HinduGL Profile picture
12 Jan, 24 tweets, 4 min read
Siwa Ratri

Siwa Ratri atau malam siwa tidak terlepas dari cerita Lubdaka, sebuah kisah yang dimuat dalam Kitab Siwaratrikalpa yg diperkirakan ditulis pada abad ke-15 oleh Mpu Tanakung. Kemungkinan sumber kisah ini diambil dari itihasa Mahabharata, yaitu dalam Bhisma Parva.
Diceritakan, Bhisma yg gugur di hari ke 10 perang Bharatayudha, sebenarnya tdk benar2 gugur. Ia yg sdh memperoleh anugerah utk dapat memilih hari kematiannya, memutuskan menunggu perang besar tersebut usai. Hingga hari ke 18, Bharatayuddha benar2 usai dgn kematian Duryodana.
Tapi jasad2 masih berserakan. Kurusetra masih basah oleh genangan darah jutaan manusia dari kedua pihak. Kakek Bhisma yang berbaring di atas ratusan anak panah yang menembus sekujur tubuhnya, menunggu matahari bergerak ke utara, waktu yang diyakini baik untuk menyambut kematian.
Saat menunggu itulah, Bhisma menyampaikan wejangannya tentang Dharma kepada para Pandawa, Yudistira khususnya, yang menjadi pemenang perang Bharatayudha, sehingga otomatis akan menjadi Raja Hastinapura. Salah satu cerita yg disampaikan Kakek Bhisma adalah tentang Raja Citrabhanu.
Tersebutlah kisah, dimana pada kehidupan sebelumnya, Raja Citrabhanu adalah seorang pemburu. Dalam bahasa Sanskerta, pemburu disebut “Lubdhaka”. Berasal dari akar kata “lubh”, lubdhaka juga berarti rakus/tamak. Cerita selanjutnya adalah seperti yang sudah umum diketahui.
Lubdhaka yg diceritakan sbg nama seorang pemburu, suatu hari pergi berburu ke hutan. Tp hari itu ia sial. Sebelum mendapatkan satu pun buruan, tiba2 hari telah gelap. Padahal ia berada di tengah hutan belantara. Bila siang ia memburu, malam ia adalah buruan bagi binatang buas.
Malam itu ia memutuskan tidur diatas pohon, untuk memperkecil kemungkinan ia dimangsa binatang yang semestinya menjadi target buruannya.

Lubdhaka menemukan sebuah telaga kecil. Di tepiannya ada pohon besar. Lubdhaka kemudian menaiki pohon itu, dan bermalam di sana.
Semakin larut, suara binatang2 buas di hutan menakutkan hati. Diliputi perasaan ngeri, Lubdhaka berusaha tetap terjaga semalaman. Agar tidak mengantuk, ia memetik satu demi satu daun pohon dimana ia duduk, dan dilepaskannya ke bawah sambil menyebut nama Siwa, Tuhan Penguasa Maut.
Ia melakukannya terus menerus sampai matahari memerah di ufuk timur, tanda pagi telah tiba. Lubdhaka selamat, turun dari pohon lalu pulang. Dlm perjalanan pulang ia sempat memanah seekor kijang. Ia menjual kijang buruannya itu di pasar, sebagian uangnya lalu dibelikan makanan.
Tapi saat akan makan, ia melihat seorang pengemis yg kelaparan. Entah mengapa, ia yang biasanya tak peduli orang lain, kini hatinya terketuk. Lubdhaka memberi makanan yang ia beli itu kepada sang pengemis. Ia tetap pulang dalam keadaan lapar.

Rupanya, umur Lubdhaka tdk panjang.
Utusan Bhatara Yama menjemputnya dan siap menceburkannya ke neraka — dosa2 atas ketamakannya sungguh tak terampuni. Tapi sebelum sampai ke gerbang neraka, utusan Dewa Siwa menjemputnya. Ia tak boleh dimasukkan ke neraka, karena ia telah mendapat anugerah Dewa Siwa.
Ternyata saat ia melewatkan malan diatas pohon, kebetulan adl malam (ratri) spesial bagi Siwa. Kebetulan pula, tepat di bawah pohon t4 ia bermalam, ada sebuah lingga Siwa. Daun2 yg jatuh di atasnya dan nama Siwa yg disebutnya berulang2 malam itu mjd persembahan spesial bagi Siwa.
Lubdhaka juga “bersedekah” keesokan harinya, melayani “Siwa” yang ada didalam tubuh si pengemis.

Demikianlah, setiap perbuatan akan mendapatkan pahala. Baik dilakukan secara tidak sadar, terlebih bila dalam keadaan sadar.
Tetapi terkadang, perbuatan dalam keadaan sadar tersandera oleh hasrat akan hasil, dikendalikan oleh tujuan, sehingga nilai kemurnia nya berkurang. Namun apapun, hasilnya tetap ada. Dan sorga sebagai ganjaran perbuatan baik, bukanlah tujuan.
Dualitas senang (sorga) dan sedih (neraka) pun harus dilampaui, menuju keabadian, dimana disana tak ada lagi sukha dan dukha. Hening dalam penyatuan denganNya. Manunggaling kawula-gusti, moksha.

