Bismillah, ✍️b’lajar bareng Habib @muhsinlabib

HABIB BUKAN AHLULBAIT (Bagian 2)

Sebenarnya saya kurang berminat membahas secara serial tema tekstual apalagi terkait dengan isu yang tidak fundamental.
Mungkin sebagian bosan. Tapi karena arus kesalahpahamannya mulai deras, saya rela mengambil bagian sulit ini dengan segala konsekuensinya.
Etimologi Ahlulbait

Dalam sumber-sumber bahasa Arab, kata "Ahl" menunjukkan suatu hubungan dan ikatan antara manusia dengan manusia atau dengan yang lainnya; sebagai contoh, di kalangan Arab, istri terhitung sebagai ahl untuk suaminya,
suatu umat bagi setiap nabi adalah keluarganya (ahl) dan penduduk rumah atau kota adalah "ahl" atau keluarga rumah itu atau kota itu.
(Al-Mufradāt fῑ gharῑb al-Qurān, hlm. 29).
Dan kata "Āl" (bahasa Arab:آل) juga berasal dari kata "ahl" yang mana huruf "ha" berubah menjadi huruf hamzah dan kemudian menjadi "alif". (Lisan Al-Arab, jld. 1, hlm, 186).
Penggunaan kata "Āl" dari kata "ahl" lebih terbatas;
karena "Āl" tidak disandarkan pada tempat dan waktu dan hanya dikhususkan untuk manusia dan berkaitan dengan manusia juga hanya disandarkan kepada manusia-manusia yang memiliki kedudukan tersendiri; seperti Āl Ibrahim, Āl Imran, Āl Fir'aun. (Al-Mufradāt , hlm. 30).
Ringkasnya, secara kebahasaan, kata Ahlul-Bait hanya berlaku atas para penghuni rumah alias para anggota keluarga yang hidup di bawah satu atap.
Siapapun boleh menggunakan kata Ahlulbait dalam pengertian etimologis sesuai kata Ahl (pemilik atau penguuni) dan bait (rumah) karena itulah arti denotatifnya.
Secara etimologis, cicit dan keturunan dalam regenerasi selama 14 abad lebih dan telah berkembang dan menyebar tidak disebut Ahlulbait kecuali kiasan.
Namun yang menjadi fokus kajian ini adalah Ahlulbait secara terminologis yang mengandung pengertian keagamaan (Islam) dengan keragaman pendapat di kalangan para pemuka Islam.
Terminologi Ahlul-Bait

Ahlulbait as (bahasa Arab:أهل البيت) pada makna primer secara terminologis merupakan gelar khusus untuk beberapa orang dari keluarga Nabi Muhammad SAW. Allah telah menetapkan kesucian Ahlulbait sebagaimana ditegaskan dalam ayat 33 dalam surah Al-Ahzab.
Ahlussunnah dan Syiah bersepakat tentang kewajiban menghormati Ahlulbait, namun berbeda pandangan dalam pemaknaan dan cakupan pengertiannya.
Ahlulbait dipastikan sebagai sebutan untuk Nabi Saw., Ali bin Abi Thalib, Fatimah serta kedua putranya, Al-Hasan dan Al-Husain sebagaimana dalam riwayat Ummu Salamah dan Aisyah.
(Musnad Ahmad bin Hambal jilid 10 halaman 197 hadis ke 26659, Sunan Tirmidzi jilid 5 halaman 699 hadis ke 3871).

Setelah bersepakat tentang keutamaan Ahlulbait, Sunni dan Syiah bersilang pendapat tentang cakupan terapan pengertianya.
Dalam literatur utama mayoritas Ahlussunnah secara umum, termasuk para ulama Ahlulhadits dan pengikut Ahmad bin Hanbal yang dikenal sebagai penganut teologi Salafiyah, istilah Ahlulbait hanya punya satu pengertian luas yang meliputi siapapun yang terhubung secara biologis...
...dengan Nabi SAW bahkan sebagian memasukkan para isteri Nabi SAW di dalamnya seraya mengafirmasi konsekuensi preferensi dan kewajiban mencintai dan menghornati mereka tanpa pengecualian meski tak selalu tercermin secara faktual dalam satu sikap yang sama.
Sedangkan Syiah bersepakat tentang pengertian khusus dan cakupan terbatasnya pada lima Ahlul Kisa' dan 9 imam dari keturunan Al-Husain, kalangan Syiah berbeda pandangan seputar relasi Ahlulbait dengan dzurriyah (keturunan Nabi SAW).
Dengan kata lain, Imamiyah bersepakat tentang pengertian tunggal dan sejati Ahlulbait yang suci dan berposisi sebagai pelanjut otoritas transenden Nabi SAW dan bersepakat mengafrimasi pengertian tak sejati terma Ahlulbait bagi seluruh keturunannya.
Kalangan Syiah bersepakat tentang pengertian sejati Ahlulbait yang berlaku secara khusus pada 14 manusia suci (Ahlul Kisa' dan Itrah Ahlulbai) dan mengkonfirmasi relasi biologis dan kenasaban dengan Nabi sebagai sebuah anugerah kemuliaan.
Mereka juga bersepakat bahwa dalam akidah, atribut Ahlulbait hanya digunakan untuk menunjuk manusia-manusis tertentu yang telah disucikan oleh Allah dengan nama-nama yang ditetapkan secara khusus sebagaimana ditegaskan dalam banyak hadis.
Itulah sebabnya mengapa dalam bidang fikih, kata dzurriyah Nabi terutama dalam bab khumus, bukan Ahlulbait.

