A.I. Fermadi (Didit Galaraka) Profile picture
Nov 11, 2020 67 tweets 10 min read Read on X
-THREAD HOROR-

RUMAH DINAS: NGARAGA SUKMA II
“Jlebb!!”

Setelah beberapa lama menutup mata, Dodi tidak merasakan apa-apa. Sukmanya merasa aman-aman saja. Lalu Ia membuka lengan yang menutupi matanya itu dan mendapati sesuatu yang tidak pernah Ia bayangkan. Image
“Wusshh!!” Sekar menangkap kilatan cahaya berasal dari luar rumah. Berwarna oranye seperti api yang menjilat-jilat mangsanya. Spontan Ia lari menuju keluar, karena khawatir terjadi kebakaran. Tapi apa yang didapatkannya, adalah petaka yang baru.
Sebuah bola api melayang tepat di depan rumahnya. Pergerakannya beraturan, seakan bola api itu mempunyai kehendak sendiri, mondar mandir seperti mencari sesuatu untuk dimangsa.
“Astaga, Banaspati kiriman siapa itu?” Sekar bertanya-tanya dalam dirinya. Karena Ia yakin, Banaspati tidak akan datang kecuali jika ada yang mengirimnya. Segera pintu rumah itu Ia tutup kembali, sebelum Banaspati itu masuk ke dalam rumah.

***
Penjaga gerbang kedua telah dimusnahkan. Lagi-lagi oleh benda asing yang dikeluarkan Luthfi. Luthfi dan Dodi melanjutkan masuk ke gerbang terakhir. Gerbang yang ukurannya tak beda jauh dengan gerbang kedua hanya saja gerbang itu terbuat dari emas. Penjaganya pun semakin banyak.
Ada 8 penjaga yang berdiri tegap siap menghadang siapa saja yang berani masuk ke dalam kerajaan gaib itu.
“Aaaaarrgghh”

