu Rismoyo lalu menutup jendela kamar.
"ojok sampe khodam'e cah iku krungu nduk" kata bu Rismoyo berbisik, "awakmu mrene jalok tolong to"

Puteri mengangguk,

"ngene carane, malam jumat nang pinggire jeding kamarmu onok tekel nomer siji, iku bongkaren gok jerone onok botol isi kertas, jupuken kertase trus bukaken-"
"wocoen sing banter, koen gak bakalan di jarak maneh ambek khodam iku, omah iku bakalan aman tentram"

(begini caranya, malam jumat nanti di sebelah kamar mandi ada keramik nomer satu, bongkar isinya di dalamnya ada sebuah botol berisi kertas, ambil lalu buka dan baca yg keras)
(kamu dan temanmu tidak akan lagi di ganggu oleh khodam anak itu, rumah itu akan menjadi aman tentram)

bu Rismoyo menyeringai, sebelum kembali ke atas dipan, tiba-tiba mbak Nanik mengetuk pintu membuat Puteri terlonjak terkejut di buatnya, Puteri pun segera membuka pintu.
mbak Nanik terlihat murka untuk apa Puteri mengunci pintu di tambah jendela juga sehingga kamar ini kekurangan cahaya, namun Puteri berdalih bila bu Rismoyo yg menyuruh dirinya bahkan dia sempat berdiri disini dengan dirinya, mbak Nanik melihat Puteri dengan wajah curiga,
"mana mungkin, ibu sudah gak bisa jalan setahun ini"

Puteri yg mendengar hal itu mengatakan bila dirinya pulang bekerja shift malam dia sering melihat bu Rismoyo berkeliaran namun mbak Nanik justru berkata bila Puteri berbohong, Puteri pun pergi dengan perasaan bingung.
sudah dua hari Anggi mengajukan surat cuti, dia memilih pulang seperti saran yg di berikan Puteri tempo hari, Dika dan Elin berpamitan karena malam jumat ini mereka mendapat giliran shift malam, setelah mereka pergi, Puteri meraih linggis yg dia sembunyikan pagi ini,
mencari letak di mana bu Rismoyo memberitahunya, ia pernah mendengar mungkin saja ini adalah akar masalahnya karena bangunan ini memang terasa janggal dengan mengikuti perkataan ibu Rismoyo mungkin Puteri bisa membuat tempat ini menjadi lebih baik setidaknya itu yg ia pikirkan.
Puteri mulai membongkar di tempat yg dia pikir benda itu disembunyikan, berbekal linggis ia mulai menghantamkannya mencungkil sedikit demi sedikit, sampai dia menemukan setatah rajut dari kain dimana didalamnya terdapat sebuah botol berisikan kertas yg di lipat dengan seikat tali
ada sesuatu yg Puteri rasakan saat menyentuh botol itu, ia tak mengerti tiba-tiba suasana rumah ini terasa lebih sunyi, lebih dingin dari biasanya, Puteri membuka botol meraih kertas yg di lipat, perlahan-lahan ia menarik seutas tali yg melingkari kertas yg tak terlalu besar.
kertas itu terlihat tua berwarna kekuningan, di dalam kertas tersebut, Puteri menemukan tulisan tangan berbahasa Arab, rupanya itu adalah Isim,

ia pernah mendengar tentang Isim dan Rajah, itu seperti surat yg menggunakan bahasa arab yg biasa di gunakan untuk jimat lama,
Puteri tak berani membaca kertas itu, ia tahu ada yg salah dengan ini saat dari belakang ia merasa sesuatu mengawasi dirinya, Puteri melihat ruang tengah yg kosong seakan-akan dirinya mendengar langkah kaki namun tak ada siapapun sebelum sesuatu melintas dengan cepat, lenyap
dari dalam kamar Puteri terdengar rintihan suara wanita yg sedang menangis, begitu pilu hingga tanpa sadar Puteri melangkah perlahan-lahan mendekati kamarnya, ia tahu ada sesuatu didalam sana, siapa?

