Penceramah dan ulama itu dua hal yang berbeda. Seorang ulama bisa saja turut berceramah dalam berdakwah. Namun seorang penceramah belum tentu seorang ulama yang isinya dakwah. Kok bisa?
Ya bisa dong karena penceramah banyak dijadikan PROFESI!
A thread.
Ulama' berasal dari bahasa Arab. Jamak dari kata 'alim yang artinya orang berilmu. Jadi, orang yang berilmu bisa disebut sebagai seorang 'alim. Apa saja kategori orang berilmu?
Ada yang bilang seorang 'alim harus menulis buku atau kitab.
Ada yang bilang harus menguasai bidang tertentu seperti ilmu fikih, tafsir, kalam, sains, kedokteran, filsafat, navigasi, astronomi dll.
Sek, sek. Sains? Kedokteran? Filsafat? Navigasi? Bukannya ilmu2 itu tidak ditanya malaikat? Tidak dibawa ke alam barzakh?
Inilah yang banyak orang sering salah paham. Padahal jika ditanya siapa satu ulama' yang paling dikagumi biasanya muncul nama-nama seperti Ibnu Sina (kedokteran), Ibnu Rusyd (filsafat), Alkhawarizmi (matematika), Ibnu Batuta (navigator, pelaut).
FYI, zaman kemajuan Islam ditandai salah satunya dengan jayanya keilmuan sains. Kerajaan2 Islam waktu itu membuka lebar2 gerbang keilmuan yang membuatnya menjadi mercusuar bagi peradaban dunia. Berbagai dinasti berlomba-lomba memajukan ilmu pengetahuan.
Di bidang agama, para peneliti muslim pun melakukan berbagai kajian-kajian mendalam. Memaknai ulang teks-teks keagamaan. Membentuk mazhab-mazhab. Menggali bagaimana menyelesaikan polemik masyarakat dengan perspektif Qur'ani. Bagaimana agama hadir untuk kelompok rentan.
Ulama' berdakwah melalui gagasannya yang ditulis dalam buku atau kitab. Banyak yang kemudian mengajar di masjid atau kampus. Beberapa menerima murid yang live in.
Murid-murid mereka menyebar ke seluruh dunia. Mengajarkan Islam yang rahmatan lil'alamin.
Di Indonesia, para ulama yang menyebar ajaran Islam di era awal disebut Walisongo. Ulama ini pun beragam keahliannya. Ada yang ahli fikih, sufisme, seni & budaya, ekonomi, pertanian, dll. Makanya dakwah di masa itu menggunakan wayang, seni pertunjukan rakyat dsb.
Nah, saat ini ada banyak sekali penceramah yang berbicara soal agama. Apakah bisa dikategorikan sebagai ulama? Cara deteksinya cukup sederhana. Beberapa pertanyaan bisa membantu kita menganalisis.
1. Apakah menulis buku dan ahli di satu bidang? 2. Apakah punya sanad keilmuan?
3. Adakah guru-gurunya merupakan pakar di keilmuan tsb? 4. Bagaimana akhlaknya? Gaya bicaranya? Apakah mengajarkan untuk berkata santun dan menunjukkan akhlak islami? 5. Apakah mengajarkan untuk menghormati yang berbeda? Melindungi yang lemah (mustad'afin)?J
Jika jawabannya "Ya", maka kita bisa melihat secara zahir bahwa sosok tersebut adalah ulama. Tapi jika sebaliknya, mau ceramah berkali-kali pun, cuma bisa disebut sebagai PENCERAMAH, bukan ulama. Menasehati para penceramah yang keliru menampilkan wajah agama merupakan dakwah.
Semoga kita selalu didekatkan dengan para 'alim ulama yang mewarisi ajaran Nabi, yang menampilkan wajah Islam sebagai rahmat bagi semesta. Amin...
Selamat berakhir pekan...
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Dunia tengah mengalami wabah Covid-19 yang belum terkendali. Belum ditemukannya vaksin membuat setiap negara perlu memperketat protokol kesehatan demi menekan jumlah warga yang terinfeksi. Di Indonesia, situasi wabah masih menunjukkan angka yang sangat tinggi.
