Sufyan Ats-Tsauri beliau lahir di Kufah pada tahun 96 H/716 M dan wafat di Bashrah pada bulan Sya’ban tahun 161 H/ 778 M. Beliau tercatat sebagai salah seorang tokoh ulama di masanya, imam dalam bidang hadits juga bidang keilmuan lainnya
Ada sebuh hadist yg diriwayatkan At Tsauri mengenai "neraka" yang juga merupakan mahluk Allah.
Kita awali dari sayyidina Ali bin Abi Thalib, beliau dikenal sebagai sahabat Rasulullah SAW yang luas ilmu dan bijaksana.
Ada sebuah riwayat beliau melihat mubalig (penceramah) yang berceramah dengan keras dan menakut-nakuti jama'ah majelis nya tentang sifat-sifat neraka. Sayyidina Ali tak segan menegur si mubalig untuk turun mimbar.
Pada suatu hari, Sayyidina Ali bin Abi Thalib sedang melintas di sebuah masjid. Di dalam masjid tersebut, beliau melihat seorang mubalig yg sedang berceramah di atas mimbar di dalam masjid. Mubalig itu bersemangat sekali dalam menyampaikan ceramahnya dengan berapi-api.
Sambil menceritakan tentang bagaimana dahsyatnya siksa api neraka. Menggambarkan segala macam sifat neraka, dan menakut-nakuti panasnya api neraka berlipat mencapai 700 derajat yang mampu untuk membakar manusia hingga hancur.
Sampai kemudian Sayyidina Ali bin Abi Thalib lewat di depan pengajian tersebut beliau geram dengan kelakuan si mubalig yang berkoar-koar tentang siksa api neraka, Sayyidina Ali membentak si mubalig.
“Hei mubalig! Turun dari mimbar, dan pulanglah!” Teriak Sayyidina Ali kepada si mubalig. “Kamu ini berani menggambarkan neraka dengan begitu dahsyatnya! Seakan-akan neraka itu sesuatu yang akbar (maha besar).”
Sayyidina Ali mengingatkan "wa khaaliquhaa akbar" (penciptanya neraka lah yang lebih besar) !!".
Lantas Sayyidina Ali bin Abi Thalib bertanya kepada si mubalig : “Menurutmu, apa neraka berani kepada penciptanya?”
“Tidak berani, wahai Sahabat Ali.” Jawab si mubalig gemetaran, setelah dibentak oleh sahabat Rasulullah
“kalau begitu. Sifati/gambarkan saja Allah, sang penciptanya. Jelaskan di tiap majelis bahwa Allah Maha Besar, kenapa kamu malah menggambarkan neraka seolah-olah itu maha besar
Sementara neraka itu makhluk dan makhluk pasti memiliki sifat dhaif (kelemahan)”
Dari sekelumit kisah ini setidaknya kita bisa belajar dua hal. Pertama, bahwa dalam berceramah atau berdakwah, hendaknya dilakukan dengan cara yg baik dan tidak menakut-nakuti jama'ah yg kita hadapi
Kedua, bahwasanya neraka itu memang dijanjikan bagi mereka yang kufur dan berbuat dosa. Meski demikian, tidak perlu dibesar-besarkan, apalagi sampai jadi alat menakut-nakuti masyarakat yang mungkin masih awam.
Selain itu, hendaknya kita selalu optimistis dan yakin bahwa kasih sayang dan ampunan Allah itu sangat sangat luas terbentang.
Sementara imam Sufyan At Tsauri meriwayatkan sabda Nabi ﷺ:
“Sesungguhnya di Neraka Jahanam ada sebuah lembah, di mana Jahanam itu sendiri setiap hari "memohon perlindungan darinya (kepada Allah SWT) sebanyak 70 kali". Lembah tersebut dihuni oleh para qurra’ yg gemar mengunjungi para penguasa.”
(Hr Sufyan at Tsauri).
Makanya kita sebagai Hamba Allah tidak lah harus ketakutan yang berlebihan kepada "neraka" tanpa kita berfikir bahwa Allah itu Maha Luas Rahmatnya.
bersabda Rasulullah :
لما قضى الله الْخلق كتب في كتَابه فهو عنْده فوْق اْلعرش : إن رحمتيْ غلبتْ غضبيْ
Tatkala Allah menciptakan makhluk-Nya, Dia menulis dalam kitab-Nya, yang kitab itu terletak di sisi-Nya di atas ‘Arsy, “Sesungguhnya rahmat-Ku lebih mengalahkan kemurkaan-Ku.”
(Hr Bukhari,Muslim)
والله اعلم
Semoga bermanfaat 🙏🏿🌹
Jumat Mubaraq
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Ketika salah satu diantara kalian bersetubuh, maka jangan sampai keduanya telanjang bulat sebagaimana telanjang bulatnya dua ekor keledai
Keterangan di dalam kitab Al Madaakhil : Sebaiknya seorang suami tidak menyetubuhi istrinya sedangkan keduanya dalam keadaan telanjang bulat, tanpa penutup (selimut) sama sekali, karena Nabi Muhammad shallallaaahu 'alaihi wa sallam melarang dan mencelanya.
