وَالسَّلامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا
Dan keselamatan s’moga dilimpahkan kepadaku
(Isa ‘alaihissalam)
pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali
(QS.19 : 33)

S’lamat hari Natal saudaraku
✍️B’lajar bareng dgn
Bib Muhsin Labib

[jawabannya berbagai permasalahan toleransi beragama yg diajarkan Islam terhdp agama lain]

TEOLOGI BENCI

Dulu saat masih remaja saya (dan mungkin sbagian besar kita) dijejali dgn doktrin kebencian terhadap agama lain, terutama Kristen.
Kalau melintasi gereja dan melihat orang-orang menghadiri upacara misa di dalamnya, dada kita terasa mangkel menahan gejolak benci, dendam dan kehendak untuk menyerang.
Salah satu doktrin yang hingga sekarang masih membekas adalah anggapan-anggapan minor tentang otontetisitas Injil, yang dianggap telah dimanipulasi isi dan penafsirannya oleh para pemuka Kristen.
Karenanya, di mata saya saat itu, bila kitab sucinya sudah dipalsukan, maka semua sumpah serapah menjadi semacam “ibadah”.
Singkatnya, kami dipaksa memantapkan keyakinan keislaman kami tdk melalui penguatan argumen, tapi melalui pengelolaan benci terhdp agama lain.
Akibatnya, kami tdk “sempat” bersikap kritis terhdp doktrin yg ditanamkan para ustadz saat ngaji dan para
khatib shalat Jumat di masjid.
Kami, generasi muda santri saat itu, dijejali juga dengan doktrin larangan bersikap kritis apalagi mempertanyakan doktrin yang dijejalkan muallim dengan warning “ilmu tak bermanfaat” atau mengalami kesengsaraan,
dan last but not least, sikap itu dianggap sebagai kekuranganajaran, dan bahkan sebagai sikap yang menjurus kepada kekufuran dan kemurtadan.
Jadilah kami generasi yang konsisten merawat “kebencian teologis” karena bagi kami itu adalah bukti kecintaan, indikasi kepatuhan dan kesalehan.
Saking kuatnya pengaruh doktrin itu, kami tak hanya mendistribusikan benci terhadap agama lain.
Kami bahkan, saking bersemangatnya “melindungi agama” kami dengan memperluas makna “musuh”, “kafir”, “musyrik” dan frase-frase kebencian dengan memasukkan setiap Muslim yang berbeda pandangan dengan kami.
Hari-hari yang kami lewati adalah sejarah minus keragaman, toleransi. Kami terbiasa bangga dengan kehebatan agama dan aliran “benar” kami tanpa perlu mengukur dan mengujinya melalui analisis, apalagi dengan diskusi dan dialog dengan pihak lain,
karena sesama Muslim yang berbeda aliran bahkan ormas dianggap sesat, bidah dan syirik, sedangkan yang di luar agama kami sudah dipastikan sebagai penghuni neraka, najis dan bahkan dalam situasi tertentu bias dianggap binatang dan layak dimusnahkan.
Peristiwa demi peristiwa menampilkan dialetikanya. Kebencian-kebencian itu malah menimbulkan aneka penyakit mental dan psikis yang menghambat kemajuan dan menodai citra para penganutnya. Ia tidak menuai simpati apalagi cinta.
Kebencian hanya mengundang kebencian. Sejarah bangsa ini dan bangsa-bangsa lain didominasi oleh kisah-kisah tragis yang merugikan dan meredupkan pesona agama.
TEOLOGI NATAL

