, 56 tweets, 8 min read
My Authors
Read all threads
Pantas saja selama ini Septi dan Juni tidak sadar tengah diikuti olehnya.

“Mau dia apa pak?” tanya Juni

“Kenapa kamu gak tanya sendiri saja langsung?” jawab pria itu

“Saya aja baru tau hari ini kalo ada dia pak, saya yakin dia bakal kabur kalo kita dekati" jelas Juni
“Oh iya pak, semalam ada yang merasuki Merry, tapi saya gatau itu siapa, dia langsung pergi waktu saya coba sadarin Merry" sambung Juni

Pak Adi diam mendengarkan cerita Juni yang panjang lebar, ia mencoba menyambungkan kepingan demi kepingan kemungkinan.
“Keponakanmu jadi aneh bahkan sampai bisa kerasukan? Rumahmu jadi ramai? Dan sekarang ada dia?” tanya Pak Adi kembali sembari melirik makhluk yang masih bersembunyi tadi

Juni membenarkan semuanya, ia pun bingung karena belum terlalu berpengalaman, ibarat kata ia masih balita.
“Yasudah nanti malam saya menginap di rumah sampean, jangan lupa kabarin nak Febri biar ada yang nemenin saya, kan bahaya kalo warga mikir yang negatif ke kita" ujar Pak Adi saat itu

Mereka pun menyetujui usulan tersebut.
Saat sore menjelang menandakan waktunya untuk pulang, Pak Adi langsung menumpang di mobil Juni, sesuai rencana tadi, malam ini ia akan membantu mereka mencari tau apa yang sebenarnya terjadi.
“Saya coba bantu sebisa saya ya, atas izin Allah" celetuk Pak Adi yang duduk dibelakang
“Makasih banyak ya pak, maaf kalo keluarga saya selalu ganggu waktu luang bapak...” sahut Juni

Sampailah mereka di tujuan utama, kediaman Juni. Disana ada Yayik yang menjaga Merry, meskipun hanya dari kejauhan karena Merry tak mau didekati siapapun.
Ketiganya melihat Merry yang tengah bermain bersama Rusin, Rusin mengikuti kemanapun Merry pergi. Namun ada yang berbeda kali ini, mereka menyadari bahwa makhluk yang tadi mengamati mereka sewaktu di kampus sekarang ada disini, tetap bersembunyi.
Menutupi badannya dibalik benda benda yang cukup untuk menyembunyikan seluruh tubuhnya, seperti dibalik pintu, lemari, atau apapun itu. Mereka yang dapat melihatnya pura pura tak tau menahu akan keberadaannya.

--
Malam hari pun tiba, Pak Adi, Juni, Febri dan Septi beserta Merry berkumpul duduk bersama di depan tv, memunggungi Rusin yang berada jauh dibelakang mereka.

Mereka semua membahas banyak hal, dari awal menempati rumah ini hingga siang tadi, tak ada yang spesial,
yang ada hanya luka yang tergores diatas bekas luka lama.

Arwah Septiani masih sering menampakkan diri, walau hanya sesekali, mungkinkah dendam dendamnya telah terbalaskan seluruhnya? Entahlah tak ada yang tau pastinya.

--
Malam semakin larut, untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi mereka pun memutuskan untuk beristirahat bersama di ruang tamu, tak ada siapapun yang tidur di kamar

Merry dan Septi telah pulas dalam tidurnya, anak itu lelap dalam pelukan Septi. Sedang yang lain tetap terjaga
Juni mulai mengungkapkan satu kebenaran, kebenaran bahwa ia telah mengetahui segala tentang kehidupan ibunya, seperti apa keluarganya, dan bagaimana semua ini bisa sampai terjadi.

Raut wajahnya tak bisa berbohong, sekuat apapun ia menahan kesedihan itu seorang diri,
nyatanya air terus saja menggenang di kedua matanya.

Ia menjelaskan pula bahwa ia telah mendapat kemampuan untuk melihat masalalu seperti Pak Adi sejak dua tahun kebelakang. Namun, ia tak pernah ingin menggunakan hal itu lagi,
ia tau bahwa ia tak akan sanggup menerima masalalu yang telah terjadi, akan lebih baik jika ia tak tau sama sekali

Pak Adi hanya menatap Juni seakan sudah mengerti dan tau tanpa harus diberitahu, berbanding terbalik dengan Febri, laki laki itu terkejut mendengar pernyataan Juni
ia tak menyangka teman wanitanya itu dapat melakukan hal hal yang tak pernah terpikirkan olehnya.