Luthfi mendengar teriakan perempuan dari arah belakang. Ia pun mendadak merasakan hawa panas yang luar biasa.
“Dod, Lu pegang pusaka ini. Kalo ada apa-apa Lu tinggal keluarin keris ini.”
“Gue mau bantu bini Lu dulu. Dia diserang Banaspati kiriman Kadi.” Lanjut Luthfi.
Sukmanya lalu berlari ke belakang dan Ia pun tersadar dari meditasinya. Ia bergegas untuk menghampiri asal teriakan Sekar itu. Benar saja, Luthfi sudah mendapati Sekar terpojok oleh sosok Banaspati itu. Sekar ketakutan.
Luthfi menunjuk Banaspati itu dan berkata, “Heh! Aing nu ku sia teang, lain manehna (Saya yang kamu cari, bukan dia)” Sosok Banaspati itu melirik ke arah Luthfi dan menghampirinya. Dengan satu tarikan nafas dan satu sentakan, seketika sosok itu tinggallah kepulan asap.
“Brakk!!” terdengar suara terjatuh dari arah area belakang rumah. Pikiran Luthfi menjadi semakin kacau, Ia khawatir terjadi apa-apa dengan Dodi di alam gaib.
Dengan terburu-buru, Luthfi memagari rumah Dodi dengan pagar gaib dan berpesan kepada Sekar agar mengunci pintu dan berjaga-jaga, dengan terus melantunkan doa-doa dan sholawat.
Luthfi bergegas menghampiri Dodi di tempat meditasi. Dan benar, Dodi sudah tergelatak lemas tak berdaya. Hidungnya sedikit mengeluarkan darah.
Melihat ada yang tidak beres, Luthfi langsung memasang posisi meditasi untuk melepaskan sukmanya lagi menyusul sukma Dodi yang mengalami kecelakaan.
***
Dodi sudah tergeletak lemas dengan berdiri tegap disampingnya salah satu penjaga dari gerbang terakhir itu. Keris pemberian Luthfi tidak bisa Ia manfaatkan. Keris pusaka milik Luthfi itu diambil oleh Si Penjaga. Ia merapatkan keris itu dengan palu gadanya.
“Keris Lu diambil Fi.” Ucap Dodi lirih kepada Luthfi yang baru saja datang.
“Bini Gue aman kan?”
“Tenang Dod, bini Lu aman.”
“Gue masih punya pusaka pamungkas, tenang aja.” Lanjut Luthfi meyakinkan Dodi dan menyemangatinya untuk segera bangkit, “Kita berjuang bersama, ambil Yudha dari Nyai Garwani.”
“Hah? Nyai Garwani? Bukannya Ki Badra yang ambil anak gue?” Dengan sedikit menahan sakit, Dodi bangkit.
“Bukan. Nyai Garwani yang ambil anak Lu, Dia ngerasa kalo Yudha itu anaknya.” Jawab Luthfi.
Tak lama, terdengar suara tangisan bayi dari dalam kerajaan. Dodi sadar betul itu adalah suara tangisan Yudha.
“Yudha, Fi. Itu suara Yudha.” Suara itu membangkitkan semangat bagi Dodi. Ia seperti mendapatkan angin kedua untuk melanjutkan perjuangannya mengambil kembali anaknya.
Luthfi menatap gerbang itu. Ia menarik sesuatu dari belakang punggungnya dengan ekspresi yang terlihat berat saat mengambilnya. Keningnya terlihat mengeluarkan keringat, genggamannya bergetar. Terlihat, Luthfi mengeluarkan benda yang lebih besar dibanding dengan keris itu.
