Awas Di Belakang Profile picture
Oct 19, 2020 192 tweets 22 min read Read on X
link Part pertama ada disini


yo kita lanjut Part 2.
sebelum kita lanjut, subscribe dulu youtube kita di channel "Podcast Horor Demit" dan retweet postingan ini sebanyak-banyaknya. jangan lupa share juga ke temen-temen kalian dan ke grup-grup horor.
TEROR MENDADAK HILANG
Kadi. Sang dukun yang pernah dimintai tolong oleh Yani akhirnya bertindak. Ia sembunyi-sembunyi mengintai arwah Yani yang tengah meneror warga.
Ada satu tempat yang menjadi “rumah tinggal” bagi sosok Yani yaitu di sebuah sumur di belakang rumah kosong yang sudah lama ditinggalkan pemiliknya.
Rumah itu kebetulan berjauhan dengan rumah warga lainnya. kondisi sekitarnya pun sudah dipenuhi ilalang. Sunyi, lembab, bau usang sudah tercium dari rumah itu.
Malam jumat kliwon jadi incaran Kadi untuk menangkap sosok Jin yang menyerupai Yani itu. Dia akan memanfaatkannya untuk praktek pengasihan bagi pasiennya yang ingin meningkatkan performa suaranya di panggung ketika bernyanyi atau untuk menarik lawan jenis.
Tanpa diketahui oleh warga lain, Kadi mengendap masuk ke dalam kerumunan ilalang yang menghadang.
“Srrrkkk Srrrkk!”. Suara ilalang itulah yang hanya menjadi teman Kadi yang sedang melakukan ekspedisinya.
Kadi akhirnya tiba di sumur yang menjadi tempat favorit sosok Yani. Ritual dilakukannya untuk memanggil sosok itu datang. Menyan dibakar dan rapalan-rapalan mantra Kadi ucapkan. Tak lupa Kadi pun membawa sebilah keris yang ia selipkan di belakang bajunya sebagai media penangkapan
“Ingsun gegero kanu ngageugeuh sangkan hadir kana ieu pameunteu. Ingsun boga Adia anu kacida hibarna kacida seungitna. Hadir hadir hadir!”. Sambil fokus duduk bersila dan memejamkan matanya mantra itu diucapkan oleh Kadi.
Katrol sumur bergetar, hawa yang awalnya dingin mendadak panas tanpa sebab. Dari dalam sumur muncul perlahan sosok wanita berambut panjang acak-acakan dengan bajunya yang sudah lusuh.
Sosok itu tertunduk tidak memperlihatkan wajahnya hanya saja kepalanya terus bergerak patah ke kanan dan ke kiri.
Menyadari sosok Yani sudah hadir Kadi lantas mengambil keris yang ia simpan di belakang bajunya dengan cepat lalu mengarahkannya ke sosok Yani. Gerakan kepala sosok itu semakin cepat. Badannya condong ke depan seakan tertarik oleh sesuatu.
Akhirnya sosok itupun masuk ke dalam keris sehingga membuat Kadi tersenyum menyeringai bangga karena ritualnya berhasil. “Praktekku bakal laris hahaha”. Tawa Kadi menggelegarkan seisi rumah kosong.

