Ketika salah satu diantara kalian bersetubuh, maka jangan sampai keduanya telanjang bulat sebagaimana telanjang bulatnya dua ekor keledai
Keterangan di dalam kitab Al Madaakhil : Sebaiknya seorang suami tidak menyetubuhi istrinya sedangkan keduanya dalam keadaan telanjang bulat, tanpa penutup (selimut) sama sekali, karena Nabi Muhammad shallallaaahu 'alaihi wa sallam melarang dan mencelanya.
Kasusnya seperti apa yang dilakukan oleh dua ekor keledai (yg sedang kawin dalam keadaan telanjang bulat). Bahkan Abu Bakkar Ash Shiddiiq ketika berhubungan suami istri menutupi kepalanya karena rasa malu kepada Allah.
Saat bersetubuh sunnah keduanya memakai kain penutup, boleh apa saja yang penting jangan kelihatan telanjang, bisa pakai selimut, bila ngga punya selimut ya terpaksa pakai pakaian yang dikenakan, berikut sedikit uraian hadits diatas menurut Syekh Abd Ro'uf alMunaa
(إذا أتى أحدكم أهله) أي أراد جماع حليلته (فليستتر) أي فليتغط هو وإياها بثوب يسترهما ندبا وخاطبه بالستر دونها لأنه يعلوها وإذا استتر الأعلى استتر الأسفل (ولا يتجردان) خبر بمعنى النهي أي ينزعان الثياب عن عورتيهما فيصيران متجردين عما يسترهما (تجرد العيرين) تشبيه حذفت
أداته وهو بفتح العين تثنية عير وهو الحمار الأهلي وغلب على الوحشي وذلك حياء من الله تعالى وأدبا مع الملائكة وحذرا من حضور الشيطان فإن فعل أحدهما ذلك كره تنزيها لا تحريما إلا إن كان ثم من ينظر إلى شئ من عورته فيحرم وجزم الشافعية بحل نظر الزوج إلى جميع عورة زوجته حتى
الفرج بل حتى ما لا يحل له التمتع به كحلقة دبرها
(Apabila salah seorang diantara kalian hendak mendatangi istrinya) artinya berkeinginan menggauli istri halalnya (maka pakailah penutup) artinya disunahkan baginya dan istrinya memakai kain yang dapat menutupi keduanya,
yang terkena khithab (perintah menutup) dirinya (suami) bukan istri karena biasanya saat menjalani senggama suami diatas, saat yang diatas sudah memakai penutup dengan sendirinya yang dibawah juga tertutup.
(Dan jangan kalian telanjang) artinya keduanya tanpa penutup kain pakaian. Unsur pelarangan ini disebabkan karena malu dengan Allah, beretika dengan malaikat serta mencegah datangnya syaithan pada keduanya,
bila salah seorang dari keduanya melakukan telanjang saat berhubungan hukumnya makruh tanzih kecuali saat disekitar mereka berdua terdapat orang yang dapat melihat aurat keduanya maka hukumnya menjadi haram.
Kalangan syafi’iyyah menilai bolehnya seorang suami melihat aurat istrinya secara keseluruhan hingga alat kelaminnya bahkan hingga hal yang tidak halal baginya untuk mendatanginya seperti lubang anus istrinya. [ Faidh alQadiir I/308 ].
Semoga bermanfaat 🙏🏿🌹
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Sufyan Ats-Tsauri beliau lahir di Kufah pada tahun 96 H/716 M dan wafat di Bashrah pada bulan Sya’ban tahun 161 H/ 778 M. Beliau tercatat sebagai salah seorang tokoh ulama di masanya, imam dalam bidang hadits juga bidang keilmuan lainnya
Ada sebuh hadist yg diriwayatkan At Tsauri mengenai "neraka" yang juga merupakan mahluk Allah.
Kita awali dari sayyidina Ali bin Abi Thalib, beliau dikenal sebagai sahabat Rasulullah SAW yang luas ilmu dan bijaksana.
Ada sebuah riwayat beliau melihat mubalig (penceramah) yang berceramah dengan keras dan menakut-nakuti jama'ah majelis nya tentang sifat-sifat neraka. Sayyidina Ali tak segan menegur si mubalig untuk turun mimbar.
