A.I. Fermadi (Didit Galaraka) Profile picture
Nov 11, 2020 62 tweets 9 min read Read on X
-THREAD HOROR-

RUMAH DINAS: NGARAGA SUKMA III

“Jadi Cemeti Segoro Geni itu?” Dodi menoleh kepada Luthfi. Image
“Aku harus bawa Luthfi ke RS dulu, kamu disini aja. Percaya sama Aku, gak akan ada lagi yang berani ganggu kita.” Ucap Dodi yang terburu-buru dan berharap semoga sahabatnya itu masih bisa diselamatkan.

**
Mobil Dodi melaju cepat membelah gelapnya malam dan kabut dini hari. Ia harus cepat berada di Rumah Sakit. Dodi harus berlomba dengan waktu supaya Luthfi dapat terselamatkan. Sesampainya di RS, Dodi cepat-cepat membawa tubuh Luthfi menuju IGD (red: Instalasi Gawat Darurat).
Luthfi bergegas dibawa oleh para perawat menuju ruangan ICU untuk ditindak lanjuti. Dodi mengurus administrasi. Ia merasa mempunyai tanggung jawab besar dalam insiden ini.
“Kenging ku Bapa dibantosan, Jang? (Boleh Bapak bantu, nak?)” suara itu memecah konsentrasi Dodi. Seorang kakek berambut gondrong, berkumis tebal, dan berjanggut panjang dengan jaket kulit dan celana pangsinya menepuk bahu Dodi menawarkan bantuan.
Wajah kakek itu tak asing bagi Dodi. Itu adalah sesepuh yang menceritakan sejarah rumahnya.

“Bapa, naha aya didieu? (Bapak, kenapa ada disini?)”
“Bapa mah geus apal murid Bapa cilaka, numatak kadieu tipayun. Saleresna tiasa wae ku Bapa dibantosan ti bumi, tapi pangna kadieu teh margi aya nu hoyong ku Bapa dugikeun ka hidep, Jang.
(Saya sudah tau murid saya celaka. Makanya saya kesini duluan. Sebenernya saya bisa bantu dari rumah, tapi Saya kesini ada hal yang mau Saya sampaikan sama kamu, Nak)”
“Murid? Maksud Bapak, Luthfi murid Bapak?” Tanya Dodi keheranan.
“Sumuhun, Jang (Iya, Nak)” jawab kakek itu singkat sembari mengepulkan asap rokok yang Ia hisap.
“Kin nyarioskeun perkara pentingna, ayeuna mah Bapa bade nyandak heula sukmana Luthfi ti alam gaib we nya. (Nanti aja cerita perkara pentingnya, sekarang Saya mau ambil dulu sukmanya Luthfi dari alam gaib)” Lanjut Kakek itu.
Dodi masih kebingungan. Ternyata sesepuh itu adalah guru dari Luthfi. “Tapi kenapa Bapak itu gak ngebantu kita dari awal sih?” Benak Dodi berkecamuk. Setelah administrasi selesai, Dodi bergegas menuju ruang ICU untuk melihat kondisi Luthfi.
“Teman Anda Koma, Pak. Sedang kamu usahakan yang terbaik untuk membantunya.” Terang perawat yang baru saja keluar dari ruangan tempat Luthfi berbaring. Dodi hanya bisa melihat Luthfi dari kaca yang ada di pintu ruangan.
Aroma khas rumah sakit menambah kesan sedih bagi Dodi ketika melihat temannya itu sudah dipasangi kabel di sekujur tubuhnya. Dodi mundur perlahan dan duduk di atas kursi yang disediakan. Ia tertunduk, tak kuasa menahan tangisnya.
“Goblok banget Gue jadi orang, temen sendiri jadi korban keegoisan Gue.” begitu kira-kira yang ada dalam pikirannya.
“Kang Dodi...” Dodi mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah suara yang memanggilnya. Sudah terduduk seorang wanita dengan raut wajah yang sedih dan perut yang sudah membesar. Itu adalah Novi, Istri dari Luthfi.
“Kok Teteh bisa kesini?”
“Aku ditelfon Abah Adiguna, Kang.” Abah Adiguna adalah sesepuh yang mengobrol dengan Dodi tadi.
“Gimana suami saya, Kang?” Tanya Novi sambil menahan tangis dan mengelus perutnya yang berisikan buah hatinya dengan Luthfi.
“Luthfi.... Koma, Teh.” Singkat Dodi.
Mendengar suaminya dalam keadaan koma, Novi terkejut. Ia pun tak kuasa menahan tangisnya.
Dodi mencoba menenangkan Novi dengan berkata, “Tapi tenang teh, Insyaa Allah Luthfi sembuh, Abah Adi juga lagi bantu kita.” Dodi tak mau Novi menjadi stress yang akan berakibat fatal kepada jabang bayinya.
Novi hanya bisa terus berdoa sambil mengelus-ngelus perutnya yang membesar itu.