Ia mengeluarkan sebuah Cemeti—cambuk—yang mengeluarkan jilatan-jilatan api yang menyambar. Belum juga Luthfi selesai mencabut semua cemeti itu, kedelapan penjaga yang berada di depan gerbang hangus terbakar.
Dodi hanya terperangah melihat kemampuan pusaka yang dikeluarkan oleh Luthfi.
Mereka berdua melanjutkan langkah menuju area utama kawasan kerajaan itu. Kemegahan dari kerajaan itu sangat menggoda mata. Semua terbuat dari emas. Bahkan, pulpen dan sehelai kertas yang Dodi lihat tengah dipakai oleh sesosok prajurit menulis pun terbuat dari emas.
Ia pun mencium wewangian menyeruak ke seluruh penjuru kerajaan. Wangi itu seperti wangi bunga melati. Dodi enggan terlena dengan fenomena itu karena Ia sadar itu hanyalah tipu daya para lelembut disana. Para lelembut berlalu lalang dengan beragam wujud.
Ada yang layaknya manusia biasa dan ada juga yang wujudnya setengah hewan setengah manusia. Para lelembut setengah manusia setengah hewan itu memiliki mahkota bermata batu jamrud. “Mereka itu pasti keturunan Ki Badra.” Gumam Dodi dalam benaknya.
“Makhluk setengah2 itu anak keturunan Ki Badra sama Nyai Garwani.” Terang Luthfi.
“Terus yang wujudnya manusia biasa itu dipungut dari Jin Qarinnya manusia.” Lanjutnya.
Mereka terus menelusuri kawasan utama itu. Dinaikinya tangga berlapis emas itu sebelum akhirnya terlihatlah Sosok cantik bermahkotakan emas sedang duduk melingkarkan ekornya di sebuah singgasana, itu adalah Nyai Garwani.
Dia terus berusaha menatap bayi yang berada dalam dekapannya. Sosok cantik itu terlihat gembira.
“Yudha!!” Dodi spontan berteriak dan hendak berlari menuju singgasana. Baru saja beberapa langkah yang ia buat, Dodi dihadang oleh sosok-sosok lain yang berada disana. Mereka berdua dikepung seperti akan dihakimi oleh para lelembut itu.
“Hey Garwani Tai, balikin anak Gue!!” Teriak Dodi yang berusaha membelah hadangan. Nyai Garwani tak bergeming. Ia tetap memomong Yudha.
“Heh Budeg, kalo Lu gak balikin anak Gue, Gue bakal ancurin kerajaan ini seancur-ancurnya. Katanya Lu Ratu jin, masa Budeg?” Teriak Dodi yang semakin kesal.
Nyai Garwani berhenti memomong Yudha. Ia meletakannya di atas sebuah dipan lalu melirik, menghampiri Dodi. “Srekk... srekkk” suara khas dari seekor ular yang sedang melata terdengar menggema.
Para lelembut yang mengepung Dodi dan Luthfi membuka jalan dalam keadaan tertunduk, pertanda sungkan kepada Nyai Garwani.
Dodi merasakan sesuatu yang luar biasa. Ia merasa energi yang kuat sedang menghampirinya, dan itu cukup untuk membuat mentalnya ciut. Ia ketakutan sambil berjalan mundur.
“Fi... Fi, keluarin cemeti Lu Fi!”