“Gekndang netes gekndang netes, teles teles hawane anyes"
(Cepatlah menetas cepatlah menetas, basah basah hawanya dingin)
Terdengar suara Merry seperti semalam, ia kembali bergumam lagi dalam tidurnya. Mulutnya meracau dengan berbagai kata yang aneh, mengenai telur, anak, rumah, dingin, hangat, entahlah...

Juni yang hendak beranjak menyadarkan Merry pun segera ditahan oleh Pak Adi,
beliau melarang Juni untuk tak bertindak gegabah. Makhluk itu dibiarkan bergerak untuk menunaikan apa yang diinginkannya...

Rusin kini tak lagi berusaha menghentikan tindakan Merry seperti semalam, ia justru memilih duduk berjauhan dan hanya mengamati.
Rumah itu, rumah yang tadinya terasa dingin tiba tiba mulai menghangat. Atmosfernya berubah, beda dengan sebelumnya, perlahan tapi pasti suhu panas menjangkiti mereka

Dari pandangan Juni dan Pak Adi, diluar rumah ini telah berkumpul ratusan makhluk yang entah datang dari mana,
mereka mengepung, melingkari seluruh kawasan dan berjajar menerawang kedalam rumah. Apa yang mereka inginkan?

“Pak...” panggil Juni yang mulai khawatir

Pak Adi hanya mengodenya untuk tetap diam.
Merry masih saja berceloteh dengan matanya yang terus tertutup, mereka semua tau kalau anak itu tengah dirasuki, pantas saja ia berubah, ternyata selama ini ada yang ingin memanfaatkannya. Dan Rusin? Bocah itu agaknya sengaja menunjukkan dirinya pada Merry dan ingin menjaganya.
Tampaknya makhluk makhluk yang ada diluar memang sengaja memasang badan, ada sesuatu yang mereka jaga dan mereka akan siap masuk kapan saja jika merasa terancam.

Septi mulai tak nyaman, ia berkeringat begitu deras, sedikit demi sedikit ia menggerakkan badannya
Merasa terganggu karena sentuhan Merry pada perutnya dan...

*Aaaa..*

Gadis itu menjerit kesakitan, ia mengulir ulir seakan telah terjadi sesuatu pada perutnya.

Pak Adi mengajak mereka untuk segera bertindak, Febri membantu Septi, sedang Juni dan dirinya menyadarkan Merry
Juni meraih penuh tubuh keponakannya, mendekapnya agar tak lagi bergerak dan saat makhluk itu mencoba kabur, Pak Adi cepat cepat menangkapnya. Merry melemas saat makhluk yang merasukinya memisahkan diri dari tubuh mungil itu.
Digenggam erat, Pak Adi menggenggam tubuh wanita yang baru saja merasuki Merry, ia menalikan tali serabut pada tubuh itu. Yang ada dalam pandangan Febri saat itu hanyalah tali yang bergerak sendiri kesana kemari tentu karena ia tak dapat melihat apa yang sebenarnya terikat disana
Makhluk makhluk yang ada diluar seakan tak terima, mereka mulai merangsek masuk, namun sia sia karena diam diam Pak Adi telah memanggil kembali makhluk yang pernah diusirnya dari rumah ini. Makhluk yang tertanam bersama jimat Subagyo kakek Juni.
Fungsi dari benda terkubur itu adalah untuk melindungi rumah ini, menjadi tameng gaib tempat dimana ia ditanam. Tingkat keefektifannya begitu tinggi, begitu kuat hingga ratusan makhluk liar pun akan sulit menghadapinya. Kini bukan Bagyo lagi yang menjadi majikannya,
melainkan Pak Adi, ia hanya akan menuruti apa kata pria itu.

Makhluk makhluk rendahan yang sedari tadi ada diluar merasa kesal dan semakin emosi saat tak bisa masuk secara paksa, mereka meninggikan suara dan mencakar cakar dinding rumah Juni.
Malam itu semua warga merasa ketakutan, walaupun tak ada yang tahu menahu akan situasi itu, namun efek yang terjadi merambat hingga ke seluruh penjuru disana. Hawa panas merebak ke seluruh desa.