Setelah menyepakati prinsip di atas, mereka berbeda pendapat tentang konsekuensi relasi dzurriyah dengan Ahlulbait dan Itrah Ahlulbait.
Ahlul-Kisa'

Setelah dipahami bahwa makna etimologis Ahlulbait adalah penghuni rumah dan makna terminologis yang sejati adalah lima orang pilihan yang telah ditetapkan dalam sebuah upacara khusus yang dikena Hadis Kisa', sebagaimana diriwayatkan dalam banyak kitab hadis,
antara lain Shahīh Muslim, vol. 7, hal. 130 dan lainnya, Musnad Ahmad bin Hambal jilid 10 halaman 197 hadis ke 26659, Sunan Tirmidzi jilid 5 halaman 699 hadis ke 3871
Shahih Muslim jilid 4 hal. 1883 hadis ke 2424, al-Mustadrak 'ala al-Shahihain jilid 3 halaman 159 hadis ke 4707.
Dalam hadis Kisa' Jibril yang diizinkan masuk ke dalam kain Yamani dan menjadi anggota keenam di dalamnya. Dengan demikian jelaslah Jibril bisa dianggap sebagai Ahlul-Kisa' ideologis.
Itrah Ahlul-Bait

Sedangkan sebutan Itrah sebagai Ahlulbait, berdasarkan hadits Tsaqalain (Shahîh Muslim, jilid 7, hal. 122; Sunan Ad-Dârimî, jilid 2, hal. 432; Musnad Ahmad, jilid 3, hal. 14, 17, 26, 59, jilid 4, hal. 366, 371, jilid 5, hal. 182;
Mustadrak Al-Hâkim, jilid 3, hal. 109, 148, 533) adalah sebutan terminologis sejati yang sekunder. Kesejatian makna terminologis Ahlulbait bagi Ahlulkisa' dan bagi Itrah (9 imam dari garis keturunan Al-Husain) didasarkan pada kesucian dan kewenangan transenden mereka...
selaku pengawal wahyu suci. Dengan kata lain, sebutan Ahlulbait untuk Ahlul Kisa' bersifat sejati dalam makna primer dan itrah 12 imam bersifat sejati dalam makna sekunder. Itrah Ahlulbait adalah Imam Ali as, Sayidah Fatimah az-Zahra sa, Imam Hasan as,
dan Imam Husain as serta sembilan Imam Maksum lainnya dari anak keturunan Imam Husain AS.

Dzurriyah

Pada dasarnya secara terminologis, kata dzurriyah bersifat netral tidak memuat makna penghormatan karena bisa digunakan untuk setiap keturunan.
Kata dzuriyah tanpa kata sandangan tak memberikan signifikasi spesifik yang bila dihubungkan dengan seseorang atau ingin diketahui oleh banyak orang, harus disebut dzurriyah fulan.
Keturunan Nabi kerap disebut “Dzurriyah Rasul”. Kata dzurriyah berasal dari dzarrah yang bisa berarti “benih” atau “benda sangat kecil”. Dzurriyah berarti benih manusia alias keturunan.
Kata ini mengandung makna general yang meliputi setiap orang yang lahir dari keturunan Nabi dan selain Nabi. Dalam al-Qur’an kata dzurriyah digunakan dalam banyak ayat.
Dzurriyah Nabi