bukankah dia sendirian didalam rumah ini.
Puteri membuka pintu, namun ia tak menemukan siapapun, apakah dirinya salah mendengar namun dari kamar tempat Elin tidur tiba-tiba suara pintu berderit terbuka terdengar, membuat Puteri melihat sesuatu yg ada di dalamnya.

sesuatu, berdiri didalam kegelapan kamar melihat dirinya.
sebelum Puteri mendekat suara itu kembali terdengar, "mbak"

"mbak yu" Puteri kembali melihat kedalam kamarnya, ia mencari dimana suara itu berasal saat "aku nang duwor mbak, iyo duwormu"

Puteri mengangkat kepalanya saat di atas ia melihat wajah wanita melihat Puteri, melotot.
tidak ada yg tahu apa yg di lakukan Puteri, tidak ada. karena saat Dika dan Elin sampai di rumah tidak ada apa-apa, tapi Elin merasakan hal lain, saat pertama Elin menginjakkan kaki di lantai kost dia sudah merasa aneh, udara di dalam kost terasa anyep (hambar) tidak nyaman.
tetapi Elin tidak mau mengatakan hal ini kepada Dika, karena takut Dika salah presepsi dengan apa yg Elin rasakan, namun sepertinya tak lama bagi Dika untuk menyadari keanehan ini karena saat mereka menuju ke kamar masing-masing, di ruang tengah mereka menemukan Puteri.
Puteri duduk di atas lantai diantara meja dan kursi dengan piring berisikan nasi yg lembek seperti di masak dengan serampangan, tidak matang. Puteri terus menyuap nasi yg terlihat seperti muntahan itu dengan tangan kosong, Dika dan Elin merasa mual saat melihat Puteri.
Dika yg terkejut lalu bertanya kepada Puteri, tapi, perempuan itu tidak menjawab sama sekali, Elin akhirnya berjongkok mengambil piring itu dari hadapan Puteri, reaksi perempuan itu adalah melotot, memandang Elin dengan sorot meremehkan.

Elin merinding saat Puteri memandanginya
Elin meninggalkan Puteri, sementara Dika yg tidak tahu apa-apa lalu masuk kedalam kamar, mengunci pintu.