**
Dua minggu sudah warga tidak menerima teror dari Yani. Mereka bersyukur sekaligus terheran dan bertanya-tanya siapa yang bisa menangani semua itu. Aktifitas di kampung itu kembali seperti biasanya. Semua warga tidak lagi khawatir akan dihantui oleh Yani.
***
“Saya pengen karir saya naik mbah”. Pinta Sekar kepada Kadi. Akhirnya dia berkunjung meminta bantuan Kadi.
Suara parau itu menggema seisi ruangan praktek Sang Dukun, Kadi. ada yang berbeda dari suara Sekar. Suaranya tidak sebagus sebelumnya.
**
Sekar adalah ibu rumah tangga yang sudah berumur 30 tahun. Kecantikan parasnya yang alami memang selalu menyihir siapapun yang bertemu dengannya terlebih ketika Sekar berada di atas panggung.
Sepeninggal Yani tidak ada perubahan yang berarti bagi Mekar Ayu. Grup tembang itu tetap dalam performa terbaiknya. Semua itu tak lepas dari peran Sekar yang semakin menonjol.
Sekar adalah seorang single parent. Dia menghidupi satu orang anaknya yang sudah menginjak kelas 4 SD, Yudha namanya.
Yudha ditinggal oleh ayahnya ketika dia masih kelas 1 SD. Ayahnya menerima serangan jantung di sebuah toko ketika dia akan membelikan Yudha mainan kesukaannya.
Sepeninggal suaminya, Sekar banting tulang untuk menghidupi Sang Buah Hati. Menjadi buruh jahit sudah ia jalankan sebelum akhirnya menjadi bagian dari Mekar Ayu. Karena menyanyi khususnya nyinden adalah kepiawayan Sekar.
Beberapa genre musik sudah Sekar kuasai. Bukan hanya genre tradisional akan tetapi genre seperti pop & dangdut sudah Sekar kuasai.
***
"Mah, Aa berangkat sekolah ya?", Suara mungil Yudha berpamitan kepada Sekar.
"Iya hati-hati ya Aa", Jawab Sekar berharap anaknya kelak menjadi seorang yang berhasil.
"Ini bekalnya A", Sekar memberikan Yudha uang jajan.
Langkah kaki malaikat kecil Sekar pergi meninggalkan rumah untuk menimba ilmu di sekolahnya. Yudha adalah satu-satunya harapan Sekar untuk tetap menjalani hidup.
***
Tepat di depan rumah Sekar terdapat toko elektronik milik kakak Sekar, Wandi. Sepulang sekolah Yudha selalu main di toko Uwa-nya itu. Wandi sudah menganggap Yudha seperti anak sendiri.
Suatu hari salah satu tetangga Sekar ada yang meninggal dunia. Ketika itu Yudha sedang berada di toko. Seperti biasa, ketika ada rombongan pengantar jenazah yang hendak ke makam melewati toko, Wandi keluar untuk melihat kondisi.
Otomatis Yudha pun mengikuti Wandi keluar toko. Melihat keranda yang digotong oleh warga, Yudha menepuk tangan Wandi lalu berkata.
Yudha, "Wa wa! kalo Yudha ada di dalam sana, dianterin banyak orang kaya gitu gimana ya?". Sambil menunjuk ke arah keranda Yudha mengucapkan perkataan yang membuat Wandi kaget.
"Hus, jangan ngaco kamu! udah masuk toko sana!". Wandi sedikit menghentak.
Teringat perkataan Yudha yang spontan ketika melihat keranda, ia lantas melaporkannya kepada Sekar ketika Sekar menghampiri toko untuk meminta Yudha pulang, karena hari sudah sore.
"Sekar, anak kamu tuh tadi ngomong yang ngga-ngga". Kata Wandi.
"Ngomong apa kang?". Tanya Sekar.
"Tadi dia ngomong sambil nunjuk keranda katanya 'Wa kalo Yudha ada disana dianterin banyak orang gimana ya?'". Jawab Wandi.
Sekar menoleh sedikit ke arah Yudha yang sedang melamun melihat ke arah luar toko.
"Aah itu mah iseng aja mungkin Kang". Ucap Sekar menenangkan Wandi.
"Ya udah, Aa ikut mamah gih! mandi dulu sana!". Pinta Wandi kepada Yudha.
Yudha akhirnya pulang. Wandi masih terngiang dengan apa yang diucapkan Yudha tadi siang. Dalam benaknya mungkin akan terjadi hal yang tidak beres. Tapi setelah dipikir-pikir omongan Sekar ada benarnya juga, mungkin itu hanyalah keisengan anak-anak belaka.
**
Langit sudah gelap dan malam pun semakin larut. mendung menyelimuti udara malam itu. Hening, sunyi, sepi seakan menjadi tanda akan terjadi hal yang menyayat hati. Sekar menanyakan kepada Yudha mengapa ia bisa berkata aneh tadi siang.
"Tadi siang kenapa kamu ngomong kaya gitu nak?", Tanya Sekar.
"Yudha pengen tau aja rasanya mah", Jawabnya.
Yudha melanjutkan ucapannya, "Kalo Yudha ada di dalam keranda itu mamah ikut nganter ga?".
Sekar tersentak kaget mendengar apa yang ditanyakan Yudha. Lantas ia menghentikan pembicaraan kemudian menyuruh anaknya itu untuk tidur.
"udah udah udah. mamah ga mau denger lagi. tidur sana!". Ucap Sekar sembari sedikit membentak Yudha.
Yudha hanya menurut apa kata ibunya. Dia lantas tidur sementara Sekar masih melamuni apa yang terjadi pada Yudha. jarang-jarang dia seperti itu. Masih dalam lamunannya, tak terasa Sekar pun akhirnya tertidur.
**
Pagi tiba. Awan mendung masih betah berada di langit ketika itu. Seakan akan berkabung dengan keadaan. Hari itu hari minggu. Biasanya Sekar mengajak Yudha main ke salah satu pusat perbelanjaan. Namun melihat kondisi langit yang mendung, Sekar pun mengurungkan niatnya.
Setelah semua pekerjaan rumah selesai ia pun menghampiri toko Wandi di sebrang jalan dengan mengajak Yudha. "Yaa daripada bosan terus di rumah mening nongkrong dulu aja". pikir Sekar waktu itu.
Seperti biasa Yudha langsung masuk ke dalam toko dan menghampiri etalase toko dari dalam. Sementara Sekar memilih berada di luar duduk di sebuah kursi panjang yang dikhususkan untuk pelanggan yang antre.
Wandi melayani pelanggan yang membeli peralatan elektroniknya. Karena pelanggan meminta barang yang tidak ada di etalase, Wandi terpaksa harus mengambil barang itu ke belakang toko yang jaraknya agak lumayan.
Ketika Wandi berada di belakang toko, entah kenapa Yudha sudah berdiri dengan obeng di tangannya. Entah iseng atau penasaran, dia menancapkan obeng itu ke lubang terminal listrik yang ada di atas etalase toko.
Nahas, posisi pegangannya bukan tepat pada gagang obeng. akan tetapi berada pada batang besi obeng tersebut. Yudha tersetrum. bukannya ia lepas, pegangannya malah makin kuat seakan kaku dibuatnya.
Sekar yang melihat itu terkejut lalu berusaha menyelamatkan Yudha. Salahnya Sekar malah memegang tangan Yudha secara langsung. Alhasil Sekar malah ikut tersetrum. Keduanya lantas pingsan tak sadarkan diri.
Kejadian itu berlangsung begitu cepat. Pelanggan toko yang sedari tadi hanya bisa diam terpaku melihat kejadian itu berteriak meminta pertolongan. Wandi pun bergegas ke depan toko untuk melihat apa yang terjadi.
Melihat keponakan dan adiknya terkapar, ia lantas mengantar keduanya ke rumah sakit. Masih ada nafas dari keduanya, meskipun lemah. Wandi cemas. Perasaannya campur aduk. Ia kembali terngiang perkataan Yudha, "Kalo Yudha ada di dalem sana(keranda), gimana ya?".
Tak terasa air matanya berlinang. Ia tidak mau keponakan yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri itu meninggal mengenaskan.
Sesampainya di rumah sakit, Yudha dan Sekar bergegas dibawa ke UGD untuk ditindak lebih lanjut. Wandi hanya berharap nyawa mereka berdua terselamatkan.
**
"Tut......,tut........,tut..........,tut............,tut"
Suara monitor menunjukkan detak jantung Yudha yang semakin melemah. Yudha koma. Kabel sudah dipasangi di berbagai bagian tubuhnya. 70% tubuhnya mengalami luka bakar.
Di ruangan lain Sekar masih dalam keadaan tak sadarkan diri. Dia hanya menerima sedikit luka bakar di tangannya. Dia hanya pingsan biasa dan ritme napasnya normal. Keadaan itu membawa Sekar seperti ke alam mimpi.
Dia berada di area yang luas dan di depannya terdapat danau yang indah. Sekar memicingkan matanya melihat ke arah danau itu. Disana terdapat perahu dan seperti ada sosok yang ia kenali. Yudha. Ya betul itu adalah Yudha.
