, 73 tweets, 10 min read
My Authors
Read all threads
"NENEK MISTERIUS PEMBAWA KEMBANG"

HORROR STORY

"Warungku sepi setelah dia datang"

#bacahorror @bacahorror #bacahoror
Haloo ...
Cerita ini belum lama terjadi, mungkin seminggu atau dua Minggu yang lalu. Tiba tiba warungku tak ada satupun yang membelinya.

Jadi ceritanya seperti ini...
Yogyakarta, Agustus 2020

Sehari sebelum nenek itu datang , warungku ramai pembeli layaknya warung makan pada umumnya.

Tanpa ada firasat apapun, sore itu Wisnu bersiap untuk membuka warung. Jarak rumah dengan warung tidak jauh, mungkin sekitar 300meter.
Setelah selesai manasi gerobak, dia segera menaikan ceret (teko) , nasi bungkus, kotak uang, sate usus, kepala, dan ceker ke dalam gerobaknya. Ia melaju pelan agar isi ceret tidak tumpah membasahi karpet.
Kebetulan warung itu terletak di pinggir ringroad, yang notabene hampir semua kendaraan melaju cepat, tapi tak luput dengan keramaian warungnya yang menyajikan menu tradisional, angkringan, sesuai dengan namanya.
Selesai menata dagangannya di atas gerobak, tiba tiba dari sudut matanya terlihat seorang wanita tua melangkah masuk dengan tangan kanan membawa gelas kosong.

"Mas,mas ...Simbah tumbas wedang putih eneng ra ?"
(nenek beli air putihnya ada tidak )

"Wonten Mbah, mriki pinarak riyen" ucap Wisnu mempersilahkan duduk.
(Ada nek, sini duduk dulu )

"Iki le gelase" ucap nenek itu sambil memberikan gelasnya.
(Ini nak gelasnya)
Wisnu menerima gelas yang di tangan nenek itu, dia kaget, terdiam sejenak sembari membatin.

"Eh Iki kok Eneng kembange" batin Wisnu
(Kok ada bunga nya )

Di dalam gelas itu ada beberapa bunga setaman yang biasa untuk sesajen. W
Wisnu masih berfikir keras, kenapa ada kembang di dalam gelas ini. Untuk apa dan maksudnya apa?. Dia tidak berani menanyakan hal ini kepada nenek tersebut, takut tersinggung.

"Niki Mbah toyane " ucap Wisnu sambil memberikan gelasnya.
(Ini nek airnya )
"matur nuwun yo le, Iki duite nggo mbayar". Ucap nenek sambil memberikan uang kertas 2ribuan.
(Terimakasih ya nak, ini uangnya)

"Mbotensah Mbah, matur nuwun". Jawab Wisnu menolak.
(Tidak usah nek, terimakasih)
"ora iso !! kudu di tompo le, aku mbayar kok". Paksa nenek.
(Jangan! Harus diterima nak, saya bayar)

Dengan terpaksa Wisnu menerima uang itu.

"Matur nuwun Mbah" ucap Wisnu
(Terimakasih nek)

"Daleme pundi Mbah kok piyambakan?". Tanya Wisnu.
(Rumahnya mana nek kok sendirian )
Saya lanjut besok 🙏
"aku seko condongcatur le", jawabnya sambil menunjuk arah
(Saya dari cerita condongcatur nak)

"Yowes Simbah pamit Sik yo le".
(Yasudah nenek pamit dulu ya nak)

"Njih Mbah ngatos atos". Jawab Wisnu
(Iya nek hati hati)
Wisnu masih memegang uang yang di kasih nenek tadi, pikirannya masih bingung. Kenapa dengan gelas isi kembang tadi. Akhirnya uang itu tidak di masukan ke dalam kotak uang, melainkan di taruh di wadah jimpitan.
Singkat cerita.

Setelah seminggu berlalu, sebelum wisnu berangkat untuk membuka warungnya. Dia mampir ke warung kelontong untuk membeli rokok, karena stok rokok ecerannya sudah habis.
"Mas rokok rongbungkus" kata Wisnu kepada penjual sambil menunjuk merk rokok yang mau di beli.
(Mas rokok 2 bungkus)

"Oke mas , Patang puluh enem ewu" jawab penjual sambil memberikan bungkus rokok.
(Empat puluh enem ribu)
Sebelum wisnu meninggalkan warung itu, dia sempat mengeluh karena warungnya sepi selama seminggu ini.
"Warungku sepi mas seminggu kaet wingi" keluhnya.