disitulah Elin menemukan satu keramik seperti tercongkel tapi Elin tidak berpikir apa-apa, ia meletakkan piring lalu kembali ke kamar, Puteri sudah tidak ada di ruang tengah.
Elin melangkah masuk kedalam kamar mengunci pintu, tapi perasaannya tidak tenang, ia memandangi kamar Puteri dari jendela, gelap sekali, meski hari belum siang tapi belum pernah Elin merasa segelap ini di dalam kamar Puteri, Elin masih belum tahu apa yg terjadi dengan temannya,
sampai akhirnya ia baru saja menyadari di samping kamar puteri tepatnya kamar kosong yg belum ada penghuninya, tepatnya digorden ada wajah seorang kakek tua memandangi Elin, sontak perempuan itu berkilah dan menutup rapat-rapat jendela, Elin mulai sadar, di dalam kost ini berbeda
setelah shift malam Elin berniat istirahat sebentar, dia melangkah keatas ranjang, saat tubuhnya menempel tepat di atas dipan Elin langsung merasakan bahwa dirinya tak lagi sendirian di tempat ini, dari celah pintu almari seperti ada yg mengawasi dirinya, Elin mulai merasa cemas,
Elin ingat petuah bapak, manusia itu sensitif tapi tidak semua bisa memaksimalkan kesensitifan ini, saat seseorang sendirian tapi merasa bahwa ada yg mengawasi hal ini benar adanya, artinya tak jauh dari orang tersebut sebenarnya sesuatu sedang mengintai, menunggu..
Elin membongkar isi tasnya, ia mencari di mana terakhir menyimpan benda itu, semakin lama suasana di dalam kamar semakin intens, terasa penuh namun udaranya begitu hambar, sangat tidak menyenangkan untuk ditinggali, setelah Elin mencari membongkar tumpukan pakaian akhirnya ia-
menemukan benda itu, tasbih yg di buat dari biji salak, Elin segera berdzhikir di atas dipan tempatnya duduk, membaca ayat menenangkan dirinya setidaknya itu yg Elin harapkan namun belum berhasil Elin menenangkan diri, pintu yg sudah di kunci tiba-tiba terbuka dengan sendiri,
Elin berhenti sebentar namun jari jemarinya masih memutar tasbih biji salak saat itulah tidak ada angin, pintu yg terbuka menutup lagi namun menimbulkan suara berdebam yg sangat keras hal ini di susul dengan jeritan suara dari kamar Puteri, Elin hanya bisa tercengang mendengarnya
Elin pergi keluar di sana dia melihat Dika yg sudah berganti pakaian, mereka saling berpandangan satu sama lain sebelum yakin menuju ke kamar Puteri bersama-sama, Dika berjalan di belakang Elin yg perlahan-lahan mendorong pintu, di sana mereka melihat Puteri yg sedang tidur,
mereka yakin mendengar suara Puteri menjerit namun nyatanya perempuan ini sedang tertidur lelap, aneh, karena tidak ada orang lain yg ada di dalam sini kecuali mereka bertiga, saat itulah Puteri membuka mata lalu duduk di atas dipan, Puteri menunduk dengan rambut berantakan,
Elin akhirnya yakin setelah sebelumnya dirinya hanya merasa curiga, yg pertama Elin lakukan adalah mendekati Puteri perlahan-lahan lalu menepuk bahunya,
"asmane sinten?" (namanya siapa?)

Puteri tak langsung menjawab, ia hny menyeringai, Dika melihat kearah dua temannya, bingung.
Bapak pernah bilang, setan tidak akan berbohong saat di tanya, mereka menyesatkan namun menghindari sebuah kebohongan begitu juga dengan apa yg Elin lihat saat ini, Puteri tidak menjawab pertanyaan, ia menghindari pertanyaan itu dengan tertawa cekikikan, membuat Elin merasa ngeri
Elin menyuruh Dika mengambilkan air putih, saat Dika pergi mengambil air Puteri melihat Elin, "ojok mok ulangi maneh yo, sing mok lakokno iku ra onok gunane" (jangan di ulangi lagi ya, yg kamu lakukan itu gak berguna)

Dika kembali dengan segelas air yg diambil oleh Elin,
Elin meminumkan air putih itu kepada Puteri lalu perempuan itu tiba-tiba menjadi tenang, ia kembali tidur, Elin lalu pergi keluar, Dika sudah siap dengan banyak pertanyaan saat Elin mendekati kamar kosong itu, ia mencium aroma kembang yg menyengat dari kamar itu,
Elin berusaha melihat apa yg ada di dalam sana namun tertutup oleh gorden, dengan perasaan tidak tenang, Elin lalu berata kepada Dika,

"Puteri kerasukan"