Septi dibangunkan paksa oleh Febri atas perintah Pak Adi,
agar ia sendiri pun ikut melihat kebenarannya.

Ia tersadar namun masih dalam keadaan menahan sakit, perutnya nyeri dan ia terus merintih. Perlahan ia mulai bisa fokus, melihat sekelilingnya. Kedua mata itu melihat sendiri bagaimana rupa makhluk yang menguntitnya.
Perempuan tua dengan perut buncit, ya, tampaknya ia tengah mengandung. Perawakannya normal seperti manusia biasa, hanya saja jika benar benar diamati kedua tangan dan kakinya berbalut lumpur dan lendir, dibaliknya terdapat kulit kasar dan kuku tajam, persis seperti milik buaya.
Ia begitu ketakutan saat banyak pasang mata menatapnya, mungkin saja makhluk itu pemalu, bisa dilihat dari gerak geriknya selama ini, ia selalu bersembunyi dan tak mau menunjukkan badan bahkan wajahnya sendiri. Hanya satu matanya yang selalu ia tunjukkan.
“Kamu bisa bicara?” tanya Pak Adi pada makhluk di hadapannya

Tak ada jawaban, jin perempuan itu menunduk malu dan mencoba menyembunyikan wajahnya

“Nak Febri, bawa Septi kesini" perintah pria itu

Febri segera menurutinya dengan membantu Septi berjalan mendekat ke Pak Adi
begitupun Juni, ia ikut mendekat dengan tetap menggendong tubuh Merry.

“Coba kamu lihat..” ucapnya pada Septi

“Lihat dia, kamu kenal?” lanjut Pak Adi

Septi mencoba mengenali makhluk itu, namun ia tidak ingat sama sekali, ia pun menggeleng gelengkan kepalanya.
Sedikit demi sedikit wanita tua di hadapan Septi itu membuka wajahnya, menengok Septi yang berada di dekatnya, pandangannya tertuju pada perut Septi.

“Itu kan yang kamu inginkan? Kamu mau itu kan?” tanya Pak Adi pada makhluk aneh itu walau ia tau ia tak akan mendapat jawaban
“Mohon maaf sebelumnya kalau saya lancang, nak Septi, sepertinya sekarang nak Septi sedang isi" lanjut Pak Adi yang sebenarnya sungkan untuk mengatakannya

Isi? Septi bertanya tanya apa maksud ucapan pria itu.

“Dia ingin menitipkan anaknya di perut nak Septi, dia tau kalau
nak Septi sedang hamil"

Ia menjelaskan bahwa memang sebagian jin suka menitipkan bayinya di rahim manusia, mereka akan mengambilnya lagi saat bayinya dilahirkan bersama bayi manusia itu sendiri, yang biasa menyadari hal itu adalah dukun beranak dan wanita yang menjadi inang itu
Dapat pula jin itu akan mengambilnya sesaat sebelum hari kelahiran tiba, bahkan bisa saja jin itu menculik kedua bayi tersebut. Bayinya sendiri, dan bayi milik manusia yang menjadi inangnya.

Diluar itu semua, ada kenyataan yang justru begitu penting dan sangat mengejutkan,
Yaitu kehamilan Septi.

Juni yang mendengarnya pun seakan tak percaya, ia syok mendengar kabar kehamilan kawannya, apalagi itu dari mulut orang lain.

“Sep..?” Juni menegang, alisnya menyatu dan matanya menatap tajam Septi
“Sa.. saya hamil pak?” Septi begitu gugup dan tak kalah terkejut dibanding Juni

Kalau yang hamil saja tak sadar akan kehamilannya, apalagi orang orang disekitarnya...

Pak Adi mengangguk, Febri pun perlahan melonggarkan pegangan tangannya dari lengan Septi.
Septi tak bisa berkata kata, lidahnya begitu kelu. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Akankah ia benar benar hamil? Bagaimana ia harus menjelaskan itu semua pada orangtuanya?

Juni menangis, ia menangis histeris, ia merasa begitu gagal.
Bagaimana bisa ia tak tau akan hal ini sedari sebelumnya? Air mata membasahi sebagian besar wajahnya, ia terus saja mengusap usap aliran air matanya sendiri.

Juni segera membaringkan keponakannya di bawah, ia merangkak lebih dekat pada Septi.
Kedua tangannya gemetar, berusaha tegar dan menggenggam pundak Septi.