Dia sedang duduk di pinggiran danau tak jauh dari perahu itu sambil melingkarkan tangannya di kedua lututnya. Sekar menghampiri Yudha dengan sedikit berlari.
"Yudha kamu baik-baik aja? Alhamdulillah". Ucap Sekar mengekspresikan rasa syukurnya. Lantas dia memeluk Yudha dengan erat.
Yudha tak berkata apa-apa. ia hanya tersenyum menandakan kebahagiaan bisa melihat ibunya.
"Maafin Yudha ya mah, Yudha suka bikin mamah kesel". Ucap Yudha dalam senyumnya.
mendengar perkataan itu air mata haru Sekar tak bisa terbendung.
"Iya. udah mamah maafin. dan selalu mamah maafin". Ucap Sekar dalam tangisnya.
"Mamah jangan nangis! nanti kalo nangis cantiknya ilang dong". Yudha berkata begitu sambil melepaskan pelukan Sekar.
Rayuan Yudha membuat Sekar seketika tersenyum dalam tangisannya.
"Yudha mau naik perahu dulu ya mah. Yudha mau nyusul ayah. Ayah udah nungguin Yudha di seberang danau ini". Lanjut Yudha.
"Mamah ga boleh ikut?". Tanya Sekar.
"Mamah disini dulu aja. Biar Yudha aja dulu yang kesana nemuin ayah". Yudha pun melangkah menuju perahu itu.
Langkah Yudha terhenti dan ia menoleh ke arah Sekar seakan ada yang terlupa, "Oh iya mah lupa. Tadi ayah titip salam buat mamah. Katanya ayah sayang banget sama mamah. Yudha juga sayang sama mamah". Yudha melanjutkan langkahnya untuk sampai ke perahu itu dan menaikinya.
"Yudha...Yudha jangan pergi Yudha". Teriak Sekar yang ingin mengadang Yudha.
Yudha kembali menoleh kepada Sekar hanya dengan senyuman manis dan lambaian tangannya menandakan perpisahan. Sekar berlari ke arah danau untuk meraih perahu itu. Tapi perahu itu semakin menjauh dan Sekar pun tidak dapat menjangkaunya lagi karena air yang semakin dalam.
Image
Sekar menangis sejadi-jadinya. Ia meneriaki nama Yudha sehingga membangunkannya dari keadaan tak sadar di ruangan rumah sakit.
Napasnya terengah-engah. Keringat dingin muncul dari dahinya. Sekar lantas teringat dengan Yudha.
Kebetulan Wandi, Kakaknya. Ada di sampingnya dan tanpa menunggu lama, Sekar langsung menanyakan keadaan Yudha.
Belum selesai Sekar mengucapkan kata tanya, pintu ruangan rawat dibuka oleh tim dokter yang menangani Yudha.
"Pak Wandi!". Ucap salah satu dokter yang memberi isyarat kepada Wandi untuk menghampirinya.
Wandi menoleh kepada Sekar, "Bentar ya!".
Wandi menghampiri tim dokter yang berkunjung ke kamar tempat Sekar dirawat.
"Maaf Pak, pasien atas nama Yudha tidak bisa diselamatkan. Dia sudah meninggal dunia. Jenazah akan kami bawa ke kamar jenazah untuk ditindak lanjuti". Terang salah satu dokter yang membuat Wandi terkejut.
Keterkejutan dan rasa sedih yang ia dapatkan, sedikit ia tahan karena melihat Sekar yang baru saja siuman.
"I...i...,Iya dok makasih ya dok. Nanti semua administrasi sampai kepulangan jenazah ke rumah, saya yang urus". Bisik Wandi.
Tim dokter meninggalkan Wandi dan Sekar di ruang rawat.
Wandi tertunduk lesu duduk di kursi yang ada di ruangan itu. Perasaan campur aduk itu berusaha ia tahan namun tak bisa. Seketika Wandi terngiang kata-kata Yudha ketika melihat keranda.
Benar itu adalah firasat dari Yudha kalau dia akan meninggalkannya untuk selama-lamanya. Tangisannya tak terbendung. Sekar yang masih ada di atas ranjang seakan mengetahui maksud dari tangisan Wandi.
Sekar mengetahui itu dari firasat yang ia dapat dari mimpinya ketika berada dalam keadaan tak sadarkan diri.
“Yudha meninggal kang?”. Tanya Sekar dengan namanya yang semakin memburu.
Sekar teriak histeris hingga tak bisa mengontrol dirinya sendiri. Ia menarik selang infusan sampai tercabut lalu berlari ke arah luar ruangan. Wandi yang berada di dekat pintu keluar, menahan Sekar untuk menyabarkannya. Sekar meronta tak karuan.
Ia sangat terpukul ditinggal anak semata wayangnya. Dalam pelukan Wandi, Sekar pingsan. Ia lalu dibawa ke atas ranjang untuk diistirahatkan.
***
Singkat cerita, Sekar pun akhirnya tersadar dan memanggil-manggil nama Yudha dengan tatapan kosong dan air matanya yang terus berlinang. Karena tidak ada luka serius, Sekar diperbolehkan pulang oleh dokter yang menanganinya.
Semua administrasi rumah sakit sudah ditanggung oleh Wandi. Ia lalu membawa Sekar ke dalam mobil ambulans, tempat dimana tergeletak jasad anak semata wayangnya.
Ketika pintu belakang ambulans dibuka, Sekar melihat keranda berisikan satu jasad yang ukurannya tak asing baginya. Penutup keranda itu dibuka oleh Sekar diiringi isak tangisnya. Ia melihat wajah Yudha yang sudah menghitam. Spontan Sekar berteriak sejadi-jadinya.
Wandi kembali merangkul Sekar dan lagi-lagi Sekar pun pingsan karena tak mampu menahan kesedihannya yang mendalam.
***
Jenazah sudah berada di rumah untuk segera dilanjutkan prosesi pemulasaran jenazah. Wandi membopong Sekar ke kamar untuk ditidurkan di atas ranjang. Tetangga yang ada di sekitar rumah ramai berdatangan untuk melayat dan membantu prosesi pemulasaran jenazah Yudha.
Dari dalam kamar terdengar Sekar berteriak sehingga mengagetkan warga yang berdatangan. Teriakannya memekik seluruh ruangan. Sebagai kakak, Wandi terus menenangkan adiknya itu supaya tidak terus berlarut dalam kesedihan.
Syukur Alhamdulillah, akhirnya Sekar bisa ditenangkan dan sudah bisa sedikit menerima meskipun tangis masih menghiasi wajahnya.
Mengetahui jenazah anaknya akan segera dimakamkan, Sekar beranjak menghampiri lemari untuk mengambil kain tudung hitam miliknya lalu keluar dari kamarnya. Wandi tak bisa menahan. Mungkin itu cara Sekar untuk terakhir kali mengucapkan kata perpisahan pada anaknya.
Tenggorokannya terasa sakit. Suara yang dikeluarkannya pun menjadi penuh serak efek dari teriakan-teriakan histerisnya meratapi Yudha.
“A…,Aku ikut ke makam Kang”. Ucap Sekar kepada Wandi.
Wandi hanya terdiam seakan memberi tanda “Iya” kepada Sekar untuk ikut ke pemakaman.
Sekar, Wandi bersama warga lainnya berarak pergi ke pemakaman mengantar jenazah Yudha. Ketika melihat prosesi pemakaman Yudha, Sekar terduduk lemas tak kuat melihat tubuh anaknya dimasukkan liang lahat.
“Tenang disana ya A yaa. Salam ke ayah disana. Mamah selalu sayang kalian”. Suara parau itu bergetar keluar dari mulut Sekar. Air matanya mengucur deras. Tangisannya tak terbendung lagi.
***
Tujuh hari sudah Yudha meninggalkan Sekar. Kini ia hidup sendiri hanya ditemani sepi di rumahnya. Nasib Mekar Ayu seakan ditelantarkan oleh Sekar karena memang hanya dialah sinden yang menjadi pendongkrak penampilan Mekar Ayu.
Di sisi lain, Epul tak tinggal diam. Dia terus memutar otak untuk mencari pengganti sementara bagi Sekar dan kedepannya ia akan memproyeksikan sinden itu sebagai asisten Sekar jika Sekar sudah pulih dari keadaannya.
Keputusan yang terkesan buru-buru membuat Epul harus mendapatkan sinden dengan suara yang standar saja, Sebut saja namanya Rumi. Rumi lah yang mengisi kekosongan Sekar di Mekar Ayu.
Kondisi Sekar masih memprihatinkan. Tenggorokannya yang sakit tak kunjung menghilang. Suaranya tak seindah dulu dan ia khawatir karirnya akan merosot tajam jika Epul dan penonton lainnya mengetahui kondisi suara Sekar yang seperti mengalami gangguan parah pada pita suaranya
karena dipaksa untuk berteriak keras ketika meratapi Yudha.
Dibayang-bayangi ketakutan karirnya yang akan merosot, entah mengapa Sekar teringat kepada Kadi. Sang dukun yang "menolong" Yani beberapa bulan yang lalu. Ia tahu keberadaan Kadi dari instingnya karena memang tidak ada dukun lain di kampung itu selain Kadi.
