POLITIK DUA KAKI GERINDRA
.
.
.
.

Memaknai keterpilihan dan menang demi suara terbanyak, itulah entitas demokrasi kita kenal. Paling tidak, itulah cerita selalu kita dengar setiap pemilu, di mana pun juga.
Prabowo jadi Presiden, jelas adalah target awal Pilpres 2019 lalu. Target berikutnya yang mungkin lebih besar dari target awal itu tak pernah kita dengar. Dia layu sebelum mekar, tenggelam sebelum sempat berlayar. Lainnya, silahkan tambahin sendiri.🤔
"Apa yang tak pernah kita dengar sebagai target selanjutnya?"

Namanya juga hasrat, bisa apa saja. Yang jelas, semua pihak yang tak suka Jokowi berkumpul di sana. Apa agenda ingin agar Jokowi tak terpilih kembali, itulah makna hasrat menjadi relevan.
Memaknai bergabungnya, atau ditariknya Prabowo masuk dalam kabinet, sepertinya adalah tentang kondusifitas situasi politik negeri ini.

Cukup sudah peristiwa Ahok. Ini, sekalanya, bisa menjadi jauh lebih besar akibat buruknya bagi negeri ini.
Ga percaya? Ingat-ingat kembali bagaimana kerusuhan KS Tubun Tanah Abang saat sidang Bawaslu atas gugatan Pilpres 22 Mei '19 yg lalu.

Sebelumnya, 16 Mei 2019 Prabowo dkk pergi ke Brunei. Isunya, hmm..., seru dah pokoknya. Yang jelas, aroma sangitnya ga boleh dianggap remeh.
Kepergian Prabowo ke Dubai, Austria dan Malaysia selain yang terheboh adalah ke Brunei justru pada saat kekalahan pada Pilpresnya, bukan sesuatu yang tak dijadikan warning oleh negara.
Intinya, mengajak Prabowo dalam satu perahu adalah jalan paling masuk akal harus diambil oleh pemenang Pilpres saat itu.

Bukan cerita mudah mewujudkan hal tersebut. Ada banyak petinggi hebat harus turun jadi mediator. Ada banyak kompensasi tak kita harus tahu sebagai mahar.
.
.
Ukurannya mudah. Masih ingatkah saat Adian ngamuk sama Meneg BUMN tentang dibabat habisnya orang-orang baik dan benar (menurut versinya) pada banyak jabatan Komisaris dan jabatan hadiah lainnya pada banyak BUMN
dan diganti oleh mereka yang dikenalnya sebagai pihak seberang? Itu, hanya satu contoh saja.
.
.

Itu adalah mahal harga sebuah stabilitas negara. Itu harga sepadan tentang aman dan tertib negara.
Dalam politik, istilah "sinergi" disematkan demi wajah ganteng rupawan negeri senang gotong royong ini.

Clear sudah. Satu masalah tertangani.

Namun, bukankah selalu ada yang ditinggal atau harus dikorbankan?
Para pendukung Prabowo dari jalur agama dengan PKS sebagai komandannya dan efpei sebagai salah satu dari banyak elemen pasukan berani matinya. Mereka marah dan kecewa.
Fakta bahwa mimpi jadi Presiden, satu jabatan puncak yang sangat diinginkan Prabowo sebagai akhir karir dalam hidupnya, tak pernah sirna.

Menjauh dan mengabaikan mereka yang akan memberinya suara kelak, jelas bukan ciri politikus.
Memberi makan, baik secara benderang maupun dibelakang dibuatnya.

Jadi, ketika Fadli harus menjadi antagonis, raut wajahnya mendukung peran itu. Tutur katanya sewarna dan cocok dengan ciri khas pasar yang ditargetnya.
Sementara, keponakan perempuannya, tak memiliki wajah semengesalkan yang menempel pada muka Fadli. Perempuan manis cucu Soemitro ini lebih pantas bersuara wajar seorang nasionalis.
Bagaimana dengan Prabowo? Diam saja, tak banyak berbicara politik kepentingan. Tidak berseberangan dengan pihak yang sedang disasar negara, tapi juga tak berkomentar atas tindakan negara sebagai dukungan seharusnya.
Dia membuat dirinya sibuk dengan pekerjaan sebagai Menteri Pertahanan. Bertemu dengan banyak partner dibidang pertahanan dari banyak negara tetangga.

Dia sedang sangat menikmati menyambut dan disambut dengan acara kenegaraan sambil tawar menawar alutsista.
Dari pesawat tempur siluman F35 AS hingga Rafale Perancis. Dari fregat Denmark hingga kapal destroyer dari Jepang sedang dibidiknya.

Menhan diberi anggaran terbesar pada APBN negara ini, yakni 117 triliun untuk tahun 2020 dan naik lagi menjadi 137 triliun, angka yg sangat besar.
Prabowo sedang menjadi apa yang ingin dibuktikannya sesuai tema debat Pilpres yang lalu dan Presiden memenuhinya. Militer kuat dengan alutsista hebat.

Gerindra aman. Nasionalis didapat, agama pun dipanennya.

"Benarkah?"
Mmm..., politik gitu loh. Apa yang keliatannya usaha menampilkan, seringkali berakhir menjungkalkan. Apa yang terlihat menyanjung, adalah cara membuatnya terpuruk.
Jokowi berjalan dengan caranya. Bagaimana caranya, yang jelas efpei sudah tumbang sebelum apa yang dikhawatirkan banyak pihak terjadi.