Elin menjelaskan di belakang Puteri ada perempuan rambutnya panjang menjilati rambutnya, Dika hanya menggeleng tak percaya,
ada batasan saat manusia tanpa sengaja melihat makhluk seperti itu adalah saat dua-duanya sedang sial, tapi berbeda bila mereka sengaja menunjukkan wujudnya apalagi bila bukan mengancam, hal ini yg di takutkan Elin sehingga dia memutuskan keluar siang-siang buta itu,
Elin berkata kepada Dika agar dia menjaga Puteri sebentar dia akan kembali dengan pengelola, menceritakan semua, Dika awalnya bingung sampai dia menyadari, dia sendirian di rumah ini dengan Puteri yg bersikap aneh, namun Dika mencoba untuk tenang sebelum, pintu kamarnya terbuka
Dika menuju ke kamarnya karena sekilas ia melihat seorang anak kecil seperti melintas di ikuti suara ranjang berdencit seperti diinjak-injak oleh seseorang, namun tubuhnya mendadak merasa lebih dingin dari sebelumnya saat melihat Puteri,
Saat Dika melewati pintu kamar ia tak menemukan apapun, hanya kamar kosong, merasa tenang Dika berniat kembali ke tempat puteri namun sebelum dia menutup pintu kamar, matanya menangkap sepotong tangan bersembunyi di atas almari yg kemudian lenyap begitu saja..
Dika yg merasa bahwa Elin benar lalu berlari menuju pintu keluar saat ia melihat Elin sudah datang dengan wanita pengelola, Elin mengajak wanita itu masuk cepat-cepat Dika mengikuti dari belakang, pintu kamar tempat Puteri berada dibuka, mereka melihat Puteri menatap mereka semua
"onok opo?" tanya Puteri kepada mereka,

pengelola itu mendekat, menyentuh kening Puteri, "gak papa, kerasukan opo? ojok aneh-aneh" kata si pengelola kepada Elin,

Puteri berniat turun dari ranjang namun tubuhnya hampir saja kehilangan keseimbangan,
pengelola mengatakan kepada Elin bila Puteri hanya sakit biasa gak ada hubungannya dengan apa yg Elin katakan, meski tidak yakin Elin tidak dapat berbuat apa-apa, Dika pun memilih hanya diam, menemani puteri di kamar, siang ini harusnya Puteri bekerja namun sepertinya ia ijin,
langit mulai gelap, suara adzhan maghrib baru saja berkumandang, Dika dan Elin duduk di ruang tengah, entah keberapa kali mereka melihat kamar Puteri, lampu di dalam kamarnya tak kunjung menyala sejak siang tadi setelah minum obat membuat dua perempuan ini was-was.
setelah menunggu, akhirnya Elin tidak sabar ia berdiri menuju ke kamar Puteri mengetuk pintunya, dari dalam terdengar suara Puteri menyuruh Elin masuk, Dika hanya mengawasi dari jauh, saat itu lagi-lagi Dika mendengar suara kecipuk saat kaki menyentuh keramik diikuti suara anak-
namun setiap kali melihat kesana-kemari Dika tak melihat siapapun hanya suara-suara yg sangat pelan, seperti suara anak-anak sedang bermain, menunggu Elin kembali padahal Dika sudah ingin pergi mandi membuat perempuan ini akhirnya acuh, ia berjalan menuju kamar mandi seorang diri
Dika sudah menutup pintu kamar mandi, suara air yg keluar dari pancuran adalah satu-satunya suara yg Dika dengar kamar mandinya kecil dengan satu bak plastik besar, di atas tembok ada balok untuk ventilasi dimana Dika bisa melihat daun pohon pisang, malam ini angin berhembus msuk
gayung berisi air perlahan membasuh kepala Dika hingga badan, airnya segar namun beraroma anyir, namun Dika tak menemukan keanehan apapun selain air bening yg keluar dari pancuran, Dika menggosok tubuhnya dengan sabun saat suara orang menangis tiba-tiba terdengar ditelinganya,
suaranya pelan nyaris tak terdengar, arahnya dari balik tembok namun Dika meyakinkan diri di belakang hanya ada kebun pisang milik tetangga mana mungkin ada orang menangis, namun Dika menjadi ingat sesuatu bila mendengar suara pelan yg tak ada wujudnya bisa saja itu..
Dika tak memperdulikan, ia cepat-cepat mengguyur tubuhnya lagi namun aroma anyir semakin tercium di hidungnya saat Dika tanpa sengaja melihat ke lubang ventilasi dimana dia melihat wajah seorang wanita tua, melirik menatap dirinya.

Dika berteriak.
berbekal handuk untuk menutupi tubuhnya Dika berlari keluar, ia bertemu dengan Elin dan Puteri yg berwajah pucat, wajah mereka tampak terkejut melihat Dika.