Dan Sekar tahu Yani memakai susuk ketika itu, juga karena instingnya yang kuat berkata kalau Yani pasti memakai susuk. Dan Yani pasti meminta pertolong Kadi untuk memakaikan susuknya. Hanya saja ketika itu Sekar memilih untuk diam saja.
***
Akhirnya dengan berangkat sendirian ke rumah Kadi, Sekar mengutarakan keinginannya untuk "memperbaiki" suaranya melalui jasa ilmu hitam.
Praktis, cepat, dan lebih murah menjadi alasan Sekar menemui Kadi dibanding harus pergi ke rumah sakit yang ujung-ujungnya akan berakhir operasi.
Sekar dihadapkan dengan beberapa pilihan diantaranya:
Pertama, dengan tirakat "lebok taneuh" yang mengharuskan Sekar untuk laku tirakat 7 hari mencari 7 makam baru setiap harinya dari pemakaman yang berbeda.
Sekar harus mengambil tanah dari 7 makam itu sambil merapalkan mantra yang sudah diberi oleh Kadi lalu dikumpulkan untuk dimakan pada hari ke 7-nya tepat di malam hari jam 12. Tanpa nasi dan lauk paku. Murni tanah yang harus ia makan.
Kedua, Sekar harus mencari darah bayi baru lahir untuk kemudian ia minum mentah-mentah. Dan ia harus melakukan itu selama 41 hari lamanya.
Ketiga, Mungkin ini pilihan paling mudah bagi Sekar. Karena dia hanya cukup selalu membawa sebuah keris kemanapun ia pergi yang sebelumnya sudah dibacakan mantra oleh Kadi dan akan dibacakan mantra tambahan oleh Sekar sendiri pada malam jumat kliwon yang akan datang.
Kadi bilang di dalam keris itu terdapat arwah seorang penyanyi. Sekar tidak menyadari kalau yang dimaksud oleh Kadi itu adalah Yani.
Dan benar saja, Sekar lebih memilih pilihan yang ketiga di bandingkan yang lainnya. Ia tak sanggup makan tanah apalagi minum darah. Selama khasiatnya sama untuk memperbaiki suara, Sekar lebih memilih untuk membawa keris yang ditawarkan Kadi setiap kali manggung.
Proses memberi mahar selesai. Keris dibaca-bacakan sesuatu oleh Kadi sebelum diberikan kepada Sekar. Mantra khas pun sudah Sekar hafalkan sebagai ajian khusus untuk “menyembuhkan” suaranya yang berubah.
Sesampainya di rumah, Sekar meletakkan keris itu di dalam laci. Ia menunggu malam jumat kliwon yang akan datang besok malam.
***
Dengan perasaan yakin, Sekar mematikan lampu kamar, duduk bersila sambil mengacungkan kerisnya ke langit dengan kedua tangannya lalu membacakan mantra yang diberikan oleh Kadi.
“Ingsun gegero kanu ngageugeuh sangkan hadir kana ieu pameunteu. Ingsun boga Adia anu kacida hibarna kacida seungitna. Hadir hadir hadir!”.
“Ingsun gegero kanu ngageugeuh sangkan hadir kana ieu pameunteu. Ingsun boga Adia anu kacida hibarna kacida seungitna. Hadir hadir hadir!”.
“Ingsun gegero kanu ngageugeuh sangkan hadir kana ieu pameunteu. Ingsun boga Adia anu kacida hibarna kacida seungitna. Hadir hadir hadir!”.
Sesuai petunjuk dari Kadi, mantra itu harus dibaca 3 kali. Dan Kadi berpesan, siapapun yang membaca mantra itu tiga kali, maka sosok menyeramkan yang menghuni tempat berdiam diri si pembacanya akan hadir. Dalam mimpi atau kenyataan.
Setelah Sekar membaca mantra pemanggilan itu, Sekar melanjutkan membacakan mantranya. Mantra yang selanjutnya ini dimaksudkan untuk mengikat maksud Sekar dengan penghuni keris itu.
“Kawula, Sekar. Neda pitulung Nyai supados ieu suanten janten sae”. Mantra itu diucapkan Sekar beberapa kali sampai akhirnya Sekar merasakan ada perubahan pada suaranya.
Sekar merasa suaranya sudah kembali baik. Bahkan lebih bagus dari sebelumnya. Sekar merasa sangat senang karena dengan begitu karirnya akan terselamatkan dan ia memantapkan diri untuk menghubungi Epul untuk mengabarkan kalau kondisinya sudah pulih.
Keris itu Sekar simpan baik-baik di dalam lemarinya. Karena dari petunjuk yang diberikan oleh Kadi, keris itu tidak boleh jauh-jauh dari Sekar atau suaranya akan kembali menjadi serak parah tak karuan.
Epul yang mendengar kabar baik kalau keadaan Sekar sudah pulih, merasa bahagia dan posisi Rumi akhirnya dirubah yang awalnya sinden utama, sekarang ia menjadi asisten sinden untuk Sekar.
***
Mekar Ayu kembali manggung ke beberapa daerah. Epul, Sang pemilik Mekar Ayu bahagia dengan kembalinya Sekar setelah keterpurukannya. Ada yang aneh dari suara Sekar ketika bernyanyi. Suaranya memang bagus akan tetapi Epul seperti mengenali suara itu.
Epul merasa kalau itu adalah suara Yani.
Ya betul, Epul masih ingat benar kalau itu seperti suara Yani. Tak ingin terlarut dalam prasangka, Epul hanya menikmatinya karena yang penting Sekar bisa kembali dan yang mengundang maupun penonton tidak merasa kecewa.
Berbulan-bulan lamanya Sekar menjalani profesinya itu dengan baik. Ia sangat pintar menyembunyikan keris yang ia dapatkan dari Kadi sehingga orang-orang sekitar tidak menyadari kalau Sekar telah bersekutu dengan jin.
Suatu ketika seorang pemuda terkesima dengan kecantikan dan bagusnya suara Sekar. Pemuda itu lantas mendekati Sekar dan berniat untuk menikahinya. Status janda tidak berpengaruh apa-apa bagi pemuda itu.
Seakan dia sudah tergila-gila dengan Sekar tanpa melihat status apapun.
Dodi, pemuda yang ingin menikahi Sekar yang juga adalah teman SD Yani yang kini telah bekerja sebagai karyawan tetap di tempat ia bekerja. Karena melihat keseriusan Dodi, Sekar menerima pinangan Dodi sehingga mereka berdua akhirnya menikah.
Sekar tidak melihat umur Dodi walaupun lebih muda darinya.
Wandi, Kakak Sekar. Bahagia melihat adiknya bisa move on dari keadaan yang membuatnya sempat terpuruk ditinggal oleh suami dan anaknya.
Setelah mereka berdua menikah, Sekar pindah ke rumah Dodi. Tak lupa dia selalu membawa kerisnya kemanapun ia pergi karena khawatir suaranya akan kembali menjadi jelek. Sekar pintar menyembunyikan itu.
Ia sembunyikan keris itu di dalam wadah kosmetik miliknya. Yang mana Dodi tidak akan pernah memeriksa apa yang ada di dalamnya.
Sekar dan Dodi menjalani rumah tangga dengan baik sampai akhirnya keduanya dikaruniai seorang anak laki-laki yang lucu yang diberi nama “Yudha”.
Ya, Sekar tidak akan pernah lupa dengan anaknya yang meninggal di rumah sakit akibat tersetrum sehingga ia namai anaknya hasil buah cintanya dengan Dodi dengan nama yang sama, yaitu Yudha.
Sekar masih termasuk bagian dari Mekar Ayu. Meski kesibukannya bertambah, Sekar tidak pernah mengeluh karena ia ingin mencari penghasilan tambahan dan dengan keputusan Sekar masih menjadi sinden Mekar Ayu itupun Dodi merestuinya.
Sampai akhirnya Dodi harus menetap di Indramayu karena tuntutan pekerjaannya. Sementara Sekar harus merelakan dirinya keluar dari Mekar Ayu dan posisinya digantikan oleh Rumi.
Dalam perjalanan menuju Indramayu, Sekar mendapat masalah baru. Ia harus kehilangan keris yang ia pakai untuk “mengobati” suaranya ketika sedang memeriksa wadah kosmetiknya tempat biasa ia menaruh keris itu. Wadah kosmetik itu raib tanpa jejak.
“Masa iya aku lupa sih? Aduh gimana nih kalo suaraku nanti jadi jelek lagi?”. Dalam benak Sekar ia panic tapi ia coba tutupi karena tidak mau ketahuan oleh Dodi.
“Kenapa sayang?”, Tanya Dodi yang melihat gerak-gerik aneh dari Sekar.
“Mmm…, Gak apa-apa ko Yang”. Ucap Sekar.
Aneh, suaranya masih tetap bagus. Padahal keris itu sudah hilang entah kemana. Tapi itu hanya sementara. Sesampainya di Indramayu dan hendak turun dari mobil, suaranya berubah.
Retweet dulu sebanyak-banyaknya yooo!!! nanti mimin lanjutin biar malam ini Yani datang di rumah kalian.
Lanjut.
Dodi pulang.