MATAHARI DITAHAN TERBENAM UNTUK NABI YUSYA' BIN NUN AS
Sang Penakluk Baitul Maqdis
Nabi Musa as memiliki seorang murid yang menemaninya mencari Ilmu. Dia adalah Yusya’ Bin Nun as dan Allah SWT memberikan hikmah kenabian dan mukjizat yang nyata kepadanya.
Setelah Nabi Musa as wafat, Nabi Yusya’ bin Nun as membawa Bani Israil
ke luar dari padang pasir.
Mereka berjalan hingga menyeberangi sungai Yordania dan akhirnya sampai di kota Jerica.
Kota Jerica adalah sebuah kota yang mempunyai pagar dan pintu gerbang yang kuat.
Bangunan-bangunan di dalamnya tinggi-tinggi serta berpenduduk padat.
Nabi Yusya’ as dan Bani Israil yang bersamanya,
mengepung kota tersebut sampai enam bulan lamanya.
Diriwayatkan didalam Sahih Bukhari, salah seorang sahabat bernama Amir bin ‘Uquq ra, memimpin perjalanan, ketika memimpin di baris paling depan maka Amir bin ‘Uquq ini membaca syair-syair menyemangati hadirin yang ikut didalam shaf-shaf (barisan) Nabi ﷺ
ketika selesai membaca syair-syair, Rasulullah bertanya :
"Man farih hadza? Siapa itu yg membaca syair paling depan?
Maka orang-orang berkata : Amir bin ‘Uquq ya Rasulullah.
Rasul menjawab : “Yarhamhullah” Allah SWT melimpahkan rahmat kepadanya.
Selain Amir bin 'Uquq, masyhur kisah Hasan bin Tsabit, Abdulah bin Rawahah adalah penyair yg dimiliki umat muslim di jaman Rasulullah, syair juga merupakan senjata ampuh untuk menghancurkan moral musuh, dan bisa juga sebagai peyemangat kaum muslimin dalam bersyiar
Suwaid bin Shamit adalah penduduk Yatsrib (Nama kota Madinah di masa jahiliah), ia merupakan orang yang terkemuka dari kaumnya, bernasab mulia dan mempunyai kedudukan tinggi.
Ia juga seorang penyair yang cerdas sehingga memperoleh gelar Al Kamil (Sang Sempurna) dari penduduk Yatsrib. Ia termasuk sahabat yang memeluk Islam pada masa awal, yakni ketika beliau masih berada di Makkah.
Tetapi sayangnya ia tidak sempat bergaul dengan Rasulullah SAW dan saat mengalami masa keemasan Islam di Madinah.
Saat Suwaid sedang melaksanakan ibadah haji dan umrah di Makkah (masih dengan cara dan tradisi lama, yakni kebiasaan jahiliah)
Masyhur kisah Aisyah putri Abu Bakar As-Siddiq ra dalam berbagai khazanah sejarah. Kali ini saya akan menceritakan sekilas Sayyidina Abdurahman bin Abu Bakar ra (Abdullah)
“Duhai Atikah sayang, aku tak mampu melupakanmu sepanjang mentari masih bersinar.
Dan sepanjang merpati cantik itu masih bersuara indah.
Duhai Atikah, hatiku sepanjang siang dan malam.
Selalu bergantung pada dirimu tentang rasa dalam jiwa.
Tak terbayangkan orang sepertiku menceraikan orang sepertimu hari ini
Tidak juga orang sepertimu yg diceraikan tanpa kesalahan".
Begitulah salah satu syair kesedihan Abdullah bin Abu Bakar setelah ayahnya menyuruh dirinya menceraikan istri tercinta, Atikah.
"Siapa yang ingin melihat orang berjalan di muka bumi sesudah mengalami kematiannya, lihatlah Thalhah!”
Itu adalah ucapan Rasulullah ﷺ saat perang Uhud terjadi.
Saat itu pasukan Muslim telah terpecah pelah sehigga hanya tersisa beberapa orang di antara mereka termasuk Thalhah bin Ubaidillah. Kemudian Rasulullah dan kamum muslimin yg naik ke bukit dihadang oleh musuh.
“Siapa yg berani melawan mereka dia akan menjadi temanku kelak di surga,” seru Rasulullah.
“Saya, wahai Rasulullah,” jawab Thalhah.
“Tidak, jangan engkau! Engkau harus tetap di tempatmu.”
“Saya, wahai Rasulullah,” kata seorang prajurit Anshar.