Ihwal ilmu, betul ia disanjung luar biasa agung dlm berbagai ayat dan hadis. Bahkan disebut al-Qur'an bagai sejajar dgn pahala irang terjun perang dan syahid.
Ia disebut pula menaikkan derajat kita, ya hadapanNya, jga sesama.
Tetapi jgn lupa bhwa ilmu pun bisa menjungkalkan pada azab yg pedih. Bahkan disebut dlm hadis dlm istilah² yg mengerikan: dajjal ay ulama su' dan asyadda adaban (adab yg paling keras).
Ilmu boleh sujulang gunung, seluas laut; tetapi clue maslahat seyogianya selalu jadi tujuan terbesarnya, selaras pas dgn tujuan hakiki syariat: "dar-ul mafasid wa jalbul mashalih". Tdak ada yg lain.
Segala maslahat adalah ridhaNya, syariatNya. Dan tentu pula sebaliknya.
Sbb itulah ilmu² juga meniscayakan "cara menjalankannya" dan "dampaknya kemudian".
Tak bisa hanya menurut ilmu ini, kitab ini, sah mantap.
Ntar dulu.
Cara menjalankan ilmu hendaklah sinambung-maslahat dgn konteks, 'illat, kahanan yg ada. Tdk adal mesti gini. Sbb itulah diisyaratkan "hikmah", ay rahmat, cinta, kemanungsanan. Tegese lg: adab.
Prinsip demikian jg akan menjalar kpd kearifan dln menimang² dampaknya kemudian.
Walhasil, jika suatu ilmu tdk automaslahat kemudian, itu tanda bahwa itu belumlah detajat ilmu yg berhikmah; blm faqih; tp ya hanya keterangan² ilmu akliah, rasional. Plus bs jadi hawa nafsunya.
Ilmu dan hilmu, rasional dan rohani-spiritual, demikian seyogianya perjalanan pengetahuan yg kita ikhtiarkan selalu, agar semoga kelak sampai pada fase bening, yg kata Sayyidina Ali bin Abi Thalib, "Puncak tertinggi ilmu pengetahuan ialah pengakuan akan ketidaktahuan."
Sulit dan berat, ya. Ya tentu saja. Karenanya, lbh sering kusaksikan yg terjadi adalah negasi-menegasi atas nama ilmu sampai lupa pada hal² yg lebih esensial dr itu semua, yakni maslahat, rahmat, adab, cinta, hormat-menghormati, dst.
Moga kita diperjalankanNya semua. Amin.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Kata Nur dlm al-Qur'an selalu disebut dlm kata tunggal (bkn jamak), mengandung makna bahwa Cahaya selalu Tunggal, dari sisiNya, bersumber dariNya.
Mahasuci Allah Swt.
Kata dhulmun, gelap, dlm al-Qur'an banyak sekali disehut secara jamak (walau jg ada single, mufrad). Mengandung makna bhw kezaliman² amatlah luas dan bnyak jalan dan bentuknya, walau juga bs ditunggalkan dlm rupa kesyirikan, msl. Dan hanya Satu CahayaNya yg bs menerangi semuanya.
Frasa Nurun 'ala Nurin (Cahaya di atas Cahaya) mengandung makna bhw petunjuk, taufik, dan hidayah dr Allah Swt berlapis-lapis, tiada ujung dan hentinya dikaruniakan. Maka bs bertambah dalam, dalam, dan dalam iman di hati hingga makrifati sbg buah dr anugrah² Cahaya itu.
Disebutkan dlm al-Qur'an, "dan Aku tidak memberikan ilmu pada kalian kecuali sedikit."
Sedikit menurut Allah, tak ada satu pun dr kita yg tahu seberapa.
Tp cb renungkan: kita mencapai kemajuan peradaban begini berkat pesatnya pengetahuan, sains, teknologi, kan.
Dan, ini semua adalah sedikit "kata Allah" tadi.
Sayangnya, kita lbh sering alpa bhwa ini semua hanya sedikit. Sekali lagi sedikit. Kita cenderung mendaku diri luas betul ilmunya, dahsyat.
Pdhal, kata Allah ya sedikit.
Malaikat pernah "berpendapat" pada Allah saat diberitahu ihwal Dia akan menciptakan makhluk di bumi. Kata malaikat "apakah Engkau akan menciptakan makhluk yg gemar merusak dan menumpahkan darah".
Allah menjawab: Aku lebih tahu (berilmu) dibanding kalian.
1. Bagaikan laba-laba yg membangun rumahnya, padahal serapuh-rapuhnya rumah adalah rumah laba-laba
2. Bagaikan batu licin yg ada debu di atasnya, lalu turun hujan deras hingga lenyaplah sempurna debu itu.
3. Bagaikan kebun di atas dataran tinggi yg berlimpah panennya, bahkan jikapun hujan turun sedikit, telah cukuplah itu untuk menyuburkan tanaman-tenamannya.
Jasad harum Kanjeng Nabi Saw diturunkan ke liang lahat yg telah digali oleh Abu Thalhah Zaid bin Sahl. Yg menurunkan jasad agung trsbut adalah Sayyidina Ali bin Abi Thalib, Usamah bin Zaid, Al-Fadhl, dan Syarqan (budak yg tlh dimerdekakan beliu Saw).
Riwayat lain menyebutkan juga ada Qutsam, saudara Al-Fadhal.
Asa riwayat lagi yg menyebut jg ada Abdurrahman bin 'Auf.
Kpd perbedaan² minor sirah begini, jgnlah dipertentangkan, menyalahkan satu pd lainnya. Itu sikap tiada guna, tdk maslahat.
Yg lbh penting ialah inspirasinya
Setelah jasad beliau Saw ditutupi tanah, Sayyidah Fathimah berkata dgn berat nan serak, "Tega benar kalian menimbunkan tanah kepada Rasulullah Saw." Enam bulan kemudian putri kinasih ini menyusul beliau Saw.
Jika dicermati, dlm al-Qur'an amat banyak kelompok ayat yg di satu sisi menerangkan Hukum A (sebut begitu) sbg mainstream syariat buat kita, tetapi di sisi lain selalu tersedia pintu "pengecualian".
Pintu ini bagaikan "selebrasi" Kemahakuasaan Allah Swt di hadapan apa pun, trmasuk hukum² minstream itu.
Ia seyogianya berfaedah begini buat kita: 1. Allah lah Sang Maha Kuasa atas segalanya. 2. Sekokoh apa pun ilmu/pemahaman manusia adlah nisbi di hadapan KuasaNya.
3. Menjdi pintu husnuddan dan raja' kita kpd Allah Swt dan segala kejadian yg kita alami atau kita lihat pd orang² lain.