Thread by @arfibambani

Singapura sudah berhari-hari tak ada pasien COVID-19 baru, selain dari yang baru masuk negaranya.

Sudah berbulan-bulan anak-anak tetap sekolah. Supermarket & kafe buka. Bus, kereta, tetap jalan. Terasa normal kecuali semua orang pakai masker.

Kombinasi sains dan good leadership

Social distance juga tak terlalu ketat. Namun memang orang biasa antre di sini.

Kunci safety ada di masker. Masker apapun. Banyak yang pakai masker kain juga.

Setiap masuk gedung/ restoran/ kafe/ supermarket, Anda harus check in pakai QR Code. Kemudian suhu diukur.

Jika anak Anda suhunya lebih dari 37,5, tak boleh masuk gedung/ venue. Anak juga tak boleh sekolah jika panasnya lebih dari 37,5.

Mahasiswa NUS disuruh lapor suhu badan 2 kali sehari. Setiap mahasiswa dikasih zona tertentu untuk beraktivitas.

Anda boleh lepas masker jika:
1. Makan/ minum di tempat yang dibolehkan (restoran, kafe, kantin)
2. Olahraga.
3. Di dalam rumah sendiri.

Di luar itu boleh tak pakai masker, jika Anda masih bayi atau orang dewasa yang siap dipidana atau bayar denda. :)

Saat ini Singapura berada di Phase 2. Tak boleh ada kerumunan di publik lebih dari 5 orang kecuali dalam ruang kelas/ belajar/ kerja.

Ada kasus warga asing gerombolan nongkrong di kafe, didenda. Tak pandang bulu cuy..

Jadi saat ini cuma ada 26 orang pasien COVID di rumah-rumah sakit Singapura. Sebagian lagi isolasi mandiri atau di fasilitas yang ditentukan negara.

Teman yang sudah tinggal di sini sejak tahun lalu, cerita saat awal lockdown, rakyat Singapura sempat panik soal pasokan makanan. Panik karena Singapura tergantung pada impor.
Lalu pemerintah umumkan, stok makanan aman sampai 3 bulan ke depan. Tambah panik, kok cuma 3 bulan. Haha

Panik krn perbatasan ditutup semua. Beberapa stok pangan impor favorit spt tempe sempat putus, namun bulan-bulan berikutnya mulai ada pasokan lagi. Dan harganya nyaris tak berubah.

Namun perekonomian Singapura memang terganggu krn hidup dari jasa dan pariwisata.

Namun pemimpin Singapura paham, keamanan warga negara itu merupakan bagian utama dari keamanan nasional negaranya. Mereka dengarkan sains, ikuti arahan lockdown, pembatasan sosial, dan pemakaian masker. Untuk bemper ekonomi, mereka bongkar kas negara buat pengangguran.

Jadi, jika Anda warga negara yang terkena PHK karena efek Pandemi, Anda berhak klaim tunjangan beberapa ratus dolar per bulan. Jangan tipu-tipu ya, karena ada kasus yang menipu, disuruh balikin uang dan dipenjarakan.

Jadi, apakah orang Indonesia bisa masuk Singapura? Bisa jika punya visa masuk. Saat ini tak bisa modal paspor doang. Begitu masuk Singapura, Anda harus karantina atau disebut Stay at Home Notice selama 2 minggu di tempat yang ditentukan pemerintah Singapura.

Saya sarikan, pelajaran dari Singapura buat dunia untuk atasi Covid-19:
1. Pakai masker, cuci tangan, social distance
2. Contact tracing dilakukan dari awal via apps
3. Ketatkan perbatasan. Hanya longgar untuk negara yang penanganan Covid nya bagus.
4. Dilarang bergerombol

Contact tracing dilakukan preventif. Pertama via app bernama TraceTogether. Kedua, jika tak pakai app, setiap masuk sebuah tempat, scan QR Code SafeEntry.

Ketika Anda kena Covid, data ini akan dibongkar. Pemerintah akan umumkan riwayat perjalanan Anda ke mana saja.

Minggu lalu, saya baca, pemerintah umumkan daerah yang paling sering dikunjungi seorang pasien COVID adalah Bugis street dan sebuah restoran. Pemerintah minta restoran itu lakukan cleaning menyeluruh sebelum bisa beroperasi lagi.

Singapura juga baru gelar Pemilu beberapa bulan lalu. Sesuai protokol, tak boleh ada gerombolan lebih dari 5 orang. Apa yang dilakukan politisi? Mereka yang temui calon pemilih ke rumah-rumah.
Kemudian gencarkan kampanye sosial media.

Orang Singapura kan baik-baik?

Hmm... Mungkin justru orang Indonesia yang lebih baik. Hukum bisa dibeli, mereka tetap (sebagian besar) patuh. Aturan bisa disimpangi, sebagian besar tetap taat aturan. Itulah hebatnya orang Indonesia.

Punishment and reward itu jalan di Singapura. You langgar aturan, hukum menanti. You patuh, bisa dapat insentif/ reward. Ini yang bikin mereka taat aturan.

You lapor suhu badan 2x sehari, bisa dpt undian. Asyik tho?

You tidak pakai masker, bisa didenda. Pakai, you sehat.

Juga banyak yang stres di Singapura saat Pandemi ini. Pernah saya baca koran, ada dua berita bapak-bapak bunuh anak muncul. Kesamaannya, kedua bapak itu pengangguran atau banyak utang.

Jadi, per yang tertahan itu membal ke arah yang lain. Ini pakai teori psikoanalisa.

Berikut adalah kunci pemerintah Singapura yang berhasil mitigasi COVID:
1. Percaya pada sains dan epidemiologis
2. Tegakkan aturan tanpa pandang bulu
3. Gunakan teknologi untuk contact tracing (aplikasi, QR Code, dll)
4. Siapkan Social safety net
5. Update informasi publik

Tolong tagih saya untuk menulis kolom/ opini soal "Kisah Satu Pandemi, Dua Negara" ini nanti ya. Mudah-mudahan awal Desember sudah ada. Nanti saya kirim ke media untuk dimuat.

Saat ini lagi final semester soalnya. Harus fokus belajar. :)

Jangan lupa, subscribe Youtube Channel saya ya. youtube.com/c/ArfiBambani

Update hari ini Singapura. Ada 22 pasien COVID dirawat di Rumah Sakit.

Saya nongkrong di Starb*ck pagi ini. Sebelum masuk, saya scan SafeEntry dulu. Masuk, lalu diukur suhu.

Ada maksimum pengunjung. Kalau semua meja penuh, tak boleh masuk.