Pernah berambisi kerja di suatu instansi tp gak pernah kesampaian?
Pernah mencintai seseorang segitu dalam tp tetap ndak bisa disatukan?
Kadang semua yg terjadi ndak sepenuhnya salah kita, maybe.... it just wasn’t meant to be.
Ketika kita menyukai seseorang, suka yg beneran suka, kadang itu mengaburkan akal sehat kita.
Membuat kita terlalu berlebihan dlm melibatkan perasaan. Perasaan ini kemudian menciptakan sebuah ilusi.
Kita pun seolah merasa kalo dia punya rasa yg sama. Padahal belum tentu juga.
Kita mungkin merasa diri kita menarik… atau kita aslinya emang menarik.
Kita mungkin merasa cerdas, bijak, dewasa, penyayang, dan pantas untuk jadi pelengkap hidupnya.
Namun kalo dia ndak merasakan hal yg sama, hanya sakit yg akan kita rasa. We ended up hurting ourselves.
Kita terjebak dalam pengharapan dan penantian yang gak akan pernah terjadi.
Waktu kita habis hari demi hari untuk berharap segalanya berubah dgn sendirinya.
Anda kemudian tersadar oleh realita bahwa cuman Anda yg merasa antusias.
Sedangkan dia bahagia bersama yg lainnya.
Begitu pula persoalan karir, misalnya.
Anda berkeinginan untuk masuk salah satu instansi BUMN ternama. Demi hidup yg bahagia, mapan, dan sejahtera.
Saking ambisnya, Anda melewatkan beragam kesempatan lowongan kerja lain. Cukup percaya diri dengan peluang untuk masuk sana.
Setelah dihadapkan segala persiapan seleksi masuk, ternyata Anda gagal lolos.
Namun, Anda masih yakin di kesempatan berikutnya akan berhasil. Anda tetap enggan untuk mempertimbangkan opsi karir di tempat lain.
Pokoknya terus fokus. Satu titik. Hanya itu. Titik itu.
Namun ternyata di kesempatan berikutnya Anda tetap gagal. Setelah nunggu berbulan-bulan dan latihan banyak soal tes uji masuk.
Sedangkan biaya hidup terus berjalan. Mau sampai kapan mengorbankan keadaan?
Anda mulai dihadapkan pada realita terjalnya kehidupan.
What if I told you…. maybe...maybe something aren’t meant to happen.
Ndak peduli seberapa besar kita mencintainya. Ndak peduli seberapa besar keinginan kita berkarir disana.
Ndak peduli sebesar besar effort dan pengorbanan yg kita keluarkan untuk mencapainya.
Dari situ kita akan memahami ada hal yg mungkin ditakdirkan BUKAN buat kita.
Sebab kalo emang itu ditakdirkan buat kita, tentu langkah kita akan dipermudah. Tentu dia sudah jadi milik kita. Tentu kita sudah berkarir di instansi yg kita kejar.
For some reason, it didn’t happen.
Dalam Islam, kita selalu diingatkan bahwa apa yang menurut kita baik, belum tentu bagi Allah demikian. Begitupun sebaliknya.
Seperti halnya obat yg terasa pahit, tp bermanfaat buat kesembuhan kita.
Dan seperti halnya makanan2 enak dan manis, tp bisa bikin kita diabetes parah.
Karna Allah lebih tau apa yg terbaik buat kita.
Mungkin saja kalo kita bersamanya, kita ndak lagi jd diri sendiri. Kita ndak bisa mengimbangi.
Kita kesulitan menemukan titik kompromi. Hubungan pun hanya diisi drama konflik yg mestinya bisa dihindari.
Demikian halnya dgn karir, kalo kita terus gagal apply di perusahaan tertentu, mungkin aja itu cara Allah menghindarkan kita dari hal buruk yg ada disana.
Menghindarkan kita dari godaan korupsi, misalnya. Atau menghindarkan kita dari temen kerja yg suka nusuk dari belakang.
Mungkin menyakitkan ketika kita ndak bisa mendapatkan apa yg kita inginkan.
Yang bisa jadi ujungnya membuat kita ndak henti membandingkan diri dengan orang lain.
Mungkin kita cuman perlu lari ke tempat yg jauh. Untuk sekadar ber-refleksi dan menenangkan diri.
Mungkin saat ini kita sulit memahami kenapa keputusan Tuhan berseberangan dgn yg kita inginkan.