Dika tidak tahu kenapa wajah mereka tampak seperti itu, saat itu juga Elin mengatakannya, "getih" (darah)
Dika melihat sekujur tubuhnya saat itu ia baru saja bermandikan darah, Puteri menjerit memalingkan wajah saat mereka menyadari sesuatu mendekat, seorang wanita tua yg Dika lihat berjalan mendekat, ia menyeret stu kakinya, Puteri menyebut sebuah nama, "bu Rismoyo, itu orangnya Lin
"ra popo, aku gak njarak" (tidak apa-apa, aku gak niat mencelakai kok)

Dika melangkah mundur, berdiri bersama yg lain, bu Rismoyo mendekat lalu bertanya, "nang ndi kertas'e nduk?" (di mana kertasnya nak?)

wanita tua itu melihat Puteri namun perempuan ini terlalu takut,
Elin lalu membujuk puteri, di mana dia menyimpan Isim itu, benda seperti itu tidak baik bila di simpan, Puteri masih tak berani menatap wajah bu Rismoyo namun dia mencoba mengingat-ingat, sampai Puteri akhirnya ingat di mana kali terakhir dia menyimpan benda itu, didalam perutnya
bu Rismoyo yg mendengarnya lalu tertawa cekikikan, dia lalu berbalik mundur, Elin yg melihatnya segera menghentikannya, ia bertanya apa maksudnya ini, dengan sorot mata melotot bu Rismoyo lalu melihat keseluruhan ruangan sambil menyeringai, "wes rame! turuo bareng ae nduk"
tapi anehnya bu Rismoyo sempat melihat kamar kosong itu cukup lama sembari mengedah-ngedahkan kepalanya, lalu pergi dengan menyeret satu kakinya, Elin lalu menarik puteri dan Dika menuju ke kamarnya.

bu Rismoyo pergi lewat pintu belakang, meninggalkan mereka bertiga.
di dalam kamar Elin, mereka bertiga sudah mengenakan rukuh, wirit semalaman sedangkan di luar kamar terdengar suara seperti seseorang saling berbicara satu sama lain, Puteri menghentikan wiritnya namun Elin yg tahu akan hal itu segera menegurnya, ia bilang cuma malam ini,
malam semakin larut suara orang sudah menjadi suara benda-benda yg berjatuhan, Elin bilang untuk tak ada satupun dari mereka yg membuka mata karena setelah ini gangguannya semakin hebat, Puteri serta Dika hanya mengangguk, hanya Elin yg melanjutkan, namun Puteri mulai goyah,
ia mendengar bisikan dari seorang wanita yg meminta tolong, lembut sekali suaranya, ia memohon agar Puteri membantu dirinya,

udara sangat dingin, Elin saja belum pernah semerinding ini, Puteri semakin lama mulai penasaran, suara siapa yg berbisik di telinganya.
orang jawa mengenal dengan nama Jalayatan yg berarti singgah, hal ini yg Elin lakukan, mereka bertiga singgah untuk pamit, Elin membawa Puteri dan Dika untuk masuk ke dunia mereka sebelum pergi lalu menutup semuanya, sehingga mereka tak lagi sama-sama melihat, namun Puteri..
tidak kembali, Puteri melihat langit-langit, pandangan matanya kosong, hal ini terjadi bahkan saat Elin menepuk pipinya berulang-ulang kali, saat itu terjadi Dika tak lagi merasakan suasana mengerikan itu lagi seakan lenyap, hanya Puteri seorang yg menjadi aneh,
semalaman mereka tidak tidur, menjaga Puteri, pagi ini Elin berniat mau kembali ke pengelola saat dia melangkah keluar pintu, saat itulah pak RT datang dengan seorang lelaki tua berpakaian putih, melihat Elin sembari mengelengkan kepala.
Puteri di gendong pak RT, ia di bawa ke kamar bu Rismoyo, sementara orang berpakaian putih itu berbicara dengan mbak Nanik yg seperti marah-marah, Elin melihat bu Rismoyo melihat anak-anak perempuan itu dengan ekspresi datar berbeda sekali dengan saat malam itu,
setelah terjadi dialog, orang itu pergi masuk ke kamar bu Rismoyo bersama Puteri yg hanya bisa bengong saja, Elin dan yg lain menunggu di luar, sesuatu sedang di lakukan, cukup lama hampir seharian saat lelaki itu keluar untuk memarahi Elin,
"gak semua orang bisa kaya begitu, bila jadi kamu lebih baik pergi ke kost teman cuma semalam saja, daripada nekat kaya begitu, untung temanmu gak sampai hilang"

