4. Selalu kerahkan seluruh sumber daya indra, pikiran, dan hati tatkala menyebutkan/mendengarkan nama/dawuh beliau Saw.
Jauhi segala kesan, perilaku, sikap nyepelein, ngecilin, beliau Saw. Dlm segala keadaan.
5. Jangan sebut dgn terang nama beliau Saw di tempat² yg kurang pantas. Msl, di toilet. Di situasi demikian, cukuplah dgn betikan hati.
Pun bahkan hindari baca² link/twet/nulis ttg beliau Saw di toilet.
Mari beri hormat terbaik sellu kepadanya Saw.
Perbanyaklah baca shalawat buat beliau Saw dan keluarganya dgn terus menambah khazanah hapalan shalawatan.
Mendendangkan shalawat² yg bs mengantar pd semangat dan sentuhan hati tentu bs jd bagian dr caranya.
6. Bergembiralah dan berbahagialah selalu tatkala membicarakan/menyebutkan beliau Saw. Aura rohani kegembiraan dan kebahagiaan terhadp beliau Saw bs menguar ke wajah, pikiran, dan hati kita.
7. Jangan lancang "meng-hanya-kan" segala sunnah beliau Saw, sesederhana apa pun itu, atau umpamapun terasa "tak cocok" atau tak bisa dipahami dgn jelas.
Jgn sekali² mengecilkan apa pun itu yg datang dr Kanjeng Nabi Saw.
Msl, Kanjeng Nabi Saw senang bersiwak. Jikapun kini kita tak bersiwak, janganlah sekali² menghanyakan dawuh trsebut. Itu yg ndawuh adalah Kanjeng Nabi Saw. Sekali lagi, Kanjeng Nabi Saw.
Msl, Kanjeng Nabi Saw gemar pakaian putih. Kendati kita tak mengenakan warna putih, janganlah sekali² meremehkan, menghina, ngenyek dawuh tersebut. Itu, ya, datang dr Kanjeng Nabi Saw.
Msl, Kanjeng Nabi Saw ndawuh ttg berkuda dan memanah. Walau kita tahu itu di dulu kala, janganlah lalu mengejek hal trsebut. Sebab itu datang dr Kanjeng Nabi Saw.
Meski kita tak melakukannya lagi kini.
Msl, nikah memang sunnah. Nikaj memang butuh persiapan matang dan rasional.
Itu yg ndawuh Kanjeng Nabi Saw, lho. Sekali lagi, Kanjeng Nabi Saw.
8. Jauhilah menulis/membahas/membicarakan segala hal terkait Kanjeng Nabi Saw dan keluarganya dlm nada² yg miring. Jikapun benar ada rujukan ilmunya, sudahlah, jangan ikut-ikutan. Lebih baik diam. Sebab itu terkait dgn Kanjeng Nabi Saw.
Msl, ttg paman kinasih Kanjeng Nabi Saw, yg melahirkan sahabat² terkemuka, seperti Sayyidina Ali, Sayyidina Ja'far, Sayyidina Aqil, yakni paman Abu Thalib.
Walau memang ada rujukan asbabun nuzul al-Qashash 56.
Sudahlah, hop aja. Itu terkait sosok yg amat dicintai beliau Saw.
Msl ttg sulbi Kanjeng Nabi Saw. Walau mmang ada kalangan yg menyebut begini begitu, sudahilah saja. Toh jg tersedia hadis dr Sayyidina Ali ttg keterjaminan sulbi beliau Saw suci dan bersih sampai ke nasab atas sana. Pilihlah yg sulbi suci saja.
Msl ttg orangtua Kanjeng Nabi Saw ada yg mengatakan begini begitu, sudahlah, tinggalkan saja. Pilih dan ikuti saja keterangan yg memuliakan beliau dan seluruh garis nasab sucinya.
Siapalah kita tega berkata miring gini gitu kpd beliau Saw dan nasabnya. Duh.
Ttkala Kanjeng Nabi Saw ndawuh "umpama Fathimah binti Muhammad mencuri, aku akan memotong tangannya", kita rasanya tak pantas sekali mengatakan sevulgar itu.
Jika yg ndawuh demikian Kanjeng Nabi Saw, masuk akallah. Tapi kita? Tak pantas rasanya melekatkan hal buruk demikian.
Apalagi ini kepada putri kinasih Kanjeng Nabi Saw.
Janganlah....
Sejumlah ulama, msl Syekh Rasyid Ridha dan Prof. Quraish Shihab demi ta'dhim memilih menyebut "fulan" jk menukil dawuh trsebut. Sekali lagi, saking besarnya ta'dhim mereka pada Kanjeng Nabi Saw.
9. Persembahkan selalu ta'dhim, tunduk, patuh, adab terhebat kita, baik di hati, pikiran, ilmu, hingga gesture kepada beliau Saw. Selalu, selalu. Bs dgn mendawamkan shalawatan, baca sirah, dll.
Pelan demi pelan, kau akan bagai senantiasa "ditemani" oleh beliau Saw. Senantiasa.😍
Bisa jadi, saat suasana batinmu sdh diperjalankan ke fase demikian, kau kadang akan mesem² sendiri ingat beliau, hati bungah, wajah ceria, dan dunia beserta sluruh makhluknya lalu terpandang menyenangkan dan menggembirakan. Kadang uar wangi atau saputan angin sejuk tiba² hadir.