Kasusnya seperti apa yang dilakukan oleh dua ekor keledai (yg sedang kawin dalam keadaan telanjang bulat). Bahkan Abu Bakkar Ash Shiddiiq ketika berhubungan suami istri menutupi kepalanya karena rasa malu kepada Allah.
MATAHARI DITAHAN TERBENAM UNTUK NABI YUSYA' BIN NUN AS
Sang Penakluk Baitul Maqdis
Nabi Musa as memiliki seorang murid yang menemaninya mencari Ilmu. Dia adalah Yusya’ Bin Nun as dan Allah SWT memberikan hikmah kenabian dan mukjizat yang nyata kepadanya.
Setelah Nabi Musa as wafat, Nabi Yusya’ bin Nun as membawa Bani Israil
ke luar dari padang pasir.
Mereka berjalan hingga menyeberangi sungai Yordania dan akhirnya sampai di kota Jerica.
Kota Jerica adalah sebuah kota yang mempunyai pagar dan pintu gerbang yang kuat.
Bangunan-bangunan di dalamnya tinggi-tinggi serta berpenduduk padat.
Nabi Yusya’ as dan Bani Israil yang bersamanya,
mengepung kota tersebut sampai enam bulan lamanya.
Diriwayatkan didalam Sahih Bukhari, salah seorang sahabat bernama Amir bin ‘Uquq ra, memimpin perjalanan, ketika memimpin di baris paling depan maka Amir bin ‘Uquq ini membaca syair-syair menyemangati hadirin yang ikut didalam shaf-shaf (barisan) Nabi ﷺ
ketika selesai membaca syair-syair, Rasulullah bertanya :
"Man farih hadza? Siapa itu yg membaca syair paling depan?
Maka orang-orang berkata : Amir bin ‘Uquq ya Rasulullah.
Rasul menjawab : “Yarhamhullah” Allah SWT melimpahkan rahmat kepadanya.
Selain Amir bin 'Uquq, masyhur kisah Hasan bin Tsabit, Abdulah bin Rawahah adalah penyair yg dimiliki umat muslim di jaman Rasulullah, syair juga merupakan senjata ampuh untuk menghancurkan moral musuh, dan bisa juga sebagai peyemangat kaum muslimin dalam bersyiar
Suwaid bin Shamit adalah penduduk Yatsrib (Nama kota Madinah di masa jahiliah), ia merupakan orang yang terkemuka dari kaumnya, bernasab mulia dan mempunyai kedudukan tinggi.
Ia juga seorang penyair yang cerdas sehingga memperoleh gelar Al Kamil (Sang Sempurna) dari penduduk Yatsrib. Ia termasuk sahabat yang memeluk Islam pada masa awal, yakni ketika beliau masih berada di Makkah.
Tetapi sayangnya ia tidak sempat bergaul dengan Rasulullah SAW dan saat mengalami masa keemasan Islam di Madinah.
Saat Suwaid sedang melaksanakan ibadah haji dan umrah di Makkah (masih dengan cara dan tradisi lama, yakni kebiasaan jahiliah)
Masyhur kisah Aisyah putri Abu Bakar As-Siddiq ra dalam berbagai khazanah sejarah. Kali ini saya akan menceritakan sekilas Sayyidina Abdurahman bin Abu Bakar ra (Abdullah)
“Duhai Atikah sayang, aku tak mampu melupakanmu sepanjang mentari masih bersinar.
Dan sepanjang merpati cantik itu masih bersuara indah.
Duhai Atikah, hatiku sepanjang siang dan malam.
Selalu bergantung pada dirimu tentang rasa dalam jiwa.
Tak terbayangkan orang sepertiku menceraikan orang sepertimu hari ini
Tidak juga orang sepertimu yg diceraikan tanpa kesalahan".
Begitulah salah satu syair kesedihan Abdullah bin Abu Bakar setelah ayahnya menyuruh dirinya menceraikan istri tercinta, Atikah.
"Siapa yang ingin melihat orang berjalan di muka bumi sesudah mengalami kematiannya, lihatlah Thalhah!”
Itu adalah ucapan Rasulullah ﷺ saat perang Uhud terjadi.
Saat itu pasukan Muslim telah terpecah pelah sehigga hanya tersisa beberapa orang di antara mereka termasuk Thalhah bin Ubaidillah. Kemudian Rasulullah dan kamum muslimin yg naik ke bukit dihadang oleh musuh.
“Siapa yg berani melawan mereka dia akan menjadi temanku kelak di surga,” seru Rasulullah.
“Saya, wahai Rasulullah,” jawab Thalhah.
“Tidak, jangan engkau! Engkau harus tetap di tempatmu.”
“Saya, wahai Rasulullah,” kata seorang prajurit Anshar.