Radikalisme agama dijadikan alat tawar perlahan dan pasti sepertinya akan menjadi semakin jauh, semakin tak mendapat tempat.
Apakah ini salah satu usaha meminta waktu dengan maksud melemahkan yang kemarin sempat menjadi hal mengkhawatirkan dan maka kompromi sempat harus dilakukan, hmm..., kita lihat saja. Gak gampang membaca langkah orang tak banyak omong, Jokowi.
.
.
.
.
@Andita_4

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with NitNot ❘

NitNot ❘ Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @__MV_llestari__

7 Jan
TERASING DI NEGERI SENDIRI
.
.
.
.

Tak jauh dari petilasan Ario Penangsang, di desa Jipang, Cepu, Kabupten Blora, seluruh keturunan kakek dari kakeknya Hardjo adalah penganut kejawen. Mereka hidup dengan tenang dan damai. Image
Dalam mengekpresikan budaya dan agamanya, sebagai orang Jawa, kakek Hardjo sangat menghormati pola hubungan yang seimbang.

Hal itu selalu dilakukan pada sesama individu, alam dan Tuhan dimana adalah sebagai pusat segala kehidupan dunia.
Keseimbangan adalah tentang melihat kedalam, (introspeksi) bukan menunjuk siapa yang bersalah. Bukan pula tentang bonus surga dan denda neraka, ini adalah tentang membuat dirinya semakin hari semakin baik dalam seluruh perjalanan hidupnya hingga keseimbangan terwujud. Image
Read 21 tweets
5 Jan
A N A K K O L O N G
.
.
.

“Le.. Tuhanmu tak akan marah bila kamu meminta kepadaNYA, tapi sering-seringlah menyapaNYA daripada kau meminta, karena temanmu akan lebih suka kau menyapanya daripada kau sering meminta, walaupun Tuhan, tidak sama dan sebanding dengan temanmu.”
Demikian seorang yang saya kenal melalui akunnya pernah mendapat nasehat dari almarhum ayahnya 30 tahun yang lalu.
Di sela kesibukkannya menjadi diri sendiri lewat cuitan-cuitan yang mengajak kita untuk menempatkan manusia di atas agama. Kadang ia menyelipkan cerita tentang bagaimana keluarganya hidup dalam ke Bhinnekaan.
Read 27 tweets
5 Jan
FADLI WARAS, YANG LAIN PASTI GILA....
.
.
.
.

Sulit kita mencoba paham dengan ekspresi muka "mbecetut"-nya. Lebih sulit lagi kita memahami bunyi yang sering dihasilkan oleh mulutnya.
Selalu saja ada nada tak harmonis dan telinga ini menjadi obyek penderita sebagai akibatnya. Menderita dalam arti sesungguhnya.

Sampah, itu ketika mata menjadi juri. Noise, masih terdengar lebih enak bila telinga adalah alat penilai.
Entahlah... dia benar punya mulut, tapi seolah berkodrat tak baik. Bukan suara dengan makna harafiah kita dengar keluar dari mulutnya, bunyi-bunyian, itu lebih tepat.
Read 9 tweets
5 Jan
BU RISMA BANGET
.
.
.
.
Kemana penghuni yang kemarin sempat diajak bicara ibu Mensos, mungkin tak lagi penting. Keberadaan tuna wisma yang tertangkap oleh kepedulian si ibu itu telah menampar sang penguasa tertinggi hingga covid-19 pun turut menjauh.
Kolong jembatan itu kini mendapat perhatian sang wali kota. Bersih-bersih demi indah taman penuh lampu dikejar hingga Februari nanti.

Akan banyak tempat kumuh yang lain berubah dan berbenah bukan karena harus dan demi pantas Jakarta bersolek,
membatasi spontan ibu Mensos baru yang tak tahan tangan untuk selalu berbagi dan menebar rasa solider tak mendapat ruang, sepertinya itulah alasan tepatnya.
Read 4 tweets
5 Jan
POSITIF, POSITIF, POSITIF !!!
.
.
.
KERJA, KERJA, KERJA!!
.
.

Ronaldo hanya butuh waktu enam tahun kerja bersama Manchester United sebelum akhirnya memilih kerja bareng dengan Real Madrid. Image
Bukan masalah MU kalah hebat dibanding Madrid, ini adalah masalah keputusan logis Ronaldo pribadi. Dia melakukan sebuah keputusan profesional bagi perkembangan karir pribadinya.
Demikianlah Indonesia di jaman Jokowi, bukan masalah Amerika lebih buruk dibanding China, namun arah perkembangan dunia tak mungkin berpihak kepada Indonesia bila terus menempel AS. Dunia sedang berubah. Image
Read 31 tweets
4 Jan
HABIS MANIS SEPAH DILEPEH
.
.
.
.

Caranya berpikir, selalu mencoba untuk mencari jalan keluar ketika prahara ekonomi, entah suami bangkrut atau bahkan PHK saat pandemi menimpa rumah tangganya. Bukan lari, apalagi mencari siapa salah dibalik cerita itu. Image
Menjual apapun yang berharga dan masih laku yang masih dia miliki demi selamat dan utuh keluarga. Apa saja yang dia punya tak lagi lebih berharga dibanding keluarga.
Ketika menikah telah disepakati, susah senang bersama disambut dengan senyum. Suami terlalu berat bekerja, cepat tangan kanan membantu sementara tangan kirinya tak lepas dari gendong si anak. Image
Read 13 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!