Ini adalah sebutan bagi orang-orang umumnya dikenal alawiyin, saadah dan asyraf, yaitu orang-orang yang garis nasabnya bersambung kepada Nabi SAW.
Beberapa hadis menyebutkan kata dzurriyah yang secara denotatif mengesankan pemberian hak khusus berupa jaminan sorga dan keterbebasan dari neraka. Inilah yang mungkin memantik polemik.
Antara lain hadis diriwayatkan oleh Abu Hurairah dan dicantumkan oleh Al-Qunduzi dalam Yanabi' Al-Mawaddah hal. 397; "Dia sebut Fathimah (pengaman) karena Allah mengamankannya dan keturunannya dari neraka."
Pertama : Teks hadis lain yang menyebut para pengikut dan para pecinta lebih banyak daripada "dzurriyah" . Ini mendorong kita mengambil jarak dengannya, apalagi bukan mujtahid dan tidak punya kompetensi dalam takhrij dan analisa nash suci.
Kedua:Sanad riwayat-riwayat sjenis itu lemah. Andaikan sahih, maka perlu bersikap abstain, krn pngecualian ini bertentangan dgn prinsip-prinsip Islam yg ditegaskan dlm Kitab Suci dan Sunnah otentik, yg menolak sgala bentuk diskriminasi rasial atau pelestarian realitas klas apapun
Meski demikian dzurriyah bisa disebut Ahlulbait secara majazi atau simbolik tapi tetap saja bukan Ahlulbait sejati secara etimologis dan terminologis karena posisinya sebagai keturunan Nabi dan keturunan Ahlulbait Nabi.
Akhirnya, adanya jenjang hierarki dan level pengertian Ahlulbait dan terapan aktualnya justru mengkonfirmasi banyak hal;
Pertama: Ahlulbait pada level tak sejati bisa disandangkan secara biologis (bukan teologis) pada keturunan Ahlulbait yang tak punya kesucian dan tak terampuni kecuali dengan taubat dan syafaat.
Kedua : Penyebutan seseorang yang tidak punya hubungan bilologis sebagai Ahlulbait yang dilakukan oleh Nabi SAW mengisyaratkan bahwa posisi sakral ini bisa disematkan pada selain 5 dan 9 orang yang ditetapkan,
namun karena mengandung makna ketakwaan maksimal, harus dilakukan oleh Nabi SAW dan para insan suci, sebagaimana dilakukan oleh Nabi terhadap kepada Salman Farisi, pria Persia yang nasabnya tidak terhubung dengan Nabi dan kakek Nabi.
Ketiga : Kesayyidan punya pengertian etimologis dan terminologis yang berbeda dengan Ahlulbait. Karena tidak sama dengan Ahlulbait yang secara terminologis dan teologis mengandung kesucian dan karena bukan merupakan posisi teologis yang ditetapkan oleh Nabi SAW,
namun sebuah gelar sebagai ekspresi penghormatan kepada Nabi, penyebutan seseorang yang bukan dzurriyah sebagai sayyid ideologis tidak mereduksi pengertian utama sayyid selama tidak memberikan konsekuensi normatif.
Pernyataan "Habib bukan Ahlulbait" mengacu kepada makna substansialnya yang bersyarat kesucian dan otoritas transenden. Atas dasar itu, meski kesayyidan dan kealawiyan merupakan anugerah kehormatan karena terhubung dalam garis nasab dengan Nabi SAW...
... tanpa pengecualian dalam teologi dan konsekuensi hukum, perlu ditegaskan bahwa berdasarkan hadis Kisa', pengertian substansial Ahlulbait hanya berlaku atas 5 orang (Nabi Muhammad, Imam Ali, Sayyidan Fatimah, Al-Hasan dan Al-Husain).
Berdasarkan hadis Tsaqalain, pengertian Ahlulbait juga berlaku atas 9 imam dari Al-Husain.

Penegasan ini perlu diulang-ulang agar pengertian sejatinya yang berkonsekuensi kesucian dan hak kewenangan tak digeser oleh pengertian tak sejatinya...
dan agar jumlah orang yang menuntut umat patuh dan tunduk kepadanya dengan menjadikan teks-teks kesucian Ahlulbait sebagai dalil seraya mengatribusikanya pada dirinya sebagai Ahlulbait, berkurang.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Bakr Smith

Bakr Smith Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @BakarSmith

16 Dec
✍️B’lajar bersama
DR.Habib Muhsin Labib

KETURUNAN NABI SAW TIDAK DIKECUALIKAN
DARI PRINSIP KEADILAN DAN HUKUM

(Bagian 1)
Judul di atas sengaja dipilih sebagai deklarasi penolakan terhadap segala interpretasi dari teks ayat dan riwayat yang mencoba menganulir secara implisit predikat sakral dan posisi eksklusif Ahlulbait sebagai himpunan manusia suci dengan Nabi SAW sebagai pemuncaknya.
Penegasan ini perlu dilakukan demi mempertahankan prinsip keadilan dan kesetaraan sebagai cermin penghormatan kepada akal sehat.
Read 36 tweets
15 Dec
☕️✍️
DR.Habib Muhsin
Labib AsSaggaf