Kiranya, impian terbesar setiap pecinta Kanjeng Nabi Saw di dunia ini adalah dirawuhi beliau di dalam mimpi. Takkan terlupakan, takkan terlupakan, dan takkan terlupakan
Semoga kita semua diperjalankanNya ke derajat demikian.
Amin ya rabbal 'alamin.
ShallaLlah 'alaih wa alihi.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Mulailah bersikap kritis ya pd unggahan² sosmed dlm bentuk apa pun yg bicara ttg Islam.
Kritislah pd kontennya. Jgn terpukau pd perawakan, kostum, bahkan kendati wasis dlm kutipan ayat² n hadis²nya.
Ya, kontennya. Ini sgt pokok dan besar pengaruhnya bagimu.
Dalil² adalah teks² suci dan sahih, tetapi ia bisa dibawa ke mana-mana sesuai karepe si pembicara. Karenanya, dlm khazanah keilmuan yg ilmiah dan bertanggung jawab, tak dibolehkan semua orang tnpa fondasi ilmu² yg pantas tuk menafsir n menerangkan dalil² krena rawan kepleset.
Al-Mu'minun 71 tlh mengingatkan: "Jika kebenaran tlh diseret hawa nafsu, maka akan rusaklah langit dan bumi beserta seluruh penghuninya."
Kebenaran (haq) dimaksud bs termasuk dalil². Yakni klau dalil² dibawakan oleh orang yg bkn ahli ilmu, apalagi plus hawa nafsu.
Dlm Balaghah, dikenal kaidah bhw penggunaan kata makrifat yg sama mengandung pengertian bhw kata kedua lebih besar/luas dibanding makna kata pertama.
Kata ihsan/kebaikan pertama (yg dilakukan fulan), tentu di dunia di saat hidup, msl sedekah, akan diganjar dgn lipat² kebaikan (lbh besar/luas/unlimited), ya di dunia dan akhirat.
Mari renungkan:
Karena demikian adanya, bukankah masuk akal sekali tuk disimpulkan bhw sejatinya segala amal kebaikan merupakan keniscayaan logis untuk kita lakukan krn manfaatnya benar² balik ke diri sendiri dgn lebih besar/luas?
Kata Nur dlm al-Qur'an selalu disebut dlm kata tunggal (bkn jamak), mengandung makna bahwa Cahaya selalu Tunggal, dari sisiNya, bersumber dariNya.
Mahasuci Allah Swt.
Kata dhulmun, gelap, dlm al-Qur'an banyak sekali disehut secara jamak (walau jg ada single, mufrad). Mengandung makna bhw kezaliman² amatlah luas dan bnyak jalan dan bentuknya, walau juga bs ditunggalkan dlm rupa kesyirikan, msl. Dan hanya Satu CahayaNya yg bs menerangi semuanya.
Frasa Nurun 'ala Nurin (Cahaya di atas Cahaya) mengandung makna bhw petunjuk, taufik, dan hidayah dr Allah Swt berlapis-lapis, tiada ujung dan hentinya dikaruniakan. Maka bs bertambah dalam, dalam, dan dalam iman di hati hingga makrifati sbg buah dr anugrah² Cahaya itu.
Disebutkan dlm al-Qur'an, "dan Aku tidak memberikan ilmu pada kalian kecuali sedikit."
Sedikit menurut Allah, tak ada satu pun dr kita yg tahu seberapa.
Tp cb renungkan: kita mencapai kemajuan peradaban begini berkat pesatnya pengetahuan, sains, teknologi, kan.
Dan, ini semua adalah sedikit "kata Allah" tadi.
Sayangnya, kita lbh sering alpa bhwa ini semua hanya sedikit. Sekali lagi sedikit. Kita cenderung mendaku diri luas betul ilmunya, dahsyat.
Pdhal, kata Allah ya sedikit.
Malaikat pernah "berpendapat" pada Allah saat diberitahu ihwal Dia akan menciptakan makhluk di bumi. Kata malaikat "apakah Engkau akan menciptakan makhluk yg gemar merusak dan menumpahkan darah".
Allah menjawab: Aku lebih tahu (berilmu) dibanding kalian.
Ihwal ilmu, betul ia disanjung luar biasa agung dlm berbagai ayat dan hadis. Bahkan disebut al-Qur'an bagai sejajar dgn pahala irang terjun perang dan syahid.
Ia disebut pula menaikkan derajat kita, ya hadapanNya, jga sesama.
Tetapi jgn lupa bhwa ilmu pun bisa menjungkalkan pada azab yg pedih. Bahkan disebut dlm hadis dlm istilah² yg mengerikan: dajjal ay ulama su' dan asyadda adaban (adab yg paling keras).
Ilmu boleh sujulang gunung, seluas laut; tetapi clue maslahat seyogianya selalu jadi tujuan terbesarnya, selaras pas dgn tujuan hakiki syariat: "dar-ul mafasid wa jalbul mashalih". Tdak ada yg lain.
Segala maslahat adalah ridhaNya, syariatNya. Dan tentu pula sebaliknya.
1. Bagaikan laba-laba yg membangun rumahnya, padahal serapuh-rapuhnya rumah adalah rumah laba-laba
2. Bagaikan batu licin yg ada debu di atasnya, lalu turun hujan deras hingga lenyaplah sempurna debu itu.
3. Bagaikan kebun di atas dataran tinggi yg berlimpah panennya, bahkan jikapun hujan turun sedikit, telah cukuplah itu untuk menyuburkan tanaman-tenamannya.