Elin tahu, apa yg di lakukannya beresiko namun saat itu kepalanya sudah buntu, ia terpaksa melakukannya.
lelaki itu menunjukkan Isim Rajah yg entah bagaimana bisa keluar dari perut Puteri, rupanya lelaki itu dulu memang sengaja memendam di dalam rumah hanya untuk memancing padur dari anak si ibu yg bersemayam di tubuh bu Rismoyo, sekarang tak ada lagi yg perlu di khawatirkan,
ibuk dan anak sudah di ikat, rumah itu masih ada penghuninya namun tak seusil apa yg di pegang lelaki itu,

lelaki itu juga mengatakan bahwa mereka sudah bisa kembali menempati rumah itu, hanya saja ada satu kamar yg tak boleh di buka, kamar kosong itu..
Elin bertanya perihal isi di dalam kamar kosong itu, si lelaki tak keberatan menjawab, itu adalah rumah beraung saat tempat ini masih menjadi omah jejer telu, tidak bisa di usir, tidak menganggu asal tidak di ganggu, lelaki itu akan menjelaskan hal ini sama pengelola,
lelaki itu juga menjelaskan kepada Puteri setelah dia siuman, namun seperti yg Dika katakan, ada tempat kost lain yg lebih dekat dengan pabrik kertas sehingga mereka bertiga akhirnya sepakat tetap pindah, hal ini di ceritakan dari mulut ke mulut,
menjadi semacam cerita di desa saya, namun sebelum mengakhiri cerita ini, saya akan beritahukan rumah itu masih di tinggali dan masih menjadi tempat kost yg ramai walaupun sempat sepi, karena sepeninggalnya tiga perempuan itu, satu perempuan kembali, namanya Anggi,
Anggi menjadi satu-satunya perempuan yg tidak tahu akan hal ini,

terimakasih.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with SimpleMan

SimpleMan Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @SimpleM81378523

Feb 14
-KEMBANG LARUK-
(Ketika aku mendaki karena ketidaktahuan)

-Horror thread-
@bacahorror #bacahorror Image
gambar ilustrasi dalam cerita ini menggunakan foto kembang Wijayakusuma, alasannya sederhana hanya untuk penggambaran filosofis dari apa yg coba saya utarakan dalam bentuk narasi dari maksud kembang Laruk dalam cerita ini.
untuk nama, tempat dan sebagainya rasanya tidak perlu ditulis karena, anggap saja cerita pengalaman narasumber ini sebagai penggingat, ambil baiknya buang buruknya, selebihnya dinikmati saja sebagai sajian kalau manusia masih terlalu kecil untuk tau perihal apa yg ada diluar sana
Read 272 tweets
Dec 25, 2021
RESMI YA tanggal rilisnya. Sehat-sehat semua. Sampai bertemu di bioskop tanggal 24 februari 2022!!