SURPLUS NASEHAT,
DEFISIT INTROSPEKSI

Berkat medsos perbuatan yang paling digemari karena terlihat bijak, mudah, gratis dan bisa menaikkan pamor di mata banyak orang adalah menasehati.
Ia cukup ditulis dan disebar.
Menasehati terlihat bijak karena selalu memuat arahan kebaikan dan kebijaksanaan sehingga pemberi kerap dianggap oleh penerima nasehat telah melaksanakan nasehat itu
Menasehati adalah perbuatan mudah karena tak perlu bekal ilmu khusus selain hanya memindahkan dan menyalin petuah yang tersedia untuk disampaikan meski tak melaksanakannya.
Read 15 tweets
15 Dec
✍️Bib @muhsinlabib

KEDERMAWANAN TANPA SYARAT KESAMAAN KEYAKINAN

Nabi Ibrahim dikenal sbagai org yg sngt dermawan dan penggemar tamu. Stiap hari dia hanya makan bila ditemani tamu. Stiap tiba wkt makan dia slalu berdiri depan rumah mengajak pelintas jalan utk menemaninya makan.
Bila tak menemukan tamu, dia mengelilingi pasar bahkan hingga pintu keluar kota.

Saking gemarnya mengundang tamu, dua malaikat berpenampilan dua manusia yang mengunjunginya ditawari makan hidangan seekor kambing namun menolaknya.
Kebiasan Ibrahim AS yang melampaui tak standar umum kedermawanan ini mengundang penasaran banyak orang.

Seperti biasanya suatu hari Ibrahim AS menyapa seorang musafir yang melintas depan rumahnya brahim pun lalu mempersilakan mampir untuk makan bersama.
Read 11 tweets
14 Dec
✍️DR.Habib @muhsinlabib
INSIDEN TOL CIKAMPEK ANTARA PRO DAN KONTRA

Insiden bersenjata di tol Cikampek KM 50 bbrp hari lalu yg mengakibatkan terbunuhnya 6 orang disikapi s’cara beragam antara pro dan kontra oleh individu-individu dlm komunitas Syiah meski dgn selisih prosentase.
Fakta ini terlihat jelas
di Medsos.

Keragaman sikap ini patut diapresiasi krn mencerminkan kesadaran konstitusional stiap individu Syiah sbagai warga negara dlm menyikapi stiap fenomena sosial & politik
di Tanah Air dgn mnanggung sgala konsekuensinya scara moral & konstitusional
Karenanya, masyarakat umum dan Pemerintah serta pihak yang terlibat dalam peristiwa tersebut juga setiap individu Syiah mestinya memahami bahwa komunitas ini menjunjung tinggi kemandirian individual dalam menyikapi setiap fenomena sosial dan politik di Tanah Air.
Read 7 tweets
13 Dec
✍️DR.Habib @muhsinlabib

CIUM TANGAN

Tak pernah terlintas di benak saya sebelumnya bayangan mengupas tema cium tangan. Namun setelah memperhatikan polemik kecil di kolom comment di bawah foto yg saya share, saya terdorong utk memberikan perspektif ttg tema tak fundamental ini. ImageImage
Cium tangan diawali oleh orang yang menerima salam, kemudian tangannya dipegang oleh orang tersebut, dan telapak tangannya menghadap ke bawah; atau diawali dengan orang yang memberikan salam, kemudian ia mengulurkan tangannya,
dan tangan tersebut diterima dengan cara digenggam oleh orang yang ia beri salam. Tangan kadang dicium dengan hidung sbgmn di Hadramaut dan di Indonesia, dan kadang dgn bibir atau dikecup sperti dlm masyarakat aristokrat Eropa, skarang malah cium tangan hanya ditempelkan di pipi.
Read 16 tweets
12 Dec
HABIB BUKAN AHLULBAIT

Ahlulbait dan Itrah dengan kesucian dan hak kepatuhan yang telah ditetapkan oleh Nabi dalam banyak hadis jalur Ahlusunnah sebagai orang-orang suci yang wajib dihormati dan dipatuhi terduga direduksi dan dikaburkan oleh para kroni dinasti Abbasiyah.
Desakralisasi dan pengaburan tidak dilakukan dengan penafian posisi Ahlulbait (karena ayat-ayat al-Quran dan hadis-hadis Nabi tentang keutaman Ahlulbait terlalu banyak) namun dengan dialihkan ke dzuriyah keturunan Nabi SAW.
Tidak hanya itu, para penguasa dinasti Abbasiah berupaya memberikan gelar sayyid kepada seluruh Bani Hasyim sebagai justifikasi dan legitimasi teologis atas kekuasaannya.
Read 22 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!