"Podo mas, weku yo sepi ...Jan raono le tuku blas". Kata penjual kelontong.
(Sama mas, tempatku juga sepi...gak ada yang beli sama sekali )
"Loh kok iso Podo mas , Iki firasatku ketoke bar di tekani Simbah Simbah gowo gelas isi kembang dek wingi kae, bar kui blas sepi nyeyet" Ucap Wisnu menjelaskan.
(Kok bisa sama mas, ini firasatku sepertinya habis di datangi nenek nenek bawa gelas isi kembang kemarin, habis itu sepi )
"Heh...Simbah Simbah gowo gelas isi kembang, gowo tas telu werno ireng, Iki udu simbahe". Saut penjual kelontong dan memperlihatkan foto nenek pada handphonenya.
(Nenek nenek bawa gelas isi kembang, membawa tas 3 warna hitam, ini bukan neneknya)
"Lha bener mas, Iki simbahe , warunge njenengan yo diparani to?". Kata wisnu kaget.
( Benar mas, ini neneknya, warungnmu juga di datangi ya)
Kemudian si penjual kelontong menceritakan waktu kejadian.

"Iyo mas, aku kaget simbahe teko aku pas neng ngarepan lagi udud, langsung njaluk wedang putih tapi karo ngulungke gelas isi kembang kui, lha bar ngenehne, bojoku nyeluk aku ... Yah...aku mengo-
bar kui simbahe ilang nendi aku rareti. Tapi aku ngeh mas bar kui, firasatku rapenak.
(Iya mas, aku kaget nenek datang waktu aku lagi di depan toko rokokan, langsung minta air putih dengan memberikan gelas isi kembang itu, habis aku ngasihkan minumannya, istriku manggil .... Yah .. Aku nengok ke istriku, tiba tiba nenek itu sudah gak ada ,hilang entah kemana aku-
gak tau. Tapi aku baru sadar , firasatku gak enak)

Dan setelah kejadian itu toko kelontong itu sama seperti warung wisnu. Sepi tanpa pembeli.
Wisnu duduk dengan menyanggah kepala dengan kedua tangannya. Dia memikirkan hal yang sedang menimpanya. Kemudian dia berencana esok harinya untuk menanyakan hal ini kepada seseorang yang di anggap dia lebih paham.

Hari Minggu warung tutup, karena ada janjian dengan seseorang.
"Halo mas, mangkeh ndalu saget ketemu mboten?"ucap Wisnu kepada seseorang dibalik telepon.
(Halo mas, nanti malam bisa ketemu tidak)

"Saget mas". Jawabnya.
(Bisa mas)
Seseorang yang di anggap lebih paham dari segi spiritual. Sosok yang pendiam, tapi tegas. Bukan kali ini saja dia meminta bantuan beliau. Karena memang warungnya tepat di pinggir ringroad, yang notabene banyak buangan barang barang pesugihan. Geleng geleng kepalaku di buatnya.
Setelah isya' dia bergegas untuk segera kerumahnya. Sesampainya di sana, ternyata sudah ada banyak orang.
"Oh kumpulan rutin rupanya" batin Wisnu.

Wisnu di persilahkan masuk dan duduk bersama dengan orang orang yang beberapa diantaranya sudah ia kenal.
Wisnu duduk bersila melingkar dengan disuguhkan pemandangan barang barang pusaka miliknya.
Ada salah satu orang yang Wisnu dan saya kenal, dia muridnya, dan akan saya ceritakan besok. Cerita yang akan membuat para pembaca tahu, bagaimana jalan hidupnya setelah mendapatkan ilmu yang dia pelajari. Hitam dan putihnya kehidupan bersama makhluk tak kasat mata.
Tapi besok belum waktunya.
"Pripun mas" ucap pemilik rumah.
(Bagaimana mas)

Pak Sugeng begitulah mereka memanggilnya. Sosok bapak yang tegas dan tak banyak bertele tele. Bisa di katakan sebagai guru spiritual bagi para muridnya. Setiap Selasa dan Jumat kliwon, acara rutin meditasi.
Sebelum wisnu menceritakan, pak Sugeng memberi isyarat kepada Tejo. Dia salah satu murid dari pak sugeng, Murid yang sudah lama berguru dengannya. Tejo bersiap mengambil nafas dan mengeluarkan pelan pelan. Tiba tiba, Tejo menjadi bukan Tejo yang lima menit sebelumnya. Mediator.
Masih duduk bersila, Mata terpejam, nafas berat dengan tangan sedakep sedikit tersenyum dengan bibir tersungging.

Tejo menggeram sambil menunjuk dan kemudian memberikan gambaran dengan kedua jari telunjuknya. Simpang empat.
Wisnu terhenyak, apa yang sedang tejo isyaratkan benar. Warung wisnu berdekatan dengan simpang empat. Kemudian Tejo kembali melakukannya lagi. Kali ini dengan isyarat orang sedang makan. Dan benar lagi Wisnu mengangguk.