Perayaan Natal setiap tahun mengunjungi kalender kita, bangsa Indonesia. Setiap orang senang, baik karena ia adalah hari besar bagi orang Kristen maupun hari libur tanggal merah bagi non Kristen.
Bisakah semua rakyat Indonesia bergembira karena alasan yang sama, yaitu merayakan kelahiran Yesus? Diperlukan sebuah analisis yang ‘rada’ berani sekaligus argumentatif tanpa mengurangi secuilpun keyakinan masing-masing.
Muhammad, Jesus
dan para nabi t’lah membawa
ajaran cinta, cinta Allah dan cinta tetangga serta cinta terhadap makhluk-makhluk-Nya yang terkecil sekalipun. Dalam teks-teks non Kristen, diriwayatkan Jesus memberikan beberapa makanan kepada makhluk-makhluk di laut.
Namun cinta ini tidak berbenturan dengan sentimentalisme yang mencegah pelaksanaan hukum ilahi. (Cf.Matt. 23:25).
Dalam al-Qur’an, terdapat sebuah ayat yang menggambarkan penghormatan yang begitu tinggi kepada
Maryam al-Adzra’
(Perawan Suci Bunda Maria), dan menganugerahi Yesus gelar Kalimat Allah:...👇
“Wahai Maryam, s’sungguhnya Allah memberikan kepadamu kabar gembira tentang sebuah Kalimah dari-Nya, namanya al-Masih putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan akhirat dan salah seorang yang didekatkan (kepada Allah).” (3:45).
Tentu saja penafsiran mengenai logos dalam teologi Kristen berbeda dengan penafsiran kalimah oleh ulama Islam. Bagi umat Muslim Kalimah adalah makhluk, bahkan ia merupakan prinsip kreatif, karena ia berada dalam ucapan Allah dari kata “Jadi!” maka jadilah ia.
Tentu saja penafsiran mengenai logos dalam teologi Kristen berbeda dengan penafsiran kalimah oleh ulama Islam. Bagi umat Muslim Kalimah adalah makhluk, bahkan ia merupakan prinsip kreatif, karena ia berada dalam ucapan Allah dari kata “Jadi!” maka jadilah ia.
Al-Qur’an menyebut Kristus sebagai Kalimat Allah tidak untuk mendewakannya atau menganggapnya bersifat ketuhanan (divine), tetapi untuk menegaskan statusnya sebagai nabi.
Karena kenabiannya, Yesus menjadi ‘firman Tuhan’ karena ruhnya dibersihkan sedemikian rupa sehingga menjadi cermin untuk mengenal Tuhan.
Al-Qur’an juga menyebutnya sebagai ‘Ruh Allah’; “Sesungguhnya Al-Masih Isa putera Maryam itu adalah utusan Allah dan Kalimat-Nya dan Ruh-Nya.” (QS. 4:171). Kata ‘Ruh dari-Nya’ memberikan signifikansi pengertian universal, bahwa poros moral Kristen dan Islam itu sama.
Dalam wilayah teologi ini, umat Kristen t’lah memperdebatkan pentingnya sejarah Yesus yang bertentangan dengan gambar Jesus yang terdapat dalam tradisi-tradisi
gereja-gereja Kristen dan pandangan Injil mengenai Jesus.
Menurut Legenhausen dalam pengantar The Gospel of Ali, para penulis Kristen cenderung menitikberatkan teologinya pada fungsi Yesus sebagai juru selamat, yang tampaknya tidak memiliki tempat di dalam Islam.
Umat Islam menerima Jesus sebagai juru selamat, bukan karena ke-Jesus-an-nya namun karena fungsi kenabian sebagai penyelamat manusia dari malapetaka dosa melalui pewartaan pesan petunjuk Allah, bukan melalui penebusan dan penyaliban.
Di lain pihak, para kristolog Muslim cenderung menghasilkan karya-karya polemik mereka sendiri-sendiri dengan menunjukkan berapa banyakkah di dalam Injil yang bersesuaian dengan pandangan Islam mengenai Kristus sebagai seorang nabi..
...ketimbang sebagai seorang pribadi ber-Trinitas, sebagaimana Was Jesus Crucified? karya Ahmed Deedad (1992). Inilah dealock yang dapat memperuncing kecurigaan selama bertahun-tahun.
Karena itulah diperlukan sebuah terobosan baru untuk menghindari kebuntuan ini. Mungkin salah satu cara terbaik umat Kristen untuk dapat berdialog dengan umat Islam adalah ‘mengintip’ teks-teks Islam tentang potret, terutama al-Qur’an dan hadis.
Wawasan yang mendalam lagi mengenai berbagai perbedaan antara Islam dan agama lainnya, termasuk Kristen, dapat ditemukan dalam tulisan-tulisan Frithjof Schuon,
Syekh ‘Isa Nur al-Din Ahmad, yang menghadirkan permulaan Kristolgi sejati perspektif Sufi dalam Islam and the Perennial Philosophy (1985). Juga dalam The Muslim Jesus: Sayings and Stories in Islamic Literature,
Tarif Khalidi (2003) telah mengumpulkan referensi-referensi Islam tentang Yesus dari abad kedelapan sampai delapan belas, termasuk karya-karya mistik, teks-teks historis tentang para nabi dan orang-orang suci (wali) dan berbagai seleksi dari hadis dan al-Qur’an.
Tulisan-tulisan ini membentuk suatu pola besar mengenai teks-teks yang berhubungan dengan Jesus dalam literatur non-Kristen. (Kristologi islamiah). Semoga saja pola baru ini tidak dianggap oleh sebagian ekstrimis sebagai intervensi terhadap teologi Kristen.
Dengan paradigma ini, mungkin perayaan Natal bisa dipandang secara lebih universal, bukan hanya hari raya kelahiran Jesus dari perspektif teologi Kristen dengan ragam mazhabnya yang kadang saling menafikkan, namun sebagai hari kelahiran Yesus dalam persepktif teologi Islam.
Tentu, ini tidak bisa dianggap sebagai ajakan kepada umat Kristen untuk memperingati kelahiran Muhammad saw. Penghargaan mutual ini, meski bisa memperkuat kerukunan, sulit terwujud.