Yang sedomisili boleh banget kalau mau nonton bareng saya, haha. Kemungkinan saya juga akan keliling kebeberapa kota secara pribadi. Jadi kalau ketemu boleh sekali menyapa saya. ImageImage
Sebenarnya saya suka sekali ngobrol sama orang, mendengarkan orang-orang yg mau cerita sudah menjadi keseharian yg menyenangkan bagi saya jadi kalau ketemu saya dan mau tanya-tanya soal apapun pasti akan saya jawab dengan excited.
Jadi kalau ke bioskop ada laki-laki yg kalau kemana-mana bawa buku KKN ditangannya itu pasti saya, sapa saja. Nanti bisa ngobrol-ngobrol bareng 🔥🔥
Read 4 tweets
Dec 1, 2021
Halo, selamat pagi

Maaf ya untuk semalam saya belum bisa menyelesaikan ceritanya, tapi kalau tidak ada halangan nanti malam saya akan coba melanjutkannya lagi. oh, sekalian, mulai kemarin saya juga hadir di Karyakarsa, dan mungkin akan rutin mengisi e-book bagi pembaca digital
buat kalian yg ingin mengikuti kepingan detail dari salah satu cerita Trah Pitu lakon bisa sekali mengkoleksi bab per-bab dari cerita salah satu SONGKOR. yaitu keluarga Kala SOBO. e-booknya bisa menjadi koleksi tersendiri.

karyakarsa.com/SimpleM8137852… Image
untuk semua yg sudah mengapresiasi dan memberi sambutannya yg luar biasa, saya mengucapkan maturnuwun sanget atas segala bentuk dukungannya.

keinginan menulis yg sempat nyaris mati karena kesehatan yg terus menurun kini tumbuh kembali.
Read 4 tweets
Oct 30, 2021
-Rajah SINUN-

Horror Story

@bacahorror #bacahorror Image
sudah lama sekali saya tidak menulis di burung biru ini karena aktifitas saya yg semakin padat, jadi mumpung ada luang, dan kebetulan ada beberapa orang yg DM perihal sesuatu yg juga baru saya pelajari, maka, di malam hujan rintik-rintik ini, saya akan membagikan sebuah cerita.
cerita ini dialami oleh seseorang yg baru saya temui tidak kurang dari beberapa bulan yg lalu, masih cukup baru, saya tidak menyebut kota, alamat atau apapun, karena bagi saya hal seperti itu tidak terlalu penting untuk diceritakan, ambil baiknya buang buruknya.
Read 335 tweets
Sep 16, 2021
Bagian paling gak asyik itu kalau ke kamar mandi malam-malam begini, kenapa?

Pengalaman sewaktu masih bekerja di pabrik keramik trus dapat shift malam, pas ke kamar mandi untuk menuntaskan hajat, membuka pintu keluar itu akan selalu saya ingat sampai kapan pun.
Bagaimana tidak. Bayangkan setelah perasaan lega menyelesaikan apa yg sempat tertunda, kemudian disambut oleh wanita.

Iya benar-benar sosok wajah wanita hanya saja kulitnya putih pucat, melotot, tanpa ekspresi apapun, sedang melihat kita dalam posisi ngesot. Bayangkan dulu.
Untung saja waktu itu tidak jatuh pingsan, tidak juga lari karena ya dalam kondisi seperti itu otak kita kaya ngeblank, akhirnya, jalan melewati beliau sambil ngucap "NUWUN SEWU", sejak saat itu gak pernah lagi berani buang air disitu lagi kalau dapat shift malam.
Read 5 tweets
Sep 10, 2021
Pernah gak sih kalian melihat atau menemukan sehelai rambut panjang di dalam kamar yg kalau diperhatikan tidak ada kemiripannya sama sekali dengan rambut yg ada di kepala sendiri?
gimana kalau membahas hal ini, kebetulan saya ada satu cerita perihal tentang rambut asing ini.
rambut adalah bagian tubuh yg menurut saya sangat penting selayaknya seperti bagian tubuh yg lain, meski pun rambut tersebut sudah terpisah dari bagian tubuh kita yg lain.

karena, mahkota kepala kita ini bisa dijadikan media untuk menyakiti mau pun medium perantara ilmu sihir.
Read 89 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(