Sepulang dari kantor ia mencium kening istrinya. Tak ada marah sedikitpun dari Dodi kepada istrinya. Dalam hatinya hanya ada kasih sayang yang besar kepada Sekar. Tapi tetap, Dodi akan menunggu saat malam nanti ketika Yani merasuki Sekar.
Kalau memungkinkan dia akan bertanya pada Yani apa yang sebenarnya terjadi. Setelah semua informasi ia dapatkan, Dodi berencana untuk membuang paksa Yani dari tubuh Sekar. Kalau perlu ia akan meminta bantuan temannya, Luthfi. Untuk membakar iblis yang menyerupai Yani itu.
Malam semakin larut.

Dodi menunggu-nunggu saat Yani datang. Malam itu dia pura-pura tertidur untuk melihat Sekar kerasukan.
Setelah Yudha tertidur, Sekarpun tertidur pulas. Tepat pukul 12.00 malam tubuh Sekar mulai bereaksi. Tubuhnya bergetar. Matanya membelalak seakan-akan hampir keluar dari kelopaknya. Tatapannya kosong. Rambutnya menjuntai.
Ia terbangun seketika dalam posisi duduk. Dodi melihat kengerian itu dari matanya yang sedikit ia pejamkan.
Mulut Sekar perlahan terbuka dan melantunkan kidung Bangbung Hideung. Suara seraknya hilang berganti dengan suara Yani. Dodi masih memperhatikan kejadian itu.
Perlahan.. kepala Sekar menoleh ke arah Dodi dengan tatapan kosongnya. Tak lama Sekar lalu menoleh ke arah meja rias yang berada tepat di samping kirinya. Dia bangkit dan berjalan perlahan menuju meja rias itu.
Lantas Sekar duduk di kursi dan menghadap ke cermin di meja rias itu. Tangannya seperti merogoh sesuatu yang ada di dalam laci meja. Dia mengambil gunting dan memegangnya seperti akan menusuk sesuatu. Melihat apa yang terjadi, Dodi beranjak karena khawatir akan melukai Sekar.
“HEY..,HEY..,YANI MAU NGAPAIN KAMU?”, Teriak Dodi kepada sosok yang berada dalam tubuh Sekar.
Dari cermin terlihat senyuman menyeringai dari Sekar. Dia lalu berbalik dengan gunting yang sudah diacungkannya ke arah Dodi.