Raut wajah Nyai Garwani mendadak berubah menjadi penuh amarah. Ia mengalihkan tatapannya ke arah Luthfi dan mengibaskan ekornya itu kepada Luthfi.
Luthfi terhempas. Ia lantas menunjukkan kembali pusaka cemeti itu. Tanpa harus mencabutnya secara keseluruhan, Nyai Garwani terhempas jauh. Setiap kali Luthfi akan mencabut cemeti itu, Ia selalu terlihat keberatan. Keringat selalu mengucur dari dahinya.
Genggamannya pun selalu bergetar. Nafasnya selalu tidak teratur.
“Gue gak bisa banyak-banyak gunain pusaka ini, Dod. Masih berat buat Gue.”
Mendengar ucapan itu Dodi harus mengumpulkan strategi untuk segera mengambil Yudha sebelum energi Luthfi terkuras habis. Dalam keadaan yang genting itu, Dodi merasakan getaran yang luar biasa. Getaran energi itu lebih besar dibanding Nyai Garwani.
Ada yang tidak asing dengan getaran yang dirasakannya.
Dodi merasa getaran itu berasal dari suami Nyai Garwani, Ki Badra yang sedari tadi bersembunyi di tempat pertapaannya. Ia menyangka Ki Badra akan segera turun tangan membantu istrinya.
Suara geraman yang terdengar, segera membuat para lelembut yang berada di sekitar singgasana berhamburan kesana kemari seolah akan mendapat bahaya besar. Dodi merasa getaran itu lebih besar dibanding dengan getaran Ki Badra saat menambil sukma Dodi dahulu.
Keadaan semakin genting. Dodi yang hanya bermodalkan keberanian merasa kasihan kepada Luthfi yang terlihat kelelahan.
Menyusul suara geraman itu, munculah Sosok Ki Badra dari balik singgasana. Ekornya mengkilat berwarna hijau. Kuku-kuku kaki naganya sangat runcing. Rambutnya panjang dengan mahkota di atasnya. Ia terlihat marah karena mendengar sebuah keributan.
Ki Badra menatap ke arah Dodi. Ia sepertinya masih mengenali Dodi dengan baik. Ki Badra lantas menghampiri Dodi dengan cepat dan langsung mempersiapkan kuku-kuku naganya itu untuk menancapkannya tepat ke jantung Dodi.
Melihat Ki Badra yang marah besar dan menghampirinya, Dodi hanya bisa diam terpaku dalam keadaan pasrah jika kuku itu harus menancap di dadanya. Dodi menutup mata dengan melingkarkan lengannya. Ia berada dititik siap mati kala itu.
***
“Jlebb!!”
Setelah beberapa lama menutup mata, Dodi tidak merasakan apa-apa. Sukmanya merasa aman-aman saja. Lalu Ia membuka lengan yang menutupi matanya itu dan mendapati Luthfi tengah berada di depannya, dengan kuku naga Ki Badra yang menancap tepat di jantungnya.
Genggaman Luthfi masih menggenggam gagang cemeti di belakang punggungnya. Luthfi mengorbankan sukmanya untuk dieksekusi oleh Ki Badra. Luthfi tersedak. Darah keluar banyak dari mulutnya.
Melihat kenyataan itu, perasaan antara sedih, takut, dan marah bercampur menjadi satu. Dodi merasa bersalah karena Ia hanya bermodalkan keberanian dalam misi itu, dan itu berarti dialah yang sudah menumbalkan sukma Luthfi.
Dodi terus melihat ke arah cemeti itu. Entah angin dari mana. tiba-tiba tangannya seperti ada yang menuntun untuk mencabut cemeti itu dari punggung Luthfi. Dodi tak bisa menahan dorongan itu dan akhirnya gagang cemeti itu Ia pegang.
Aneh ...
ketika mencabut cemeti itu, Dodi tidak merasa berat sama sekali. Ia tak perlu bersusah payah untuk mencabutnya. Dodi cabut cemeti itu dengan cepat dan alangkah kagetnya ketika semua bagian cemeti itu tercabut,
Dodi melihat ukurannya menjadi sebesar dan sepanjang tubuh Ki Badra dengan lidah api yang menjilat-jilat. Sementara sukma Luthfi sudah menggelepar tak berdaya.
Ki Badra mundur ketika melihat cemeti itu. “Cemeti Segoro Geni” Ucap Ki Badra yang terlihat seperti ketakutan. Karena ingin segera membawa Yudha pulang, Dodi lantas memecutkan cemeti itu ke arah Ki Badra. Seketika itu tubuh Ki Badra dan Nyai Garwani hangus terbakar.
Bukan hanya itu, kerajaan itupun bergetar dan meluluh lantakkan setiap bangunan yang ada. Di saat bergetarnya seluruh kerajaan, Dodi melihat sebuah benda kecil terbang ke arahnya.
Tangan kirinya menangkap benda itu dan dilihatnya sebuah kuku Pancanaka yang mengingatkannya kepada cerita Ki Panca Agung yang menyegel gerbang gaib kerajaan tersebut. Tangan Dodi kembali menuntun untuk menyimpan cemeti dan kuku Pancanaka itu di punggungnya secara bersamaan.
Ia harus segera mengambil Yudha dari dipan. Ia berlari bergegas mengambil Yudha dan kembali menghampiri Luthfi yang tengah terkapar. “Selametin anak Lu, biarin Gue disini.”
“Cemeti itu udah milik Lu, Dod.” Lanjut Luthfi dengan suaranya yang terbata-bata. Sebenarnya Dodi tidak ingin meninggalkan Luthfi akan tetapi, dia pun ingin memenuhi permintaan Luthfi, Tekadnya, dan Sekar untuk menyelamatkan Yudha sebelum kerajaan gaib itu hancur lebur.
Sambil menahan tangis karena harus meninggalkan temannya, Dodi menatap satu titik terang yang jauh berada di hadapannya. Dodi berlari sambil membawa Yudha untuk melewati titik terang itu yang semakin Ia hampiri, semakin terang. Itu adalah jalan keluar.

