Dari kemarin pd ribut Rachel Vennya lepas jilbab, sampai gak tau kalo artis-artis K-Pop yg gak begitu populer itu kasian gaes.
Berbeda dgn BTS atau Blackpink yg udah global superstar dan tetep kuat meski dihantam pandemi, yg kurang populer ini skrg pd kelimpungan.
Gap antara global superstar dan grup K-Pop biasa sebelumnya ndak pernah separah ini.
Terlebih situasi semacam ini diperburuk dgn adanya pandemi yg jd pukulan besar buat industri musik di seluruh dunia. Jadi ndak cuman industri K-Pop aja yg terpukul krna pandemi ini.
Global K-Pop groups mampu melebarkan fanbase mereka di beberapa bulan terakhir via online gigs ataupun aktivitas lainnya.
Namun bagi grup lain, seperti Girls Alert misalnya, konser mereka dicancel dan tayangan mereka di tv ditunda krna aturan social distancing.
Girls Alert yg debut pertamakali di tahun 2017, tentu ndak nyangka taun ini bakalan ada covid, just like everyone else.
Pada akhir taun 2019 lalu, Girls Alert udah tur konser keliling Korea. Mereka perform konser dimana aja, mulai dari markas militer sampe panti asuhan.
Member Girls Alert mengatakan mereka ya pengen ngejar popularitas sebagaimana grup K-Pop lainnya.
Namun setelah debutnya, mereka menemukan realita kalo industri hiburan ini jauh berbeda dari yg mereka harapkan sebelumnya.
Jisung, leader Girls Alert, mengatakan kalo dia dan member lainnya mengalami apa yg disebut dgn istilah "dirt spoon" setelah debutnya.
Istilah ini menggambarkan seseorang yg punya pendapatan kecil di Korea dan juga punya kesempatan kecil untuk bisa "naik kelas".
Jisung juga bercinta kalo grupnya yg ngurus semua keperluannya sendiri - mulai dari outfit, koreografi, sampai tata rambut dan make up.
Berbeda dengan grup lain yg lebih populer, dimana urusan rombongan seperti itu biasanya udah di handle sama staff khusus.
MV Kpop terkenal krna aspek smooth dan aesthetic mereka. Namun kontras dgn konsep minimalis Girls Alert yg ditayangkan di Olympic Park di Seoul.
Jisung bilang ada banyak balon di scenes video itu. Nah, balonnya ini mereka sendiri yg nyiapin dan niupin satu persatu :(
Sambil menyandang tanggungjawab sbg leader grup, Jisung juga bekerja di restoran Sushi dan membantu orang tuanya yg punya usaha resto juga. Beliau jualan cold bean noodles.
Gooseul, member lain, kerja double sbg dance trainer dan pengatur jadwal aktivitas grup mereka.
Member Girls Alert mengatakan kondisi membaik ketika label yg dipimpin Kim Tae-Hyun akuisisi mereka.
Sejak akuisisi pd 2017, Kim bilang kalo dia udah spending uang pribadinya sampe $700k, yg meliputi fee akomodasi, van maintenance, hair and make up, sampe personal trainer.
April lalu, Kim bertanya pada personil Girls Alert apakah mereka pengen putus kontrak dan cari kesempatan lain di luar sana. Sebab pandemi covid ndak menunjukkan tanda mereda.
Kim juga ndak minta penalty fee, yg sering dilakukan pihak label kalo ada artis yg pengen out.
Jisung sempat menanyakan pada Kim apakah itu berarti dia mengabaikan grup ini?
Namun meski demikian, Jisung, Gooseul, dan Seulbi menyatakan memilih untuk tetap bertahan di Girls Alert.
Hanya Saetbyul dan Narin yg milih untuk keluar dari grup.
Pandemi covid memang bikin industri K-Pop menjadi lebih vulnerable, terlebih dengan banyak yg kesulitan dapat financial dan social support untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Mayoritas anak muda disana menghabiskan -+ 10 tahun lebih untuk latihan dan patuh sama aturan ketat agensi.