“KADI, KAMU, ISTRIMU. SEMUA INI GARA-GARA KALIAN”, Ucap Yani sambil mengacungkan gunting ke arah Dodi.
“Kadi? Si dukun sialan itu?”. Tanya Dodi dengan keringat dingin di dahinya karena khawatir Sekar terlukai oleh Yani. Yani sepenuhnya sudah menguasai tubuh Sekar hingga Sekar tak dapat mengendalikan lagi tubuhnya ketika itu.
“IYAA”. Bentak Yani.

“Terus apa salahku? Apa salah Sekar?”. Tanya heran Dodi.

“Kamu ingat, kamu dulu pernah me...”. belum sempat menghabiskan kata-katanya, sosok Yani itu menangis. Tubuh Sekar tersungkur. Kini ia terduduk lemas.
Mengira Yani sudah keluar dari tubuh Sekar, Dodi menghampirinya. Namun belum sempat Dodi menyentuh tubuh Sekar, dia dikagetkan dengan gerakan tiba-tiba dari Sekar.
“BAJINGAN...KALIAN SEMUA BAJINGAN”. Bentak Yani. Ternyata sosok itu masih berada dalam tubuh Sekar. Lantas ia mengacungkan gunting yang dipegangnya mengisyaratkan kalau sosok iblis yang menyerupai Yani itu akan menusuk leher Sekar.
Dengan cekatan Dodi menepis tangan Sekar dan membuang jauh-jauh gunting itu dari tangannya. Dodi memeluknya dan tubuh Sekar meronta.

“BAJINGAANN...AKAN KU BUNUH WANITA INI SEBELUM AKU MEMBUNUHMU”. Teriak sosok Yani itu.
Karena tidak tahu permasalahan dan Dodi khawatir dengan keadaan Sekar, Ia membacakan doa-doa yang ia dapat dari Luthfi, teman spiritualnya. Untuk mengusir Yani.
Iblis itu kepanasan. Sebelum ia keluar, sosok itu sesumbar akan datang lagi besok malam. Mengetahui hal itu Dodi berencana untuk meminta bantuan kepada Luthfi untuk membakar jin yang mengganggu istrinya itu. Dia akan memusnahkannya karena dirasa sangat mengganggu.
Dodi percaya itu bukanlah Yani. Akan tetapi sosok jin yang menyerupai Yani dan memanfaatkan rasa kekesalan yang pernah Almarhumah Yani rasakan untuk membalaskan dendam kepada orang-orang yang bermasalah dengannya.
Dodi teringat masalahnya dulu dengan Yani. Ia lantas mengirimkan doa khusus kepada mendiang Yani yang asli (bukan sosok jin itu). Dia meminta maaf dan berdoa semoga segala kesalahan yang pernah Yani perbuat diampuni oleh Tuhan Yang Maha Esa.

