A Thread
#bacahorror
@bacahorror
"Udah di Sumatera sekalian aja kita ke sana. Liburan" kata Polem. Yang lain setuju aja. Padahal semuanya lagi pada cekak juga keuangannya.
"Untuk semalam di kita 300ribu mas" kata Si Resepsionis.
Itu sesuai budget mereka. Dan mereka berencana menyewa satu kamar saja, sekedar buat rehat.
"Kebetulan kita ada kamar dengan dua King Bed. Kalau mau bisa juga kita tambah extra bed"
"Kalau pakai extra bed kena charge berapa mba?"
"Gratis mas" kata Mbak itu. Jawabannya selalu terasa kaku. Awkward.
"Berapa?" Tanya Nita.
"300 dapat 3 kasur. 2 King Bed" kata Adi.
"Anjir Best Deal" seru Polem.
"Tunggu, kalian gak merasa aneh?" Tanya Dika.
"Harganya gak masuk akal. Kemurahan!"
"Ini nih gak tau bersyukur. Untung dapat murah malah protes" kata Ridho.
"Dan kalian sadar gak sih? Tempat ini aromanya gak enak" kata Dika.
Mereka semua kompak mengendus.
"Namanya juga hotel murah. Ya terima aja kalau banyak kurang. Gue sih udah malas cari hotel lagi" kata Adi.
"Sama, gue udah capek nyetir" kata Ridho.
"Udah hajar aja Di, gue juga mau mandi" kata Nita.
Seorang bapak-bapak datang. Bapak2 cuma pakai baju singlet dan celana pendek. Perutnya buncit, giginya tidak rata, perutnya buncit. Mulutnya seperti sedang mengunyah tembakau.
"Mari ikut saya" katanya.
Mereka berkima berpandangan.
"Digembok soalnya hotel lagi kosong mas, mbak" kata bapak tadi.
Si bapak keluar sambil menyalakan lampu. Anehnya lampu di kamar itu masih lampu bohlam. Yang warnanya kuning itu. Cahaya redup.
"Anjir, ini hotel kayaknya udah dari zaman penjajahan" Polem merebahkan badan.
"Gue sih jujur ngerasa hotel ini gak beres" kata Dika.
"Aneh banget, kamar mandinya dipalang gini"
"Oh itu mas, tidak boleh dibuka. Kalau mau mandi dak buang air, ada toilet di luar" bapak2 tadi muncul.
"Kalau ada perlu apa-apa, panggil saya saja" kata Bapak Tadi lalu menutup pintu dari luar.
"Gue bilang juga apa, ini hotel aneh. Mending kita cabut dah" kata Dika.
"uang kita udah buat bayar hotel ini. Budget hotel abis" kata Adi.
"Ikut dong!" Kata Ridho.
"Plak!" Kepala Ridho diketok oleh Nita.
"Orang mau Pipis Nit, ahelah" kata Ridho. Dia memang sedang kebelet.
Dika was was. Dia punya kemampuan merasakan hal-hal ghaib. Tak sampai melihat, tapi ia yakin tempat itu tak aman.
"Apa apaan sih lo Dik!" Kata Abi.
"Hotel ini ngaco!" Kata Dika.
"Lo jangan rusak liburan kita dengan fantasy di kepala lo Dik. Tidur aja, besok pagi kita cabut!" Kata Adi kesal.
"Percaya fantasy lo sama kayak percaya Ahmad Dhani itu Yahudi. Ngaco!" Sergah Adi.
"Oke, gue tidur di mobil aja" kata Dika sambil menarik tas keluar.
"Lo jangan becanda Nit!" Kata Ridho.
Tak ada sahutan.
"Sumpah gak lucu Nit" Ridho berteriak. Ia meraba dinding berharap ada Stop Kontak.
Di telapak tangannya, sebuah bola mata melirik padanya.
"Anjing!" Teriak Ridho. Ia menarik gagang pintu, dan anehnya dapat terbuka. Ia berlari meninggalkan Nita yang bengong.
"Bener lo Dik, kagak beres ini hotel"
"Kenapa Dho, lo liat apa?"
"Mata dik, mata. Gue liat mata setan" kata Ridho.
"Lo mau kemana?" Tanya Ridho melihat Dika membawa tas.
"Mau ke mobil aja gue!"
"Mau kemana?" Tanya Adi.
"Cabut! Ini Hotel setan!" Kata Ridho.
"Lo ketularan Dika ya?"
"Gak, gue liat dengan mata dan kepala sendiri" Ridho berjalan ke pintu.
"Ceritain ke gue" kata Adi.
"Sekarang lo percaya gue?" Tanya Dika.
Adi mengangguk pelan.
"Lo kenapa Lem?" Tanya Dika.
"Gue.. gue... gue liat cewek yang di bawah" kata Polem.
"Maksud lo?"
"Dari tadi gue mau bangun gak bisa. Dia duduk di dada gue. Matanya merah, mukanya penuh darah"
"Terus barusan?"
"Iya gue lawan"
"Nita!" Seru Ridho.
"Nit! Keluar Nit! Keluar!" Seru Dika.
"Dobrak aja Dik" kata Adi.
"Eh Nita lagi mandi. Kalau dia lagi gak pakai pakaian gimana?"
"Terus gimana dong ini?" Adi bingung.
"Nita Dho!"
"Ngigau ya kalian. Ini Nita" kata Ridho menunjuk cewek di belakang mereka. Perempuan itu bukan Nita. Mukanya keriput, rambutnya putih, bajunya hitam.
Wajah resepsionis itu keliahatan lebih tua.
"Kalian kenapa sih?"
"Coba liat Nita di belakang kalian!" Kata Dika. Polem dan Ridho menoleh. Mereka bertatapan lalu mematung diam. Tak tahu harus apa.
Dika dan Adi berlari ke tangga turun. Ridho dan Polem berjalan pelan meninggalkan sosok berbaju hitam yang mengintai mereka.
"Ambil kunci di resepsionis, kita kabur" kata Dika.
"Gue kaku Dik"
Tapi bukan Ayu Ting Ting.
"Hotel 300 rebu" sahut Polem.
"Ya gak usah lo jawab Woi Poni Lempar!"
"Kan lo nanya malihh!" Polem kesel.
"Bisa diam gak lo bedua!" adi kesal.
Mereka lalu menutup mata. Tak ada apa-apa yang menyentuh mereka.
"Adi, tangkap!"seru Nita melempar kunci. Adi menangkap dengan tepat. Ia buru2 membuka gembok. Mereka beriringan menuruni tangga.
"Ayo buruan kabur!" Kata Adi. Padahal Nit waktu itu cuma handukan pakai handuk Hotel.
"Pakaian gue?"
"Lo mau mati sawan di sini?" Adi berang. Nita hanya menurut.
"Pokoknya gak boleh takut!" Kata Dika. Ridho melaju, dua sosok itu ditabraknya.
"Anjrit, gak ngerti lagi gue. Kenapa tu setan pada demen dah sama kita" kata Polem.
"Yang penting kita selamat. Malam ini kita tidur saja di mobil" kata Dika.
Nita berganti baju di dalam.
"Beres" kata Nita.
Karena sudah mengalami peristiwa buruk, besoknya semua rencana dibatalkan lalu kembali ke Jakarta.