Selamat atas kelahiran Jesus.

[s’rial b’lajar bareng
✍️DR.Habib Muhsin Labib AsSagaf🙏🌿🌹]
✍️DR.Habib @muhsinlabib
SEGITIGA IBRAHIMISME :
SEBUAH PANDANGAN REKONSILIATIF

"Setiap penganut agama apapun takkan rela kepadamu sampai kamu yang menganut selain agamanya mengikuti agamanya." (Al-Baqarah : 120)
Bila direnungkan dengan adil, jujur dan tenang, mestinya memperkenalkan dan menawarkan keyakinan yang dianggap benar kepada penganut keyakinan lain adalah sesuatu yang lumrah.
Dengan kata lain, motivasi mengajak orang lain menganut sesuatu yang diyakini baik dan benar adalah sesuatu yang manusia bahkan positif bila didasakan niat baik dan tulus dengan cara yang elegan dan jujur.
Pemaksaan dan agresi atas nama simbol agama apapun pada umumnya bermotif meraih atau mempertahankan kekuasaan dan kekayaan. Konon, pemerintah Hindia Belanda pernah mendukung kristenisasi di Indonesia demi menguatkan penjajahan.
Banyak org menganggap teks ayat di atas sbagai dasar dan alasan utk mengeneralisasi permusuhan teologis kpd para penganut agama lain, Yahudi dan Nasrani. Banyak pula org mengutip ayat ini sbagai dasar anggapan bhw agama orang Kristen lebih dekat dgn Islam drpd agama org Yahudi.
Anggapan ini tidak logis karena, sebelum distorsi sebagaimana ditegaskan dalam banyak ayat suci lain, Yahudi dan Nasrani sama-sama ajaran Tuhan dan para nabi-Nya adalah sama dalam kepercayaan dan prinsip-prinsipnya.
Ayat 19 dalam surah Ali Imran menegaskan hal itu, "Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi
Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka."
Dalam al-Quran terdpt bebrpa ayat yg mengundang kontroversi penafsiran antara yg toleransi tanpa logika dan intoleransi tanpa logika "Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yg paling keras permusuhannya terhdp orang-orang yg beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.
Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani".
Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri.
Syekh Jawad Mughniah dalam kitab tafsir Al-Kasyif karyanya, berpendapat, fenomena ketimpangan sosial akibat monopoli ekonomi warga Mekah oleh kaum elit musyrikin dan konglomerat Yahudi di Madinah merupakan latar belakang historis (sabab nuzul) ayat 82 dalam surah Al-Maidah '
Permusuhan orang-orang Yahudi dan kaum musyrik terkait erat dengan bentrokan antara karakteristik dakwah Islam dan sistem yang berlaku di Semenanjung Arab.
Sistem ini didasarkan pada perlombaan untuk mendapatkan uang dan budak melalui penjarahan, riba dan penipuan, dan alasan lain untuk penindasan dan penipuan.
Karakter sistem sosial kapitalistik ini tercermin pada kelompok politeis Mekah yang mengendalikan perdagangan luar negeri, sebagaimana tercermin pula pada para pemimpin Yahudi di Madinah yang Mereka mengendalikan industri dan perdagangan domestik.
Dakwah Nabi Muhammad SAW yang menyerukan keadilan, dan menolak ketidakadilan dan eksploitasi dalam semua bentuknya merugikan kelompk bojruis Yahudi yang menguasai perekonomian Madinah.
Dengan kata lain, permusuhan orang-orang Yahudi dan kaum musyrik terhadap kaum Muslim bermotif duniawi, bukan keagamaan, namun dibungkus dengan klaim agama. Karena itu dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Ayat di atas memuat peringatan bersifat kepada kaum beriman agar waspada berdasarkan sebuah fakta khusus permusuhan orang-orang Yahudi di Madinah dan kaum Musyrikin di Mekah karena motivasi oligarki.
2. Ayat di atas tidak bisa dijadikan sebagai dasar justifikasi keagamaan untuk memusuhi orang-orang Yahudi dan kaum musyrik karena agama dan keyakinan yang dianutnya.
3. Ayat di atas tidak bisa dijadikan sebagai dasar mengunggulkan sebuah ajaran suci atas ajaran suci lainnya;
