✍️DR.Habib @muhsinlabib
INSIDEN TOL CIKAMPEK ANTARA PRO DAN KONTRA
Insiden bersenjata di tol Cikampek KM 50 bbrp hari lalu yg mengakibatkan terbunuhnya 6 orang disikapi s’cara beragam antara pro dan kontra oleh individu-individu dlm komunitas Syiah meski dgn selisih prosentase.
Fakta ini terlihat jelas
di Medsos.
Keragaman sikap ini patut diapresiasi krn mencerminkan kesadaran konstitusional stiap individu Syiah sbagai warga negara dlm menyikapi stiap fenomena sosial & politik
di Tanah Air dgn mnanggung sgala konsekuensinya scara moral & konstitusional
Karenanya, masyarakat umum dan Pemerintah serta pihak yang terlibat dalam peristiwa tersebut juga setiap individu Syiah mestinya memahami bahwa komunitas ini menjunjung tinggi kemandirian individual dalam menyikapi setiap fenomena sosial dan politik di Tanah Air.
Meski setiap individu di dalamnya menikmati hak konstitusionalnya dalam penyikapan, komunitas ini bersepakat mengimani Pancasila dan UUD sebagai asas negara dan mendukung legalitas pemerintah yang terpilih secara demokratis.
Tentu mendukung legalitas Pemerintah yang terplih tak berarti mendukung semua kebijakan dan keputusannya serta penanganannya terhadap aneka problema politik dan sosial.
Meski berbeda sikap terhadap insiden tersebut, setiap invidu patut mengecam setiap tindakan oleh siapapun yang bertentangan dengan hukum dan undang-undang terutama yang menimbulkan gangguan terhadap keamanan dan stabilitas.
Karena itu, tak seorang pun berhak mengatasnamakan komunitas ini dlm penyikapan berupa pemihakan tertentu terkait kasus ini dan lainnya. Karena itu pula, stiap individu tak punya hak memaksakan sikap dan pandangan politiknya.
KETURUNAN NABI SAW TIDAK DIKECUALIKAN
DARI PRINSIP KEADILAN DAN HUKUM
(Bagian 1)
Judul di atas sengaja dipilih sebagai deklarasi penolakan terhadap segala interpretasi dari teks ayat dan riwayat yang mencoba menganulir secara implisit predikat sakral dan posisi eksklusif Ahlulbait sebagai himpunan manusia suci dengan Nabi SAW sebagai pemuncaknya.
Penegasan ini perlu dilakukan demi mempertahankan prinsip keadilan dan kesetaraan sebagai cermin penghormatan kepada akal sehat.
Berkat medsos perbuatan yang paling digemari karena terlihat bijak, mudah, gratis dan bisa menaikkan pamor di mata banyak orang adalah menasehati.
Ia cukup ditulis dan disebar.
Menasehati terlihat bijak karena selalu memuat arahan kebaikan dan kebijaksanaan sehingga pemberi kerap dianggap oleh penerima nasehat telah melaksanakan nasehat itu
Menasehati adalah perbuatan mudah karena tak perlu bekal ilmu khusus selain hanya memindahkan dan menyalin petuah yang tersedia untuk disampaikan meski tak melaksanakannya.
Nabi Ibrahim dikenal sbagai org yg sngt dermawan dan penggemar tamu. Stiap hari dia hanya makan bila ditemani tamu. Stiap tiba wkt makan dia slalu berdiri depan rumah mengajak pelintas jalan utk menemaninya makan.
Bila tak menemukan tamu, dia mengelilingi pasar bahkan hingga pintu keluar kota.
Saking gemarnya mengundang tamu, dua malaikat berpenampilan dua manusia yang mengunjunginya ditawari makan hidangan seekor kambing namun menolaknya.
Kebiasan Ibrahim AS yang melampaui tak standar umum kedermawanan ini mengundang penasaran banyak orang.
Seperti biasanya suatu hari Ibrahim AS menyapa seorang musafir yang melintas depan rumahnya brahim pun lalu mempersilakan mampir untuk makan bersama.
Tak pernah terlintas di benak saya sebelumnya bayangan mengupas tema cium tangan. Namun setelah memperhatikan polemik kecil di kolom comment di bawah foto yg saya share, saya terdorong utk memberikan perspektif ttg tema tak fundamental ini.
Cium tangan diawali oleh orang yang menerima salam, kemudian tangannya dipegang oleh orang tersebut, dan telapak tangannya menghadap ke bawah; atau diawali dengan orang yang memberikan salam, kemudian ia mengulurkan tangannya,
dan tangan tersebut diterima dengan cara digenggam oleh orang yang ia beri salam. Tangan kadang dicium dengan hidung sbgmn di Hadramaut dan di Indonesia, dan kadang dgn bibir atau dikecup sperti dlm masyarakat aristokrat Eropa, skarang malah cium tangan hanya ditempelkan di pipi.
Ahlulbait dan Itrah dengan kesucian dan hak kepatuhan yang telah ditetapkan oleh Nabi dalam banyak hadis jalur Ahlusunnah sebagai orang-orang suci yang wajib dihormati dan dipatuhi terduga direduksi dan dikaburkan oleh para kroni dinasti Abbasiyah.
Desakralisasi dan pengaburan tidak dilakukan dengan penafian posisi Ahlulbait (karena ayat-ayat al-Quran dan hadis-hadis Nabi tentang keutaman Ahlulbait terlalu banyak) namun dengan dialihkan ke dzuriyah keturunan Nabi SAW.
Tidak hanya itu, para penguasa dinasti Abbasiah berupaya memberikan gelar sayyid kepada seluruh Bani Hasyim sebagai justifikasi dan legitimasi teologis atas kekuasaannya.
Insiden bersenjata di tol Cikampek KM 50 bbrp hari lalu yg kemdian terbunuhnya 6 org disikapi scara beragam antara pro dan kontra oleh individu-individu dlm komunitas Syiah meski dgn slisih prosentase. Fakta ini terlihat jelas di medsos
Keragaman sikap ini patut diapresiasi karena mencerminkan kesadaran konstitusional setiap individu Syiah sebagai warga negara dalam menyikapi setiap fenomena sosial dan politik di Tanah Air dengan menanggung segala konsekuensinya secara moral dan konstitusional.
Karenanya, masyarakat umum dan Pemerintah serta pihak yang terlibat dalam peristiwa tersebut juga setiap individu Syiah mestinya memahami bahwa komunitas ini menjunjung tinggi kemandirian individual dalam menyikapi setiap fenomena sosial dan politik di Tanah Air.