“Doain ayah kamu sembuh ya, Nak.” Ucap lirih Novi berbicara dengan perutnya sendiri.
Waktu terus berjalan. Hampir pagi, Abah Adi belum juga menunjukkan batang hidungnya untuk mengabarkan apa yang Ia janjikan.

Adzan subuh sudah berkumandang. “Saya ke mushola dulu ya, Teh?” Dodi meminta izin kepada Novi.
Ia melangkahkan kakinya menuju mushola rumah sakit, dan Ia merasa senang ketika melihat Abah Adi duduk di sebuah koridor sedang melinting pangsinya dan hendak mengambil wudhu.
“Pa, kumaha Luthfi Pa? (Pak, gimana Luthfi Pak?)”
“Kin tos sholat shubuh Luthfi pasti sadar. Punten Jang rada lami, Tadi teh aya anu ngahalangan (Nanti setelah shalat subuh Luthfi pasti sadar. Maaf Nak agak lama, soalnya tadi ada yang menghalangi)”
“Nu ngahalangan? Sanesna tos ancur eta karajaan teh Pa? (Yang menghalangi? Bukannya kerajaan itu sudah hancur Pak?)”
“Aya orang lembur ti Kidul. Kadi namina. Sukmana panasaran hoyong nyilakakeun sukma murid Bapa, Janten tadi teh diperangan heula. (Ada orang kampung dari selatan, Kadi namanya. Sukmanya penasaran ingin mencelakakan sukma murid saya, Luthfi. Jadi, tadi Saya perangi dulu dia)”
“Kadi? Apa dia pemuda yang dulu membuka segel gerbang gaib itu?” Gumam Dodi.
Mereka lanjut melaksanakan sholat subuh. Dodi kurang khusyu dalam sholatnya. Kepalanya masih ditumbuhi beribu-ribu pertanyaan. Masih banyak misteri yang belum Dodi tahu.
Setelah wirid dan doa selesai, Dodi dan Abah Adi menuju ruangan ICU tempat dimana Luthfi terbaring. Langkah demi langkah Dodi percepat. Ia pun ingin memastikan perkataan Abah Adi. Sesampainya di depan ruangan ICU, Dodi tidak melihat keberadaan Novi di kursi yang semula Ia duduk.
Dodi melihat pintu ruangan ICU terbuka sedikit.
“Apa mungkin Luthfi benar-benar sadar?” Dodi lantas berlari kecil menuju ruangan itu dan benar saja, Luthfi sudah tersadar dari komanya dengan Novi ada di sampingnya dengan ditemani oleh dokter yang menangani.
Dodi terperangah melihat Luthfi tersadar. Ia benar-benar dibuat takjub dengan apa yang dilakukan Abah Adi. Ia pun menoleh kepada Abah Adi di sampingnya, dan Abah Adi pun membalasnya dengan senyuman pertanda semuanya baik-baik saja.
“Siapa sebenarnya Abah Adi itu?” Kepalanya tak henti dijejali misteri.
“Nuhun pisan, Bah. (Terimakasih banyak, Bah)” Luthfi mengucapkan terimakasih dengan lirih. Semuanya berakhir bahagia. Akhirnya Luthfi diperbolehkan pulang meskipun masih belum bisa berjalan sendiri. Ia harus duduk di kursi roda untuk sementara waktu.
Dodi pun seakan terlupa dengan janji Abah Adi menyampaikan sesuatu yang penting kepadanya. Begitupun dengan Abah Adi, Ia terlihat cuek dengan janjinya.

***
[Di suatu pagi]
“Dod, ke rumah Gue, disini ada Abah Adi, beliau mau nyeritain semuanya sama Lu.” Ucap Luthfi dalam telfon.
Dodi menoleh kepada Sekar dan meminta izin kepadanya untuk memenuhi undangan Luthfi. Kali ini Ia tak akan pernah khawatir, karena kerajaan itu sudah hancur sehingga tidak ada lagi yang namanya Ki Badra dan Nyai Garwani.
Di sisi lain, hikmah dari semua kejadian itu membuatnya ingin terus mendekat pada yang Maha Kuasa.
Dikecupnya kening Sekar dan Yudha kecil kemudian Ia pamit untuk sementara waktu.
“Hati-hati, Sayang.” Ucap Sekar dengan senyuman manisnya.

Dodi mempersiapkan motornya kemudian tancap gas menuju rumah Luthfi.