Tejo sadar, dan mulai menceritakan kepada Wisnu.
"Mas opo bener wingi ono sing teko, Simbah Simbah gowo kembang?" Tanya Tejo.
(Mas apa benar kemarin ada yang datang, nenek nenek membawa kembang)

Wisnu terkejut apa yang di lontarkan Tejo itu benar.
"Iyo mas leres" jawab Wisnu
(Iya mas benar )

Kemudian tejo menjelaskan secara detail keadaan di sekita warung kepada wisnu.
"Dadi intine Simbah wingi teko njaluk wedang putih kui Dinggo syarat, ora gur warungmu mas tapi deretan Kono di jaluki kabeh, kui dinggo syarat ben warung warung kui dadi tutup. Terus prapatan kui mas nek pengen reti, uakeh banget sik do masang pesugihan, dadi mesti ono ono-
-wae mas sik nyalahi warunge njenengan. Eneng warung anyar sik rung sui Iki masang neng kono. Aku raiso nyebutno sopo sopo wae. Oiyo mas neng pojokan warungnmu kui Eneng siji wong wedok sik jagani, de'e ora jahat malah ngewangi. Arep di ilangi opo ora ?"
( Jadi intinya nenek kemarin datang minta minuman hanya untuk syarat, bukan hanya warungmu mas tapi sebelah sebelahmu juga sama. Itu buat syarat agar warung warung itu jadi terlihat tutup padahal buka. Di perempatan itu mas kalau mau tau, banyak sekali yang memasang pesugihan,-
-pasti ada ada saja yang menyalahi warungmu. Ada warung baru yang belum lama juga memasang pesugihan. Aku tidak bisa menyebutkan itu siapa saja. Oiya mas di pojokan warungnmu ada satu perempuan yang jagain warungmu, tapi dia tidak jahat. Mau di usir apa tidak ? )
Setelah panjang lebar Tejo menjelaskan kepada wisnu, akhirnya dia tau sebabnya. Dan meminta agar perempuan itu tidak di usir.

"Nek mboten jahat, mobtensah di usir mas" jawab Wisnu
(Kalau tidak jahat, tidak usah di usir)
"Yowes saiki tak resikane sik warungmu" kata tejo.

Kemudian Tejo mengambil sebatang korek dan membasahinya dengan minyak wangi arom melati. Ia letakkan di dalam genggamannya dan memejamkan mata dengan merapal doa. Setelah itu tangan satunya seperti menarik energi dari atas.
Kemudian korek itu seolah olah di ikat dengan tali. bagi kita yang tidak mempunyai kemampuan mungkin tidak bisa melihat.
Saya pernah melihat dan mendengar , dengan media sebatang korek api itu bisa memasukan jin atau sejenisnya. Jika di ikat dengan tali gaib itu bisa menguncinya.
tapi kali ini Tejo membakar korek itu, agar mantra atau jin yang sudah dia masukan di korek itu terbakar. Artinya mantra atau jin yang menganggu warungnya lenyap.
Oiya saya mau sedikit menceritakan kisah kawan, yang dimana sukmanya di "jikuk" ( di ambil) oleh kekasihnya.
Memang di dunia percintaan sudah bukan hal yang tabu lagi untuk di lakukan, intinya untuk mendapatkan orang yang dia cinta harus meminta bantuan orang ketiga, dukun.
Kali ini sedikit melenceng dari topik.

Feri mempunyai kekasih, sebut saja Dian.
Mereka sudah menjalin hubungan cukup lama. Setelah ada konflik, hubungan mereka kandas. Di sisi lain, Dian masih berharap agar hubungan mereka bisa lebih baik lagi, tapi tidak untuk feri.
Singkat cerita.

feri ada janjian ketemu dengan teman perempuan yang baru dia kenal. Setelah mereka bertemu, entah kenapa perasaan feri tidak seperti biasanya. Dia melihat perempuan cantik yang ada di depannya seolah tidak ada rasa penasarannya, biasa aja.
Itu berkali kali feri rasakan, tidak seperti dulu kalau bertemu dengan lawan jenis. Begitu juga dengan malam malam berikutnya, setiap dia memejamkan mata untuk terlelap tidur. Bayangan Dian selalu datang dalam mimpinya, setiap hari. Kemudian terbangun menatap langit langit,
"aneh, kenapa setiap malam selalu memimpikan dia" batinnya.
Masih sama dengan pak Sugeng. feri kala itu di warung wisnu kemudian pak Sugeng datang. Dia menceritakan hal itu kepadanya. Kemudian pak Sugeng mengeluarkan satu kembang kanthil dan meminta segelas air putih. Sebelum memulai, pak Sugeng menerawang feri.
Dia menjelaskan, Kalau sukmamu sekarang lagi di ambil oleh Dian. Sontak feri kaget. Penuh tanya di kepalanya. Baru kali ini seorang wanita melakukan hal ini kepadanya. Benar benar terkejut.
Setelah itu pak Sugeng memasukan kantil kedalam segelas air putih,
dia membaca doa sambil memejamkan mata. Tiba tiba kantil itu berputar yang membuat feri lebih terkejut. "Kok bisa" batinnya.
Setelahnya, pak Sugeng memberikan kantil itu kepada feri dan meminta untuk di simpan. Lagi lagi butuh proses, tidak langsung instan. Dia menjelaskan lagi kepada feri.