4. Ayat di atas tidak bisa dijadikan dasar menilai negatif sebuah agama karena perilaku negatif penganutnya atau orang yang mengklaim sebagai penganutnya.
Sambungan ayat tersebut berbunyi "Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata, "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani.”
Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga.) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri."
Ayat di atas juga diturunkan dengan sebuah fakta partikular yang menjadi latar belakangnya.
Ketika sekelompok orang-orang musyrik Mekah dan orang-orang Yahudi Madinah menguasai ekonomi masyarakat dengan monopoli dan oligarki, justru orang-orang yang mengaku sebagai pengikut Nasrani di bawah bimbingan para pendeta justru bersikap rendah hati.
Karena itu, mereka lebih dekat dari orang-orang Yahudi dan musyrikn sebagaiman disebutkan dalam ayat tersebut.
Tentu, sebagaimana orang-orang Muslim menolak generalisasi negatif terhadap Islam dan seluruh umat Muslim karena ulah negatif sejumlah Muslim,...
sikap toleran orang-orang Kristen dalam peristiwa yang dikutip oleh ayat tersebut tidak bisa dijadikan sebagai dasar generalisasi penilaian positif terhadap semua orang Kristen karena itu tidak adil.
Tanpa melakukan generalisasi penilaian subjektif terhadap agama dan ras Yahudi juga para penganut Kristen, di zaman modern ini ada fakta dua entitas negara yang membawa-bawa nama agama.
Amerika Serikat dan sekutunya di Eropa dipimpin oleh orang-orang yang mengklaim beragama Kristen dan menjadikannya sebagai dasar justifikasi tindakan-tindakan hegemoniknya.
Sekelompok pelancong Yahudi mendirikan sebuah rezim rasis yang mendirikan sebuah negara dengan klaim superioritas agama dan ras Yahudi di atas tanah Palestina yang dihuni oleh mayoritas pemeluk Islam dan Kristen.
Orang-orang rasional dari umat Islam, karena menghindari generalisasi penilaian negatif membedakan Yahudi sebagai agama, ras dan negara penjajah Palestina bernama Israel dalam pemaknaan dan penyikapan.
Dengan kata lain, sebagai Muslim rasional mungkin kita perlu melakukan hal-hal sebagai beriikut:
1. Memperlakukan agama Yahudi sama dengan Kristen sebagai ibrahimik yg merupakan suci Allah sebelum Nabi Muhammad SAW diutus dan meskipun umat Islam menganggapnya mengalami distorsi.
Tentu saja umat Yahudi dan Kristen menolak anggapan distorsi ini.
2. Mengakui hak manusiawi ras Yahudi sebagaimana ras lainnya tanpa diskriminasi.
3. Mengecam perampasan tanah Palestina oleh siapapun. Kecaman ini tidak didasarkan kepada kebencian terhadap agama dan ras Yahudi tapi didasarkan pada prinsip anti penjajahan dan rasisme yang menjadi esensi Zionisme.
4. Mengecam pencatutan nama agama dan ras Yahudi bagi sebuah rezim penjajah dan negara fiktif.
5. Mengakui hak kewargaan orang-orang penganut agama Yahudi dan ras Yahudi di Palestina sebelum okupasi.
6. Mengecam politik standar ganda Pemerintah AS yang kerap mengeksploitasi simbol Kristen demi kepentingan imperialistiknya.

[serial b’lajar bareng
Bib @muhsinlabib 🙏😍]

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Bakr Smith

Bakr Smith Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @BakarSmith

20 Dec
Bismillah, ✍️b’lajar bareng Habib @muhsinlabib

HABIB BUKAN AHLULBAIT (Bagian 2)

Sebenarnya saya kurang berminat membahas secara serial tema tekstual apalagi terkait dengan isu yang tidak fundamental.
Mungkin sebagian bosan. Tapi karena arus kesalahpahamannya mulai deras, saya rela mengambil bagian sulit ini dengan segala konsekuensinya.
Etimologi Ahlulbait

Dalam sumber-sumber bahasa Arab, kata "Ahl" menunjukkan suatu hubungan dan ikatan antara manusia dengan manusia atau dengan yang lainnya; sebagai contoh, di kalangan Arab, istri terhitung sebagai ahl untuk suaminya,
Read 47 tweets
16 Dec
✍️B’lajar bersama
DR.Habib Muhsin Labib