**
Dari kursi rodanya, Luthfi memberikan segelas kopi hitam kepada Dodi. Ada Abah Adi duduk disampingnya. Mereka duduk di sebuah kursi di halaman rumah.
Abah Adi menepuk bahu Dodi, “Silaing beruntung, Jang (Kamu ini beruntung, Nak)”
Abah Adi lanjut menjelaskan sebuah hal yang tak pernah terpikir sama sekali oleh Dodi. Ada beberapa hal yang dijelaskan oleh Abah Adi. Dan itu semua cukup untuk mengobati rasa penasarannya.
Hal pertama yang diungkap oleh Abah Adi adalah tentang Kadi. Ia menjelaskan, bahwa Kadi adalah pemuda yang Ia maksud dari ceritanya ketika itu. Kadi lah dalang semua ini.
Dia telah mencabut kuku Pancanaka yang telah Ki Panca Agung tancapkan dengan ajian khusus yang Ia dapat dari gurunya, Mbah Rompang.
Abah Adi juga menuturkan, Dodi tak perlu khawatir dengan Kadi sekarang, jika sewaktu-waktu Ia bertemu dengannya. Karena, setelah perang sengit yang dilakukan Abah Adi dalam misinya menyelamatkan sukma Luthfi,
Bukan hanya memukul mundur sukma Kadi yang jahat, Ia pun sengaja menghilangkan kemampuan ilmu hitam yang Kadi miliki.
“Teu kudu hariwang ku Si Eta Jang ayeuna mah. (Sekarang, Kamu gak usah khawatir sama dia)” Ucap Abah Adi menenangkan Dodi.
Selanjutnya adalah tentang keberuntungan yang Dodi dapat ketika harus mencabut Cemeti Segoro Geni dengan ringannya dari punggung Luthfi yang tengah sekarat di alam gaib.
“Yeuh Jang, sabenerna ilaing teh duduluran keneh jeung Kami, Ujang teh sipat incu Kami, kedahna mah ilaing teh nyebat Kami teh ‘Abah’. (Nih! Kamu itu sebenernya masih punya kekerabatan sama saya. Bisa dibilang kamu itu cucu saya, harusnya kamu itu manggil saya ‘Kakek’)”
Pernyataan itu membuat Dodi berpikir, “Apa Gue punya keturunan dari orang-orang sakti?”

“Punten bah, duduluran timana nya? (Maaf Bah, ada tali kekerabatan darimana ya?)” Rasa ingin tahu Dodi memuncak.
Abah Adi lanjut menjelaskan, bahwa Dodi masih keturunan Ki Panca Agung dari istri ke-4. Dodi adalah keturunan ke-5, sedangkan Abah Adiguna adalah cucu langsung dari Ki Panca Agung dari istrinya yang pertama.
Istri ke-4 Ki Panca Agung memang memilih untuk tinggal di bagian selatan jawa barat sepeninggal suaminya itu. Beliau mengurus anak-anaknya seorang diri. Beliau adalah seorang ibu yang kuat.
Dodi teringat dengan sesuatu yang pernah diucapkan neneknya dulu ketika Ia masih kecil. “Yeuh Jang, Bao Anjeun mah kungsi ngureb karajaan. (Nak, Buyut Kamu itu pernah ngubur sebuah kerajaan)”
mungkin yang disebut “ngubur” disana adalah menyegel kerajaan Ki Badra sesuai apa yang dilakukan oleh Ki Panca Agung. Satu per satu misteri pun terpecahkan. Dodi pun akhirnya menatap sungkan kepada Abah Adi, Ia lantas menciumi tangan Kakeknya itu.
“Pami Abah uninga timana Abdi katurunan Abah Panca? (Lantas, Kakek tau darimana saya keturunan Ki Panca Agung?)”
“Tina sarangka pecut nu aya dina punuk ilaing Jang. (Dari ‘tanda’ sarung cemeti yang ada di tengkukmu, Nak)”
Dodi baru tersadar sesuatu. Ternyata tanda itu menyumpal makna. Tanda yang menjadi bahan ejekan teman-temannya semasa kecil. Tanda itu seperti goresan berbentuk pecut sehingga membuat kulit yang ada di tanda itu menjadi kasar.
Tanda itu memang berukuran agak besar sehingga membuat masa kecilnya dihinggapi rasa malu. Orang tuanya hanya bilang bahwa itu tanda lahir. Bukan... bukan hanya tanda lahir akan tetapi, lebih tepatnya tanda bersarangnya Cemeti Segoro Geni, warisan dari Ki Panca Agung.
“Jadi Cemeti Segoro Geni itu?” Dodi menoleh kepada Luthfi.
“Iya, itu sebenernya punya Lu, Dod, waktu kita bertarung di kerajaan Ki Badra itu, Gue takut Lu belum siap nerimanya, makanya Gue ga ngasih ke Lu. Hasilnya, Gue sendiri yang kena imbasnya.
Maaf, selama ini Gue gak pernah cerita, soalnya Gue mau Lu tau dengan sendirinya” Terang Luthfi kepada Dodi.
Abah Adi lanjut mengingatkan Dodi agar dia tak langsung berbangga diri.
“Aya syarat nu kudu cumpon jeung moal leupas tina ujian, Jang (Ada syarat yang harus terpenuhi dan kamu tidak akan lepas dari ujian, Nak)”