"Mas itu kembang kanthilnya di simpan ya, tapi ingat jangan dibawa masuk kamar mandi atau di langkahi.
Sampai kembang kantil itu rusak sendiri, artinya kamu sudah bebas dari jeratannya"
"Baik om, terimakasih sebelumnya" ucap feri
"Besok kalau masih merasakan hal yang ganjil, sampean ikut saya ya" ajak pak Sugeng.

Feri berpikir ini akan berakhir, tapi ternyata tidak. Dua Minggu setelah kantil itu layu, feri masih merasakan hal yang sama saat pertama kali.
Tiba tiba pak Sugeng menelfon feri untuk ikut bersamanya. Ternyata pak Sugeng sudah menyadari tentang hal ini. Feri di ajak kumpulan rutin tersebut di daerah Sleman. Di sana sudah banyak orang yang akan melakukan ritual, ritual putih.
Setelah mereka sampai, feri dikejutkan oleh mediator.
"Le, ndene maju" ucapnya sambil menunjuk feri.
(Nak sini ke depan)

Bingung dengan apa yang di maksud mediator, feri mencoba melirik pak Sugeng , dia mengangguk menyuruh maju. Kemudian feri melangkah maju mendekati mediator. Lagi lagi dia di kejutkan dengan ucapannya.
"Le aku iso ngewangi awakmu, posisi Iki de'e wes njikuk 3 sukmomu, Saiki lungguho tak balekne neng awakmu meneh" katanya
(Nak saya bisa bantu kamu, dia sudah mengambil 3 sukmamu, sekarang duduk aku kembalikan lagi ke dalam tubuhmu)
"Telu sukmoku di jikuk" batin feri menggelengkan kepalanya
( 3 sukmaku di ambil)

Saat proses itu, punggung feri merasakan panas yang luar biasa. Gesekan energi memasukan Sukma membuat keringat bercucuran. Selesai setelah itu, feri bertanya kepadanya.
"Mbah berarti kulopun aman njih? Terus de'e saget ngrasakne mboten nek sukmo Kulo pun di pendet?
(Mbah berarti saya sudah aman ya? Terus dia bisa merasakan tidak kalau sukmaku yang sudah di ambil ?)

"Jelas le, de'e iso ngrasake " ucapnya.
(Jelas nak, dia bisa merasakan)
Oke sampai disini dulu , saya lanjut besok malam lagi. Bagi yang tau lokasi di foto, buat rahasia sendiri saja. Mengingat privasi pemilik cerita.
Terimakasih.
kemudian feri di berikan botol berisi air yang sudah di doakan, untuk di gunakan mandi setelah sampai rumah. Setelah beberapa hari kemudian feri sudah tidak merasakan seperti malam malam sebelumnya.
Hingga kini ia sudah beraktifitas seperti biasa dan bekerja di sebuah pabrik pengolah tebu.
Siapa yang tidak tau di balik cerita seramnya. Cerita misteri dari pabrik gula. Konon sebelum produksi tahun ini meminta tumbal lebih banyak karena syarat ada yang belum terpenuhi. Entahlah, tapi itu membuat bulu kudukku berdiri setelah mendengarkan ceritanya.
Kembali lagi ke cerita nenek misterius.

Setelah selesai menetralisir warungnya, kini warung itu sudah normal kembali.
Tak luput dari gangguan yang menerpanya, Wisnu di kemudian hari harus menyusuri tengah sawah menuju sebuah kolam pemandian tepat jam 2 malam, banyak orang menjuluki tempat itu sendang.
SELESAI
Sampai di sini dulu untuk ceritanya, besok saya akan lanjutkan lagi dengan judul berbeda. Jadi ada 2 cerita yang akan saya tulis. Bantu like dan retweet saja. Kalau mau follow juga gpp 😁

Terimakasih sudah meluangkan waktunya untuk membaca.
Salam Rahayu 🙏
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Keep Current with kalong

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!