Sekitar 200-400 grup Kpop merilis debutnya pada 10 tahun terakhir ini, menurut berbagai laporan media Korea. Namun tingkat kesuksesannya hanya sekitar 1% saja.
Dengan tambahan pressure pandemic ini, grup seperti Spectrum dan NeonPunch dinyatakan bubar pada tahun ini.
Dari kemarin kalian ribut soal Bu Risma rangkap jabatan, sampai gak tau kalo "ohitorisama" atau solo culture lagi tren di Jepang.
Banyak penduduk Jepang yg mulai normalize pergi ke bar, travelling, makan di restoran, hingga karaoke, semuanya dilakukan sendirian. Anti sirkel2an.
Sekitar 10 tahun lalu, banyak orang Jepang yg malu kalo terlihat sendirian. Seperti di kantin sekolah, misalnya. Saking malunya, ada yg sampe makan di toilet loh.
Sampe ada istilah yg dikenal sbg "benjo meshi" atau "toilet lunch". Saking ga pengennya terlihat sendirian.
Namun situasi ini perlahan berubah. Salah satunya yg dialami oleh Miki Tateishi, salah satu bartender yg bekerja di Bar Hitori.
Bar Hitori merupakan bar dunia malam di daerah Shinjuku yg didesain khusus buat para solo drinkers. Padahal umumnya orang Jepang minum2 berkelompok.
Apakah salah? Ya ndak juga. Daripada maksain terus minder, ya kalo merasa gak sanggup, mending mundur aja. Berarti dia emg bukan segmennya cewek highly educated.
Sama kayak iphone tadi. Kalo emang gak sanggup beli, ya gpp. Cari yg sesuai sama finansialmu. Yg terjangkau olehmu.
Semakin premium suatu barang, maka consumer yg jd segmennya semakin spesifik. Kalo iphone td jelas segmennya kelompok yg punya duit lebih, which is gak semua orang bisa gitu.
Pun demikian cewek tadi. Makin tinggi pendidikannya, makin terbatas segmen yg cocok disana.
Dari kemarin pada ribut antrian rapid test di bandara, sampai gak tau kalo Nicaragua senin kemarin mengesahkan UU yg basically MELARANG kubu oposisi ikut kontes pemilihan presiden di tahun 2021 mendatang.
Maklum... UU ini bisa sah karna DPR sana didominasi kubu pemerintah jg :))
UU ini memberikan pemerintah Nicaragua power dan lampu hijau untuk secara sepihak menyatakan rakyat sebagai teroris dan provokator pemberontakan.
Memberi label mereka pengkhianat nusa bangsa dan melarang keikutsertaan mereka dalam pemilu pemilihan presiden.
Sebetulnya Presiden Nicaragua, Daniel Ortega, udah make label ini kepada SELURUH kubu oposisi dan para pemimpin gerakan demo besar2an anti pemerintah pada tahun 2018 kemarin.
UU yang disahkan ini tujuannya untuk nyapu bersih sisa kerikil yg bisa jd penghalang lanjutnya rezim.
Okay kita udah terlalu sibuk ributin "joke" nya Coki, sampai gak tau kalo China diam-diam menguasai sektor kelautan.
@ABC News melaporkan sebanyak +- 17,000 armada 'gelap' kapal-kapal milik China tersebar di banyak belahan dunia untuk mengeruk hasil laut secara besar-besaran.
Ketika melihat armada besar kapal milik China melintas di dekat Galapagos Marine Reserve, pemerintah Ekuador membunyikan alarm tanda bahaya.
Mereka bahkan secara resmi meminta bantuan The United States Coast Guards untuk mengawasi aktivitas kapal-kapal "asing" itu disana.
Kenapa sampe minta bantuan US Coast Guard? Karna rombongan China yg datang itu sebanyak 350 KAPAL.
Melebihi jumlah armada kapal angkatan laut yg dimiliki oleh Ekuador, Peru, dan Chile sekaligus.
Petinggi US Coast Guard ndak bs jelaskan pasti semasif apa itu nangkep ikannya.