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with A.I. Fermadi (Didit Galaraka)

A.I. Fermadi (Didit Galaraka) Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @diditgalaraka

Aug 19, 2021
-THREAD HOROR-

SELENDANG PUTIH

@bagihoror
@bacahoror
@IDN_Horor
@HorrorBaca
@horrornesia
@HorrorTweetID Image
Malem jumat nih, guys. Kali ini gw bakal post cerita pendek. Yang ringan-ringan aja, tapi semoga tetep menghibur.
Judulnya "Selendang Putih"
Read 75 tweets
Feb 19, 2021
-THREAD HOROR-

LELEMBUT GUNUNG CIKURAY [BERTEMU ARWAH PENDAKI]

PART 2 [END]
[BASED ON TRUE STORY]
@Bagihoror
@bacahoror
@IDN_Horor
@HorrorBaca
@horrornesia
@HorrorTweetID
#lelembutgunungcikuray Image
Kuputuskan melanjutkan perjalanan menuju Pos 4. Di tengah-tengah perjalanan, suasana kembali tidak beres. Aku merasa diikuti oleh seseorang dari belakang.
Read 94 tweets
Feb 16, 2021
-THREAD HOROR-

LELEMBUT GUNUNG CIKURAY [BERTEMU ARWAH PENDAKI]

[BASED ON TRUE STORY]
@Bagihoror
@bacahoror
@IDN_Horor
@HorrorBaca
@horrornesia
@HorrorTweetID Image
Oke, sambil nunggu kekosongan gue diskusi sama narasumber di cerita pendakian yang gue maksud sebelumnya, gue post dulu cerita pendakian yang lain. semoga asupan horor kalian terpenuhi
Gue disclaimer dulu.
Cerita ini adalah pure cerita yang gue tulis dan gue kembangin, yang gue dapet dari salah seorang narasumber di facebook beberapa bulan lalu.
Read 57 tweets
Feb 4, 2021
-THREAD HOROR-

KUALAT GUNUNG MERAPI BAB 10

TAMAT ....

[BASED ON TRUE STORY]
@bagihoror
@bacahoror
@IDN_Horor
@HorrorBaca
@horrornesia
@HorrorTweetID
“Maksud, Mbok?” aku mengerutkan dahi. Pelukanku kulepas.

“Yoyo yang menyelamatkan kamu dan yang lainnya.” tuturnya begitu lembut.

“Yoyo juga sudah berusaha menyelamatkan dua orang kekasih itu. tapi kesalahan mereka terlalu berat.” Lanjutnya.
Jujur, misteri di dalam kepalaku bertambah. Belum sempat kupecahkan misteri yang diutarakan Mbah Wongso, aku sudah diberi isyarat lain oleh Mbok Irah malam itu.
Read 91 tweets
Feb 4, 2021
-THREAD HOROR-

KUALAT GUNUNG MERAPI BAB 9

[BASED ON TRUE STORY]
@bagihoror
@bacahoror
@IDN_Horor
@HorrorBaca
@horrornesia
@HorrorTweetID
Begitu melihat mobil Mas Irwan memasuki kawasan basecamp, Gundil bergegas berlari menghampiri mobil. Tanpa parkir, Gundil memberi isyarat dari jauh untuk segera masuk ke dalam mobil.
Tanpa pikir panjang, aku mengangkat tubuh Yoyo untuk dapat segera didudukkan di dalam mobil. Begitupun dengan Ibang dan Kucay. Mereka mengangkat tubuh Mulki dan Desti, lalu mendudukkannya secara bersilangan di dalam mobil.
Read 96 tweets
Feb 4, 2021
-THREAD HOROR-

KUALAT GUNUNG MERAPI BAB 8

[BASED ON TRUE STORY]
@bagihoror
@bacahoror
@IDN_Horor
@HorrorBaca
@horrornesia
@HorrorTweetID
Cerita ini bakal gue lanjut. Semoga saja bisa dipost sampe tamat hari ini.
Retweet dulu guys.
Suara ayam berkokok membangunkan tidur lelapku.

........

Ah, suara alarm HP-ku ternyata. Aku kira, seekor ayam bisa mendaki begitu jauhnya hingga mencapai Pasar Bubrah. Memang sengaja aku pasang nada kokok ayam supaya terdengar klasik.
Read 110 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(