DPR berdalih bahwa Pilkada 2020 bisa dilangsungkan karena akan disertai peraturan dan sanksi hukum apabila melanggar protokol kesehatan.
Hari ini kita memperingati #HariPerdamaianInternasional. Gus Dur pernah mengatakan bahwa perdamaian tanpa keadilan adalah ilusi. Bagaimana wajah perdamaian di negeri kita? Gusdurian.net menerbitkan 5 esai terkait dengan gagasan perdamaian.
Lima esai terbaik edisi khusus Hari Perdamaian ini mengulas seputar pengalaman personal lintas iman dan pemikiran tokoh yang mendorong hubungan lintas agama secara positif.
Pertama, esai berjudul "Keberagaman di Bumi Gayatri: Sebuah Perjumpaan dengan Penghayat Kepercayaan di Tulungagung" oleh Rizka Hidayatul Umami. Selengkapnya. ttps://gusdurian.net/keberagaman-di-bumi-gayatri-sebuah-perjumpaan-dengan-penghayat-kepercayaan-di-tulungagung/
Tanggal 15 September diperingati sebagai Hari Demokrasi Internasional. Bagaimana demokrasi menurut Islam? Bagi Gus Dur demokrasi sudah sangat islami. Menegakkan demokrasi hukumnya wajib! #HariDemokrasiInternasional#DemokrasiIslami
Mengapa? Karena dalam demokrasi ada satu prinsip bernegara dalam Islam, yaitu “syuro”. Demokrasi sama sekali tidak bertentangan dengan Islam. Yang terpenting kita bisa menjalankan prinsip-prinsip kebebasan, kesamaan, dan penegakkan hukum.
Sayangnya ada sebagian kecil kalangan menyempitkan cara bernegara Islam dengan sistem tertentu. Di Indonesia, narasi demokrasi sering dipertentangkan dengan khilafah, seolah-olah keduanya berbeda satu sama lain. Yang satu Islam, yang satu tidak.
"Setiap kali membaca berita berpulangnya kiai atau nyai,hati saya tersayat. Mautul 'alim mautul 'alam. Wafatnya para ulama adalah penanda kematian alam."
"Berkali-kali saat saya melihat video penghormatan atau tulisan kenangan tentang dokter atau tenaga kesehatan saya menangis, hati saya ikut hancur"
"Di setiap jasad tenaga kesehatan dan dokter yang membujur kaku, ada hati dan kebahagiaan orang tua, istri, suami, dan anak-anak mereka yang ikut membeku"
Membela kaum tertindas adalah membela agama sesungguhnya #TributeToGusdur
(A Thread)
Satu kali Gus Dur berpesan kepada keluarga. Jika meninggal, ia meminta sebuah tulisan di batu nisannya. “Di sini berbaring seorang pejuang kemanusiaan”. Here rests a humanist.
Di momen #HarlahGusdur ke-80 ini, Gusmin ingin mengajak gaes semua untuk melihat perjuangan Gus Dur semasa hidup. #KangenGusdur
Setiap kali mengikuti haul Gus Dur di berbagai daerah, Gusmin selalu tertegun karena banyaknya testimoni dari tokoh lintas profesi. Mulai kiai, pastor, politisi, seniman, penyanyi dangdut, korban gusuran, dsb. Semua bercerita seolah-olah Gus Dur begitu dekat dengan mereka.
Acara sudah dimulai nih.
Ada give away untuk kegiatan malam ini yak... Bagi yang tidak bisa masuk ke Zoom, bisa simak di Fanpage Facebook KH. Abdurrahman Wahid.
Berikut cara untuk mengikuti Give Away acara diskusi "Melihat Hak-Hak Masyarakat Adat" bersama Mas Beka, Mbak @melaniesubono, dan Mas Bambang, dipandu oleh Mbak @inayawahid#KangenGusdur
Mas Bambang Permadi menceritakan pengalamannya sebagai bagian dari komunitas penghayat, mulai sejarah penghayat, tantangan-tantangan dan dihadapi, dan kiat untuk hidup berbangsa dan bernegara yang baik.