Demikian pun dalam dakwah. Munculnya penyimpangan karena tujuan yg bukan perbaikan diri dan perbaikan ummat.
Apalagi bila ia punya keinginan tersembunyi, yaitu cinta pujian dan takut ditinggalkan.
Memang benar. Asas da'wah adalah hikmah dan kelembutan. Nmn ketika hikmah dan kelembutan tak bermanfaat lagi, sementara penyimpangan serta kesalahan terus dilakukan tanpa adanya keinginan untuk berubah. Maka pada saat itulah di perlukan kata² yang keras serta tegas (Al-Jarh).
Bukan berarti menafikan adanya sifat mahabbah sesama muslim.
Di dalam kitab Riyadhus Sholihin, Imam An-Nawawi rohimahullah telah menyebutkan sebuah bab yg berjudul :
مايباح من الغيبة
(Bentuk ghibah yg diperbolehkan)
Celaan tidak tergolong ghibah dalam enam perkara.
متظلم ومعرف ومحذر
Seorang yang mengadu, atau memperkenalkan, dan memberi peringatan.
ومجاهر فسقا ومستفت
Atau seorang yg melakukan kefasikan secara terang-terangan Dan seorang yg meminta fatwa.
ومن طلب الإعانة في إزالة منكر
Serta orang yg meminta pertolongan dalam upaya menghilangkan kemungkaran.
Hal yg sama telah beliau sebutkan pula dalam Syarhu Shohihi Muslim, tepatnya pada kitab Al-Bir Wa Ash-Shilah Wa Al-Adab bab : Tahrim Al Ghibah, Hadits No 2589.
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata :
المؤمن للمؤمن كاليدين تغسل إحداهما الأ خرى، وقد لا ينقلع الو سخ إلا بنوع من الخشو نة، لكن ذلك يو جب من النظافة والنعومة ما نحمد معه ذلك التخشين.
Seorang mu'min terhadap mu'min yg lainnya bagaikan kedua tangan, salah satunya mencuci tangan yg lain, namun bisa saja kotoran yg melekat ditangan tidak bisa hilang kecuali dengan cara yang keras.
(Majma Al-Fatawa xxv111/53-54).
Membantah dan mengkritisi tokoh² yg menyimpang, yg pemahamannya telah jelas bertentangan dgn Al-Qur'an dan As-Sunnah serta ijama As-salaf Ash-sholeh. Dgn tujuan mengingatkan umat dari bahaya mrka, adalah bagian dari amar ma'ruf nahi munkar.
Sebagaimana yg telah dilakukan oleh As-salaf Ash-sholeh.
Imam Ahmad bin Hanbal rohimahullahu di dalam kitab Tarikh Baghdad karya Al Imam Khotib Al-Baghdadiy menulis ucapan keras beliau terhadap Husain Al-Karabasi dengan berkata ;
إياك إياك وهذا الكرابيسي، لا تكلمه و لا تكلم من يكلمه، أربع مرات أو خمس مرات.
''Waspadalah kamu terhadap Al-Karabasi ini, jangan kau ajak bicara dia, dan jangan pula kau ajak bicara siapapun yg berbicara dengannya. (Beliau ucapkan hal ini sebanyak empat atau lima kali). ''
Perhatikan, betapa kerasnya sikap Imam Ahmad terhadap Husain Al-Karabasi, dan betapa pedas kata² yg beliau gunakan.
Padahal Al-Karabasi adlh org yg faqih dan memiliki nilai² kebaikan. Bahkan dia memiliki karya tulis bgt byk dlm berbagai disiplin ilmu, baik bidang fiqh, ushul dan lainnya yg mnunjukan kedalaman ilmunya. Nmn krn dia mmiliki pemahaman yg sesat maka Imam Ahmad mmvonisnya mubtadi'
Apakah menurut anda Imam Ahmad termasuk orang yg tak berakhlaq dan tak beradab karena menggunakan kata² yg keras dalam da'wahnya?
Bgitupun perkataan keras Imam Syafi'i rohimahullah trhadap Ibrahim bin Isma'il bin 'Ulayyah yg ditulis oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar didalam kitab Lisan Al Mizan 1/34.
هو ضال جلس بباب السوال يضل الناس.
''Dia adalah orang yg sesat. Duduk di pintu As-Suwal utk menyesatkan manusia. ''
Apakah anda pun akan menganggap bahwa Imam Syafi'i sebagai orang yg tidak berakhlaq dan beradap dikarenakan menggunakan kata² yg keras dalam berda'wah?.
Begitupun sikap Imam Sufyan Ats-Tsauri terhadap Ar Rabi' bin Shubaih sewaktu beliau mengunjungi Bashrah dan memperhatikan kedudukan Ar Rabi' ditengah umat.
Imam Sufyan Ats Tsauri bertanya :
"Apa madzhabnya?".
Orang2 menjawab :
"Madzhabnya tidak lain adalah As-Sunnah".