***
Di Kantor.

“Fi, entar malem lu ke rumah gue ya! bantuin gue musnahin iblis sialan itu! Semalem bini gue hampir celaka dibuat dia”. Pinta Dodi kepada Luthfi.
“Iya, nanti kita atur strategi. Gue rasa sosok Yani ini bukan jin ecek-ecek. Agak berbahaya kalo dia nunjukin wujud aslinya. Makanya tar lu jauhin bini lu dari anak lu!”. Luthfi menyetujui permintaan Dodi dan menyarankan sebuah strategi agar rencana berjalan lancar.
***

Malam tiba. Luthfi sudah datang bertamu untuk melancarkan rencananya bersama Dodi, memusnahkan Yani. Sementara Sekar tidak tahu maksud dari kedatangan Luthfi. Ia mengira kalau Luthfi hanya bertamu sebentar lalu pulang.
Malam semakin larut. Sekar mengisyaratkan kepada suaminya dengan isyarat bertanya “mengapa Luthfi belum pulang juga?”. Dodi yang melihat isyarat dari Sekar itu berkata.
Dodi menepuk pundak Luthfi, ”Oh iya Fi. Udah jam setengah 11 nih Fi. Lu gak dicariin bini lu? hehe”. Ucap Dodi kepada Luthfi sambil mengedipkan matanya.
Mengerti apa yang dimaksudkan oleh Dodi, Luthfi berkata, “Oh iya ini juga mau pulang Dod. Mari mbak Sekar”.

Luthfi tersenyum berpamitan kepada Sekar.
Dodi membisikkan sesuatu, “Lu pura-pura pulang aja! Tungguin di ujung gang dan bawa motor lu! Nanti gue kasih kode kalo bini gue udah tidur”.
Luthfi meng-iyakan apa yang dikatakan Dodi.

Luthfi membawa motornya seakan-akan dia pulang. padahal ia menuju ujung gang yang tak jauh dari rumah Dodi menunggu isyarat.

**
Singkat cerita, Sekar akhirnya tertidur. Dodi mengunci semua laci supaya ketika mereka melancarkan aksinya, barang-barang berbahaya seperti gunting tidak dapat diambil sehingga Sekar tidak dapat dicelakai.
Dodi lalu mengendap perlahan keluar rumah untuk memberi isyarat kepada Luthfi yang berada di ujung gang.
Luthfi bersiap akan melancarkan aksinya. Ia tetap menyimpan motor kesayangannya itu di ujung gang. Mereka masuk dengan perlahan ke dalam rumah, lalu Luthfi meminta anak Dodi untuk dipisahkan sementara dari ibunya.
“Bawa anak lu keluar dulu pisahin sama ibunya! berbahaya. Jangan sampe Sekar nyadar!!”. Pinta Luthfi.
Dodi menuruti apa kata Lutfhi. Ia perlahan membawa Yudha untuk dibawa keluar dan ditidurkan di atas sofa. Sementara Sekar ditinggal sendiri di dalam kamar.

“Kita tunggu. 10 menit lagi jam 12. Yani ini cuma datang tepat di jam 12”. Bisik Luthfi.
Luthfi duduk sila tepat di depan pintu kamar yang Dodi kunci. Kamar itu dikunci supaya tubuh Sekar yang dirasuki Yani tidak bisa kemana-mana.
Awalnya Luthfi membuat benteng gaib di sekitar kamar itu dengan maksud sosok Yani semakin terkunci tidak bisa kemana-mana dan membentengi sosok Nyi Garwani supaya tidak ikut campur masuk ke dalam kamar.
Nyi Garwani adalah sosok penunggu rumah yang hampir setiap hari mengganggu Sekar dan Yudha jika sedang ditinggal Dodi bekerja.
Jam sudah menunjukkan pukul 12.00. Dodi berada duduk di sofa menemani Yudha memperhatikan Lufthi yang sedang beraksi.
Terdengar dari dalam kamar kidung Bangbung Hideung. Yani kembali merasuki Sekar. Dan terdengar dari dalam, meja laci seperti berusaha dibuka. Dodi yang penasaran, meninggalkan Yudha yang tertidur pulas itu di atas sofa.
Dia lantas berjalan ke arah pintu kamar untuk mengintip dari lubang kunci.
Luthfi masih fokus membacakan doa-doa. Dodi melihat dari balik pintu, terlihat tubuh Sekar berbalik lalu berjalan ke arah pintu kamar. Sosok Yani seakan mengetahui kalau di luar ada aura yang akan memusnahkannya.
Luthfi menghentakkan nafasnya lalu terdengar suara teriakan kesakitan dari dalam kamar. Dodi melihat Sekar mengerang. Suara itu semakin lama semakin berubah menjadi suara seorang nenek-nenek.
Dodi tetap mengintip dari lubang pintu memastikan apa yang terjadi. Luthfi kembali menghentakkan nafasnya. Dari balik pintu Dodi melihat tubuh Sekar ambruk. Menyisakan sosok mengerikkan yang berdiri.
Sosok itu berwujud kuntilanak hitam dengan rambut acak-acakan dan kuku-kuku jari tangan yang panjang kering menghitam. Matanya pun hitam semua. Kulit wajahnya terkelupas penuh darah. Iblis itu menunjukkan sosok aslinya.
Dari keadaan duduk, Luthfi berdiri lalu mengambil posisi kuda-kuda. Tangannya membuat posisi seperti memegang bola yang ia taruh tepat di depan dadanya. Dengan satu hentakan nafas, ia merapatkan kedua tangannya lalu terdengar suara seperti kertas terbakar dari dalam kamar.
Baunya tercium seperti bau daging panggang.
Dodi yang mengintip kejadian itu, sedikit bergidik ngeri ketika sosok kuntilanak hitam terbakar habis menjadi abu.