Namun, biasanya ini akan kita pahami di waktu-waktu mendatang. Bahwa Tuhan sebetulnya sudah menyiapkan opsi yg lebih baik.
All we need to do is keep fighting. Keep trying our best.
Kuharap kita berhenti menyalahkan diri. Khususnya di masa sulit seperti sekarang ini.
Kadang ndak semua hal itu murni kesalahan kita. Ndak semua hal murni krna kekurangan yang ada pada kita.
Maybe it really just wasn’t mean to be.
Panjang umur perjuangan. 🔥
Selamat malam.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Dari kemarin masih ributin soal iBox, sampai gak tau kalo George Blake, double agent Uni Soviet yg pernah nyusup jd agen intelejen Inggris, meninggal pada usia 98 tahun.
George Blake nge-spill ratusan identitas agen rahasia negara2 barat ke Uni Soviet selama masa perang dingin.
Badan intelejen luar negeri Russia mengumumkan meninggalnya George Blake dan menyampaikan rasa terimakasih atas segala yg telah dia berikan.
George Blake merupakan generasi terakhir dari badan intelejen Inggris yang ternyata diam-diam beroperasi untuk kepentingan Uni Soviet.
Blake nge-spill identitas ratusan agen rahasia yg tersebar di eastern Europe pada tahun 1950. Kejadian ini tentu bikin malu MI6, intelejen luar negeri Inggris, ketika membongkar ulah Blake tersebut.
Gegara itu, beberapa agen rahasia yg di spill Blake kemudian dieksekusi mati.
Aku pernah interview sama salah satu HRD perusahaan yg cukup dikenal lah produknya.
Cuman karna orangnya tengil dan terlihat ngremehkan, aku jd hilang interest dan kujawab jujur-jujuran. Gak pake pencitraan. Krna wes bodo amat kalo ketolak juga.
Seperti biasa, kalo interview di pabrik, kita mesti di screening dulu sama security nya. Suruh ninggal KTP dan sejenisnya. Lalu diminta nunggu di suatu ruangan sebelum akhirnya dipanggil HRD.
Ketika masuk ruangan, saya jabat erat tangan beliau dan ucapin selamat pagi. Eh tiba2 mbak HRD nya nyeletuk dong.
"Buset, masnya ini besar banget ya."
Opening semacam itu udah kuprediksi sebelumnya jadi ya aku cuman senyum ketawa tipis aja. Awkward tp msh terkendali.
Dari kemarin masih pada ribut soal Tacobell makanan rakyat jelata, sampai gak tau kalo banyak scientist, khususnya di Afrika, khawatir akan ada kemunculan virus mematikan lain setelah Covid-19 di masa mendatang.
Mereka memberinya nama "Disease X".
X disini maknanya Unexpected.
Ada seorang pasien yg menunjukkan gejala awal hermorraghic fever, sejenis penyakit yg mencegah kemampuan darah untuk menggumpal, di rumah sakit daerah Ingende, Democratic Republic of Congo (DCR).
Dia nunggu hasil test untuk penyakit Ebola.
Pasien hanya bisa berkomunikasi dgn keluarga dan kerabatnya lewat jendela yg dibatasi sm plastik khusus.
Identitasnya dirahasiakan untuk menghindari dia dari stigma negatif dari warga sekitar yg takut tertular sama Ebola.
Untungnya, Vaksin dan penanganan buat Ebola sudah ada.
Dari kemarin kalian ribut soal Bu Risma rangkap jabatan, sampai gak tau kalo "ohitorisama" atau solo culture lagi tren di Jepang.
Banyak penduduk Jepang yg mulai normalize pergi ke bar, travelling, makan di restoran, hingga karaoke, semuanya dilakukan sendirian. Anti sirkel2an.
Sekitar 10 tahun lalu, banyak orang Jepang yg malu kalo terlihat sendirian. Seperti di kantin sekolah, misalnya. Saking malunya, ada yg sampe makan di toilet loh.
Sampe ada istilah yg dikenal sbg "benjo meshi" atau "toilet lunch". Saking ga pengennya terlihat sendirian.
Namun situasi ini perlahan berubah. Salah satunya yg dialami oleh Miki Tateishi, salah satu bartender yg bekerja di Bar Hitori.
Bar Hitori merupakan bar dunia malam di daerah Shinjuku yg didesain khusus buat para solo drinkers. Padahal umumnya orang Jepang minum2 berkelompok.