Imam Ats Tsauri bertanya lagi :
"Siapa kawan2 dekatnya?".
Mereka menjawab :
"Ahlul Qadar (para pengingkaran taqdir). "
Maka Imam Ats Tsauri berkata :
" Kalau begitu dia seorang Qadari (Pengikut Qadariyyah). "
📚 Al Ibaanah karya Ibnu Baththoh jus II/453.
Apakah anda lebih paham dari mereka dalam masalah akhlak dan ilmu ?
Nasehat ane untuk anda akh. Semangatlah menuntut ilmu dihadapan asatidz (Talaqqi). Youtube dan link itu hanya sebagian kecil dari saranya, yg tentunya tak bisa menghancurkan syubhat di kepalamu.
Al Imam Al Barbahari berkata :
" Barangsiapa yg cenderung mendengar dengan telinganya kepada ahlul ahwa, berarti dia keluar dari jaminan Allah. Dan Allah serahkan ia kepada ahwa".
Ayat yg sering dijadikan dalil oleh takfiriyyun dalam mengkafirkan kaum muslimin, khususnya pemerintah adalah Firman Allah ﷻ :
"Barang siapa yang tidak berhukum berdasarkan apa yg Allah turunkan, maka mereka itu adalah orang-orang yg kafir".
📚 Q.S Al-Maidah : 44
Ayat inilah, dan juga ayat2 yg semakna dengannya, yg selalu didengung-dengungkan oleh para khariji sejak generasi awal hingga hari ini.
Al Jashshash berkata :
"Orang2 khawarij menafsiri ayat ini utk mengkafikan orang yg tdk berhukum dgn apa yg Allah ﷻ turunkan walaupun tdk mengingkarinya (yakni walaupun dalam hati orang itu masih meyakini akan kewajiban berhukum dgn hukum Allah ﷻ.)"
Untuk memahami perkara ini, kita harus memahami arti bid’ah secara benar.
Berikut ini definisi bid’ah menurut para Ulama. Definisi bid’ah yang dimaksud disini adalah arti bid’ah menurut istilahi syar'i, bukan arti bid’ah menurut lughowi.
Berikut ini penjelasan bid’ah
menurut para Ulama ;
Awalnya dia yg menuduh jika Raja Saudi dan Erdogan saudara kembar dalam kekafiran. Menuduh kami sebagai Mur'jiah, penyembah Fir'aun, keledai dungu dan laqob2 buruk lainnya hanya karena kami menyerukan unmat untuk tidak memberontak terhadap penguasa.
Menta'ati mereka dalam hal yg ma'ruf dan mengingkari mereka dalam perkara munkar. Menasehati mereka dgn hikmah, bersabar atas kezholiman dan istiqomah diatas Iman.
Giliran disentil dikit pemahaman khurujnya dia teriak, dan tidak terima sambil menantang mubahalah via medsos.
Silahkan kirim alamat anda. Kita tegakan hujjah pada perkara yg masing2 kita yakini kebenarannya sebagaimana Ibnu Abbas Rodhiallahu anhu mendatangi gembong kalian.
Jangan terkagum-kagum dgn ketabahan dan keteguhan para khariji. Kalau khariji jaman ini teriak doang cinta syahid tapi takut mati, maka khariji dulu saat di eksekusi para shohabat masih baca Qur'an dalam keadaan mengalir darah dari matanya.
Sebagaimana di ceritakan oleh Al Imam Ibnul Jauzi rahimahullah :
"Ketika khalifah Ali bin Abi Tholib telah wafat, maka diseretlah seorang khariji yg bertindak sebagai pelaku pembunuhan bernama Ibnu Muljim untuk di eksekusi.
-Maka Abdullah bin Ja'far memotong kedua tangannya dan kakinya, tapi dia tidak berteriak dan berbicara sedikitpun. Kemudian matanya dipaku dengan paku panas, dia juga tetap tidak berteriak, bahkan dia membaca surah Al 'Alaq sampai habis dalam keadaan mengalir darah dari matanya.
Karena para ma’mum tidak melihat orang lain yang lebih baik dan utama dari imam tadi mereka tidak mau diimami oleh orang lain. Setiba di Madinah mereka menemui Rasulullah ﷺ dan menceriterakan hal itu kepada beliau.
‘Hai, fulan, apa sesungguhnya yang membuatmu tidak mau menuruti permintaan teman-temanmu dan terus menerus
membaca surat Al-Ikhlas pada
setiap rakaat’ ?
Imam tersebut menjawab :
‘Ya Rasulullah, aku sangat mencintai Surah itu’.
Beliau ﷺ . berkata :
'Kecinta’anmu kepada Surah itu akan memasukkan dirimu ke dalam surga’ “..
* Rasulullah mengatakan Orang
yang jadi imam tersebut akan
dimasukkan ke Surga karena
perbuatannya itu.