Luthfi pun menarik nafas panjang dan berdiri sempurna dengan maksud mengakhiri ritualnya itu.
Dodi bersyukur. Dia berterima kasih kepada Luthfi. Dodi lalu membuka pintu kamar dan menghampiri Sekar yang tergeletak lemas. Dodi membopong Sekar ke atas ranjang. Luthfi membantunya dengan membawa Yudha dari sofa lalu memberikannya kepada Dodi.
Malam itu terasa panjang. Dodi bersyukur masalah tentang Yani terselesaikan.
Esok harinya Sekar terbangun. Dia merasakan pegal yang luar biasa di sekujur tubuhnya. Dodi pun memeluknya dengan sedikit meneteskan air mata bahagia. Sekar tidak akan lagi sengsara karena diganggu oleh Yani.

***
Dua bulan setelah kejadian itu suara Sekar pulih sebagaimana mestinya. Seraknya sudah hilang. Dia dinyatakan sembuh total.
Dodi bekerja seperti biasanya. Dan Sekar mengurus Yudha di rumah sendirian. Mereka menjalani hari-hari yang bahagia. Sampai suatu saat, ketika Sekar sedang mencuci baju, dia dikagetkan dengan suara tangisan Yudha dari dalam kamar. Anehnya, Yudha tidak ada.
Tapi suara tangisan itu menggema di seluruh ruangan.
Sekar menangis. Sampai dimana Dodi pulang dari bekerja, dia lalu bergegas berlari ke pintu rumah untuk memeluk Dodi sambil menangis histeris.
“Kenapa? Kamu kenapa sayang?”. Tanya Dodi yang panik melihat istrinya tiba-tiba memeluknya sambil menangis.

“Yudha.., Yudha anak kita hilang”. Terang Sekar sambil menatap nanar ke arah Dodi.

TAMAT

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Awas Di Belakang

Awas Di Belakang Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @sobatawas

Sep 17, 2020
Pelosok di salah satu perkampungan di Jawa Barat menjadi saksi persekutuan Yani dengan jin. Dia menjalankan praktek pasang susuk untuk pelaris pekerjaan nya sebagai penyanyi tradisional di kampung itu. Yani terlahir bukanlah dari kalangan berada.
Ayahnya telah meninggal karena kecelakaan kerja saat menjadi salah seorang pekerja proyek di bilangan Jakarta. Ketika itu Yani masih berumur 20 tahun dan dia mesti menghidupi ibu dan satu adiknya yang masih sekolah; Ibunya bernama Esih dan adiknya bernama Sandi.
Read 100 tweets
Sep 4, 2020
Gue Indra. Nama yang bagus bukan?. kalau kalian pecinta Naruto pasti kalian tahu betul siapa Indra. Dia adalah kakak dari Ashura dan anak pertama dari Hagoromo Sang Rikudo Sennin.
Tapi gue ga akan bahas Naruto sekarang. Gue akan cerita seram yang pernah gue alami ketika gue SMP dulu. Tepatnya sih baru lulus SD dan mau masuk SMP. Jadi peralihan dari SD ke SMP gitu.
Read 99 tweets
Jul 17, 2020
Aku, sebut saja Jen.

Aku masih ingat betul kala pertama ayah dan ibu membeli rumah di salah satu komplek di Bekasi ini. Terletak di antara Pondok Gede - Jatiasih, perumahan ini kerap dilanda banjir.
Herannya, ayah dan ibu betah banget lantaran hanya rumah ini yang terjangkau dengan keuangan mereka.
Read 206 tweets
Jul 2, 2020
HANTU JEPANG
(SEBUAH PENANTIAN)

PART 3 (END)

-THREAD HOROR-

[ADAPTASI DARI KISAH NYATA]

@bagihoror
@bacahoror
@IDN_Horor
@HorrorBaca
@horrornesia
@HorrorTweetID

#bacahorror #bacahoror #ceritahorror #threadhorror #threadhoror
ayah gue lanjut ngejelasin. Pak Oki itu orang jepang asli. tapi dia udah lama tinggal di Indonesia dan menikah dengan cewek Indonesia. dia tinggal di rumah itu. dia juga punya anak cewek satu-satunya yang katanya anak itu hilang karena diculik. nama anaknya itu Chika.
dari kejadian hilangnya Chika itu, Pak Oki emang selalu duduk di kursi goyang sambil kadang-kadang ngeracau sendiri. sampai akhirnya dia stress dan gila.
istrinya selalu mengurus Pak Oki dengan kasih sayang. dan istrinya setia sampai Pak Oki meninggal dalam kondisinya yang begitu
Read 14 tweets
Jul 2, 2020
HANTU JEPANG
(SEBUAH PENANTIAN)

PART 2

-THREAD HOROR-

[ADAPTASI DARI KISAH NYATA]

@bagihoror
@bacahoror
@IDN_Horor
@HorrorBaca
@horrornesia
@HorrorTweetID

#bacahorror #bacahoror #ceritahorror #threadhorror #threadhoror
sambil sesekali dia ngomong "sudah lama ayah nunggu. ayo nak kita pulang !!. mamamu sudah menunggu di rumah"
gue keheranan sambil menahan rasa sesak dari pelukan Pak Oki. gue berontak dan ngerasa kalo Pak Oki ini adalah orang gila.

gue langsung lari ke kontrakan gue. pintu langsung gue tutup lagi. ibu gue yang ada di dapur heran liat gue buru-buru masuk rumah.
Read 25 tweets
Jul 2, 2020
HANTU JEPANG
(SEBUAH PENANTIAN)

PART 1

-THREAD HOROR-

[ADAPTASI DARI KISAH NYATA]

@Bagihoror
@bacahoror
@IDN_Horor
@HorrorBaca
@horrornesia
@HorrorTweetID

#bacahorror #bacahoror #ceritahorror #threadhorror #threadhoror Image
Pernah ga sih lo beranggapan kalo seseorang yang lo hadapi itu ternyata bukan manusia ?

Pengalaman ini masih kesimpen rapi dalam ingatan gue

Panggil aja gue May. Mahasiswi di salah satu universitas di kota Bandung.

Kejadian ini gue alami pas gue masih duduk di sekolah dasar.
Jujur. cerita ini masih bikin gue merinding. untungnya gue udah ga tinggal di deket tempat kejadian itu.
Read 25 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(