KETURUNAN NABI SAW TIDAK DIKECUALIKAN
DARI PRINSIP KEADILAN DAN HUKUM

(Bagian 1)
Judul di atas sengaja dipilih sebagai deklarasi penolakan terhadap segala interpretasi dari teks ayat dan riwayat yang mencoba menganulir secara implisit predikat sakral dan posisi eksklusif Ahlulbait sebagai himpunan manusia suci dengan Nabi SAW sebagai pemuncaknya.
Penegasan ini perlu dilakukan demi mempertahankan prinsip keadilan dan kesetaraan sebagai cermin penghormatan kepada akal sehat.
Read 36 tweets
15 Dec
☕️✍️
DR.Habib Muhsin
Labib AsSaggaf

SURPLUS NASEHAT,
DEFISIT INTROSPEKSI

Berkat medsos perbuatan yang paling digemari karena terlihat bijak, mudah, gratis dan bisa menaikkan pamor di mata banyak orang adalah menasehati.
Ia cukup ditulis dan disebar.
Menasehati terlihat bijak karena selalu memuat arahan kebaikan dan kebijaksanaan sehingga pemberi kerap dianggap oleh penerima nasehat telah melaksanakan nasehat itu
Menasehati adalah perbuatan mudah karena tak perlu bekal ilmu khusus selain hanya memindahkan dan menyalin petuah yang tersedia untuk disampaikan meski tak melaksanakannya.
Read 15 tweets
15 Dec
✍️Bib @muhsinlabib

KEDERMAWANAN TANPA SYARAT KESAMAAN KEYAKINAN

Nabi Ibrahim dikenal sbagai org yg sngt dermawan dan penggemar tamu. Stiap hari dia hanya makan bila ditemani tamu. Stiap tiba wkt makan dia slalu berdiri depan rumah mengajak pelintas jalan utk menemaninya makan.
Bila tak menemukan tamu, dia mengelilingi pasar bahkan hingga pintu keluar kota.

Saking gemarnya mengundang tamu, dua malaikat berpenampilan dua manusia yang mengunjunginya ditawari makan hidangan seekor kambing namun menolaknya.
Kebiasan Ibrahim AS yang melampaui tak standar umum kedermawanan ini mengundang penasaran banyak orang.

Seperti biasanya suatu hari Ibrahim AS menyapa seorang musafir yang melintas depan rumahnya brahim pun lalu mempersilakan mampir untuk makan bersama.
Read 11 tweets
14 Dec
✍️DR.Habib @muhsinlabib
INSIDEN TOL CIKAMPEK ANTARA PRO DAN KONTRA

Insiden bersenjata di tol Cikampek KM 50 bbrp hari lalu yg mengakibatkan terbunuhnya 6 orang disikapi s’cara beragam antara pro dan kontra oleh individu-individu dlm komunitas Syiah meski dgn selisih prosentase.
Fakta ini terlihat jelas
di Medsos.

Keragaman sikap ini patut diapresiasi krn mencerminkan kesadaran konstitusional stiap individu Syiah sbagai warga negara dlm menyikapi stiap fenomena sosial & politik
di Tanah Air dgn mnanggung sgala konsekuensinya scara moral & konstitusional
Karenanya, masyarakat umum dan Pemerintah serta pihak yang terlibat dalam peristiwa tersebut juga setiap individu Syiah mestinya memahami bahwa komunitas ini menjunjung tinggi kemandirian individual dalam menyikapi setiap fenomena sosial dan politik di Tanah Air.
Read 7 tweets
13 Dec
✍️DR.Habib @muhsinlabib

CIUM TANGAN

Tak pernah terlintas di benak saya sebelumnya bayangan mengupas tema cium tangan. Namun setelah memperhatikan polemik kecil di kolom comment di bawah foto yg saya share, saya terdorong utk memberikan perspektif ttg tema tak fundamental ini. ImageImage
Cium tangan diawali oleh orang yang menerima salam, kemudian tangannya dipegang oleh orang tersebut, dan telapak tangannya menghadap ke bawah; atau diawali dengan orang yang memberikan salam, kemudian ia mengulurkan tangannya,
dan tangan tersebut diterima dengan cara digenggam oleh orang yang ia beri salam. Tangan kadang dicium dengan hidung sbgmn di Hadramaut dan di Indonesia, dan kadang dgn bibir atau dikecup sperti dlm masyarakat aristokrat Eropa, skarang malah cium tangan hanya ditempelkan di pipi.
Read 16 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!