***
Dodi membuka mata. Ia sudah mendapati tubuhnya sudah dibanjiri oleh keringat, nafasnya pun masih terasa tak beraturan, dan sudah mendapati Yudha berada di pangkuannya.
Dodi pun melihat ke arah Luthfi, Ia melihat Luthfi sudah terhempas jauh dengan darah yang mengucur dari mulut dan hidungnya. Masih ada tanda-tanda kehidupan dari Luthfi, perutnya masih kembang kempis menandakan masih ada nafas yang tersisa.
Dodi lantas berlari ke kamar dan bergegas menyimpan Yudha ke pangkuan Sekar. Melihat anaknya kembali, Sekar terlihat sangat bahagia. Tapi tidak dengan Dodi, Ia terlihat sangat buru-buru.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with A.I. Fermadi (Didit Galaraka)

A.I. Fermadi (Didit Galaraka) Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @diditgalaraka

Aug 19, 2021
-THREAD HOROR-

SELENDANG PUTIH

@bagihoror
@bacahoror
@IDN_Horor
@HorrorBaca
@horrornesia
@HorrorTweetID Image
Malem jumat nih, guys. Kali ini gw bakal post cerita pendek. Yang ringan-ringan aja, tapi semoga tetep menghibur.
Judulnya "Selendang Putih"
Read 75 tweets
Feb 19, 2021
-THREAD HOROR-

LELEMBUT GUNUNG CIKURAY [BERTEMU ARWAH PENDAKI]

PART 2 [END]
[BASED ON TRUE STORY]
@Bagihoror
@bacahoror
@IDN_Horor
@HorrorBaca
@horrornesia
@HorrorTweetID
#lelembutgunungcikuray Image
Kuputuskan melanjutkan perjalanan menuju Pos 4. Di tengah-tengah perjalanan, suasana kembali tidak beres. Aku merasa diikuti oleh seseorang dari belakang.
Read 94 tweets
Feb 16, 2021
-THREAD HOROR-

LELEMBUT GUNUNG CIKURAY [BERTEMU ARWAH PENDAKI]

[BASED ON TRUE STORY]
@Bagihoror
@bacahoror
@IDN_Horor
@HorrorBaca
@horrornesia
@HorrorTweetID Image
Oke, sambil nunggu kekosongan gue diskusi sama narasumber di cerita pendakian yang gue maksud sebelumnya, gue post dulu cerita pendakian yang lain. semoga asupan horor kalian terpenuhi
Gue disclaimer dulu.
Cerita ini adalah pure cerita yang gue tulis dan gue kembangin, yang gue dapet dari salah seorang narasumber di facebook beberapa bulan lalu.
Read 57 tweets
Feb 4, 2021
-THREAD HOROR-

KUALAT GUNUNG MERAPI BAB 10

TAMAT ....

[BASED ON TRUE STORY]
@bagihoror
@bacahoror
@IDN_Horor
@HorrorBaca
@horrornesia
@HorrorTweetID
“Maksud, Mbok?” aku mengerutkan dahi. Pelukanku kulepas.

“Yoyo yang menyelamatkan kamu dan yang lainnya.” tuturnya begitu lembut.

“Yoyo juga sudah berusaha menyelamatkan dua orang kekasih itu. tapi kesalahan mereka terlalu berat.” Lanjutnya.
Jujur, misteri di dalam kepalaku bertambah. Belum sempat kupecahkan misteri yang diutarakan Mbah Wongso, aku sudah diberi isyarat lain oleh Mbok Irah malam itu.
Read 91 tweets
Feb 4, 2021
-THREAD HOROR-

KUALAT GUNUNG MERAPI BAB 9

[BASED ON TRUE STORY]
@bagihoror
@bacahoror
@IDN_Horor
@HorrorBaca
@horrornesia
@HorrorTweetID
Begitu melihat mobil Mas Irwan memasuki kawasan basecamp, Gundil bergegas berlari menghampiri mobil. Tanpa parkir, Gundil memberi isyarat dari jauh untuk segera masuk ke dalam mobil.
Tanpa pikir panjang, aku mengangkat tubuh Yoyo untuk dapat segera didudukkan di dalam mobil. Begitupun dengan Ibang dan Kucay. Mereka mengangkat tubuh Mulki dan Desti, lalu mendudukkannya secara bersilangan di dalam mobil.
Read 96 tweets
Feb 4, 2021
-THREAD HOROR-

KUALAT GUNUNG MERAPI BAB 8

[BASED ON TRUE STORY]
@bagihoror
@bacahoror
@IDN_Horor
@HorrorBaca
@horrornesia
@HorrorTweetID
Cerita ini bakal gue lanjut. Semoga saja bisa dipost sampe tamat hari ini.
Retweet dulu guys.
Suara ayam berkokok membangunkan tidur lelapku.

........

Ah, suara alarm HP-ku ternyata. Aku kira, seekor ayam bisa mendaki begitu jauhnya hingga mencapai Pasar Bubrah. Memang sengaja aku pasang nada kokok ayam supaya terdengar klasik.
Read 110 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(