“Sopo bapake?”
(Siapa ayahnya?) Tanya Juni

Septi terus saja mematung, Juni mulai tak sabar, ia mengguncang guncangkan bahu Septi

“Sep.. Septi jawab Sep" ucap Juni tak kuasa
Namun Septi tetap diam, entah kemana pikirannya melayang. Ia tak menangis ataupun bahagia, ia hanya diam kebingungan.

--

Pak Adi menyuruh makhluk makhluk diluar rumah Juni untuk segera kembali pada kediaman mereka sendiri, tak lupa ia lebih dahulu membebaskan wanita itu.
Wanita yang tadi ditangkapnya, yang ternyata adalah anak sulung dari penghuni pemimpin makhluk makhluk itu, entah darimana asalnya hingga makhluk itu bisa sampai kesini dan hendak menjadikan Septi sebagai inang untuk jabang bayinya, lebih tepatnya untuk telur telurnya

--
Seminggu kemudian Juni mengantar paksa Septi kerumah orangtuanya, ini semua demi kebaikan sahabatnya itu

Juni dan Febri lah yang menjelaskan pada orangtua Septi mengenai kebenarannya, Juni menangis memohon maaf, ia begitu merasa bersalah karena tak dapat menjaga Septi denganbaik
Diluar dugaan, dengan ikhlas orangtua Septi menerima cobaan yang kini menimpa keluarga mereka, walaupun rasa kesedihan tetap terbesit disana.

Mereka sama sekali tak menyalahkan Juni, bahkan sangat berterimakasih pada Juni karena telah merawat Septi selayaknya saudara sendiri
Mereka berniat untuk segera menikahkan anaknya dengan pria yang sudah seharusnya mengemban tanggung jawab itu, untunglah kekasih Septi bersedia menerima konsekuensi dari perbuatannya.

Akhirnya Septi menikah dan meninggalkan rumah Juni untuk tinggal bersama keluarga barunya.
Wes kelar wes kesel aku duh gusti 😭

Makasih ya uda mau baca tulisan tulisan cimol. Sampai jumpa di kisah berikutnya ho ho ho
Kalo ada yang tanya

"Kenapa judulnya Rusin padahal ceritanya ga fokus ke Rusin?"

Hmm karna waktu denger cerita ini cimol langsung iba sama sosok Rusin, dan satu satunya nama yang gak cimol ubah di cerita ini ya cuma nama dia.
Trus kalo ad yang bilang gini

"Endingnya gajelas"

Iya tau ko :) karena jujur cimol nulisnya sambil ketakutan, ga lagi ngarang, cerita aslinya lebih rumit dan buat ngeringkas sebegininya tuh susah banget

Gua yang tau cerita aslinya nyesel banget 🤧 gamau lagi denger yang tragis
Dan dari semuanya bisa disimpulkan sendiri kan kalo ujung ujungnya Juni nikah sama Febri.

Anaknya berapa? 1 doang trus gak lama Juni meninggal

Meninggal kenapa? Hmm sedih juga, Bu Juni sakit, pokonya masalah otak, cimol gatau istilah medisnya apaan
Dan di part 1 cimol salah info, Septiani wafat di usia 37

Ada yang mau ditanyain lagi?
Oke karena ada yang bilang gini, tak kasih epilog

Catatan suami Juni :

Itulah segala kebusukan yang selalu kami simpan rapat rapat tanpa ada yang mengetahui banyak fakta dibalik keluarga mendiang istri saya, doakan mereka yang berhak mendapat ketenangan di alamnya.

Terlepas hubungan darah, istri saya tetaplah istri saya.
Tak ada yang membuatnya berhak disangkut pautkan dengan borok yang terjadi bukan atas kesalahannya.

Sekedar memberi tahu, saya melamarnya di hari kelulusannya, masih terasa jelas hingga sekarang betapa gugupnya pria memalukan ini dihadapan wanita sederhana itu.
Sayang, semua kebahagiaan yang kami lalui bersama tak dapat membuatTuhan bersedia membiarkannya menemani kami untuk terlalu lama dikehidupan ini. Tak apa, masih ada kesempatan dikehidupan berikutnya untuk saya menemui Juni. Saya harap ia menunggu saya dan putrinya disana, disurga
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Keep Current with Cimolll

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!