Asal-usul nama Banyuwangi kerap dikaitkan dengan legenda Sritanjung - Sidopekso. Sebuah kisah yang telah ada beratus tahun lamanya. Sejak masa Hindu-Budha. Namun, seiring waktu, nilai2 Islam turut mewarnai epos tersebut.
Menurut Prijono dalam "Sri Tanjung, Een Oud-Javaasech Verhaal (1938)", kisah Sritanjung dikarang oleh Citragotra sekitar tahun 1500-1600. Yakni, masa dimana Hindu masih menjadi agama mayoritas dan mempengaruhi berbagai unsur kebudayaan. Tak terkecuali dunia kasusastraan.
Kisah Sritanjung pun tak luput dari pengaruh Hindu. Baik yang ditemukan di Banyuwangi sendiri maupun yang tersebar di Bali. Akan tetapi, seiring proses islamisasi yang cukup masif di Banyuwangi, kisah Sritanjung pun mengalami penyesuaian.
Anis Aminoedin, dkk dalam bukunya, "Penelitian Sastra dan Bahasa dalam Naskah Cerita Sri Tanjung di Banyuwangi (1986)" pernah melakukan perbandingan antara naskah yang ada di Bali dan di Banyuwangi. Di antaranya dari unsur pengaruh keagamaan.
Naskah Bali yang dibandingkan adalah yang diteliti oleh Prijono, adapun naskah Banyuwangi adalah yang ditemukan di Museum Blambangan. Dari naskah tersebut, setidaknya ada tiga sekuel yang berbeda.
Pertama, tatkala Sritanjung bertemu dengan Sidopokso. Dalam naskah Bali, Sritanjung kawin lari dengan Sidopokso. Sedangkan di naskah Banyuwangi, keduanya menikah dengan restu dari sang kakek Sritanjung.
Kedua, tatkala Sidopokso naik ke kayangan dalam rangka menjalankan tugas dari rajanya, Sinduraja. Di naskah Bali, Sidopokso bercinta dengan para bidadari. Sementara di naskah Banyuwangi, tidak demikian.
Yang terakhir, tatkala Sritanjung bangkit dari kematian, ia melihat jasadnya sedang terbaring dalam tumpukan kayu pembakaran. Selayaknya jenazah yang hendak dikremasi. Adapun di naskah Banyuwangi, tidak demikian.
Perubahan demikian dapat diartikan Islam yang masuk ke Banyuwangi adalah Islam Ahlussunnah wal Jamaah. Islam yang ramah terhadap praktik kebudayaan. Kisah Sritanjung tidak serta merta ditolak begitu saja. Namun, diterima dengan sejumlah penyesuaian dengan nilai-nilai Islam. (*)
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Sebagaimana diketahui, proses berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) tak semata sbg sebuah perwujudan dr gairah pergerakan. Yg mungkin hanya berkutat pd serangkaian rapat & kajian. Mendirikan NU lebih komplek. Ada serangkaian konfirmasi spiritual yg harus dilakukan oleh para pendirinya.
Tidak hanya melibatkan Syaikhona Kholil Bangkalan yang sudah teramat populer. Namun, juga terdapat sejumlah laku spritual lainnya. Di antaranya adalah dengan bertirakat di makam Sunan Ampel di Surabaya. Hal ini sebagaimana dimuat dalam majalah Mimbar No. 7 Tahun I.
Saat KH. As'ad Syamsul Arifin #NggakSengaja Dipenjara
Mau tau kisahnya?
Proses hukum yang tak memenuhi prinsip-prinsip keadilan bukanlah barang baru. Setiap zaman selalu saja ada kisahnya. Seperti halnya yang dialami oleh Kiai As'ad. Ia #NggakSengaja dipenjara karena kasus hukum yg tak jelas.
Pada 1951, Kiai As'ad ditahan di sebuah penjara di Malang. Ia dituduh melanggar Undang-Undang SOB (Staat van Oorlog en Beleg) alias UU yang mengatur tentang negara dalam kondisi darurat.
Bulan Juni ini #BulanBungKarno so, mimin bakal berbagi utas tentang sisi-sisi menarik dari sang proklamator yang tak banyak diketahui orang. Terutama yg berkaitan dg dunia Islam. Seperti halnya utas kali ini.
Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser (1958-1970) pada masa awal kepemimpinannya ingin membubarkan Universitas Al-Azhar Kairo. Hal ini diungkapkan oleh Mufti Mesir Syekh DR. Ali Gomaa Mohamed Abdel Wahab yang dikenal dengan nama ‘Ali Jum’ah dalam wawancara dg TV Mesir
Pict: AFP
Hal tersebut disampaikan kepada Soekarno saat pelaksanaan KAA di Bandung pd 1959. Mendengar itu Soekarno langsung menolaknya.
Hari ini, Bung Karno lahir. 6 Juni 1901. Untuk mengenang beliau, mimin mau berbagi kisah sang proklamator sebelum naik haji. Mumpung, haji juga ditunda tahun ini.
Utas
Sebagaimana diketahui, Bung Karno baru naik haji pada 1955. Padahal, Pemerintah telah mengurus haji secara khusus sejak 1951. Tentu, "keengganan" Presiden pertama Indonesia tersebut, jadi rasan-rasan tersendiri di benak rakyat.
Haji di mata rakyat Indonesia yg sebagian besar muslim ini, memiliki tempat tersendiri. Orang yg mampu menunaikan haji, tapi tak mau melakukannya, pasti jadi rasan2. Sedangkan, apabila ada sosok yg dihormati tp tk mampu naik haji scr ekonomi, rakyat tak segan untuk iuran.
4 Juli 1962 silam, Kartosuwiryo tertangkap. Ia adalah pemimpin DI/TII yg hendak mengubah dasar negara dari Pancasila ke Darul Islam dg cara makar & angkat senjata.
Ternyata, pengaruhnyanya tak hanya di Jawa Barat. Di Jawa Timur juga terasa, seperti halnya di Banyuwangi.
Utas
Saat Darul Islam Ancam NU Banyuwangi
Dalam sejarah Republik Indonesia, pernah terjadi beberapa kali aksi pemberontakan. Selain yang dilakukan oleh PKI, juga digerakkan oleh Darul Islam (DI). Pemberontakan yang dipimpin oleh SM Kartosuwiryo tersebut, berpusat di Jawa Barat.
Banyak serangan-serangannya yang cukup mematikan. Bahkan, Presiden Soekarno lebih dari sekali pernah mengalami upaya pembunuhan yang dilakukan oleh DI.