Lubdhaka bukanlah orang lain. Ia adalah simbol manusia yang tidak pernah puas.
Kita semua adalah Lubdhaka, pemburu kenikmatan, kesenangan, termasuk surga. Kita pikir kita perkasa, sampai pada suatu ketika kita diingatkan tentang kelemahan, ketakutan dan kematian. Telaga di tengah hutan adalah jiwa spiritual kita. Di tepiannya, ada simbol Tuhan.
Tanpa sadar, didorong oleh kegelisahan dan keputusasaan, kita mampir di sana. Ketika gelap berlalu, kita kembali pada sifat alami kita. Bekerja, kadang berbuat baik, dan saat kita memperoleh yang kita inginkan, kita kembali lupa dan menjadi Lubdhaka lagi.
Demikian kita hidup dalam siklus sukha dan dukha. Ingat dan lupa. Sedih dan gembira. Sampai Dewa Yama memanggil.

Dalam bahasa Sanskerta, Siwa berarti kemuliaan, keagungan. Siwa, karena sifatnya sebagai pelebur, adalah daya transformasi.
DIa-lah yg bisa membebaskan kita dari siklus sukha dan dukha itu. Dengan Anugerahnya.

Apakah itu berarti Malam Siwa dapat menghapus dosa ? Bisa iya, bisa tidak. Malam Siwa adalah malam dimana kita, Sang Lubdhaka ini, menepi sejenak dari kerakusan sehari2.
Di malam Siwa ini, kita memanjat pohon kesadaran, merenung, mendekatkan diri dan menyebut2 namaNya dalam kekhusukan bhakti. Apakah itu akan menghapus dosa atau tidak, itu bukan wilayah kita. Itu adalah anugerah yang hanya milikNya.
Kita hanya Lubdhaka yang menyucikan hati, dengan tekad besok berubah untuk lebih peduli dan siap berbagi. Dosa2 yang telah kita perbuat adalah ibarat tinta hitam yang terlanjur tertuang. Ia akan tetap ada disana. Kita hanya dapat berusaha menuang air sebanyak2nya..
agar tinta hitam itu semakin larut dan “lenyap”. Banyaknya dosa, ketamakan, hal2 buruk yang pernah kita lakukan, adalah equivalen dengan volume tinta hitam yang terlanjur kita tumpahkan. Sementara besarnya usaha, banyaknya dan kualitas hal2 baik yang kita lakukan..
adalah equivalen dengan volume air yang kita tuangkan untuk melarutkan tinta itu. Kita, dlm kesadaran akan Dharma, kebajikan, dgn penyesalan dan harapan pengampunan, hanya bisa berusaha sebaik2nya, dgn bhakti sekhusuk2nya. Agar air yg kita tuangkan semakin banyak dan bersih.
Tapi siapa tahu Dewa Siwa berkenan menurunkan hujan hingga tinta itu hanyut ke samudra luas untuk kemudian menjadi tak berbekas ?

Om tryambakam yajāmahe sugandhim puṣṭivardhanam
urvārukamiva bandhanān mṛtyor mukṣīya mā'mṛtāt

Selamat Siwa Ratri
Om Namo Siwa Ya

🌷🌷
🙏🙏

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with HinduGL

HinduGL Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @GlHindu

21 Nov 20
Akhir2 ini kita sering mendengar orang berdoa keras2. Baik di acara2 keagamaan, acara politik, maupun di medsos. Doanyapun beragam. Ada yg spt curhat, mengemis, ngerayu bahkan ada yg sumpah serapah.

Bgmn Hindu memandang doa dan usaha?

— A thread story from Itihasa Mahabharata —
Dalam itihasa Mahabharata dikisahkan, di akhir Bharatayudha ketika semua senapati senior Korawa sudah tewas, Sangkuni masih berupaya mencuri kemenangan. Ia mendorong adiknya, Gandari, Ibu para Korawa, untuk menemui dan minta petunjuk Bhagavan Vyasa.
Dari sang bhagavan, Gandari memperoleh petunjuk bahwa "tapa" (pengekangan diri dengan menutup kedua matanya sejak pernikahannya dengan Dhirastra yang buta) yang dilakukannya secara kuat dan konsisten selama bertahun2 bisa dikonversi menjadi kekuatan maha dahsyat.
Read 20 tweets
20 Nov 20
Ketika Panglima TNI tiba2 membuat pernyataan “jangan ganggu persatuan bangsa” dengan seluruh pimpinan pasukan elite dibelakangnya, itu ibarat peringatan pada Sisupala: penghinaanmu sdh hampir melampaui batas !

****

SISUPALA si tukang HINA

— A thread from Itihasa Mahabharata —
Dari itihasa Mahabharata, tersebutlah kisah di Kerajaan Chedi. Rajanya berbama Damagosa didampingi permaisuri Srutasrawa. Keluarga ini masih terikat kekerabatan dgn Vasudewa Krisna. Damagosa dan Srutasrawa memiliki seorang putra bernama Sisupala, yg lahir dgn 3 mata dan 4 lengan.
Karena keanehan itu, orangtuanya berniat utk membuangnya, namun sabda langit mencegah mereka karena Sisupala ditakdirkan hidup sampai dewasa. Sabda tersebut mengatakan bahwa tubuh Sisupala dapat menjadi normal jika dipangku oleh seseorang yg istimewa, yaitu seorang titisan Wisnu.
Read 18 tweets
19 Nov 20
Puputan Margarana

18 November 1946.
Malam hari
Penyerbuan tangsi polisi Netherlands Indies Civil Admnistration (NICA) --pemerintahan sipil Hindia Belanda-- di Kota Tabanan. Para pemuda gerilyawan berhasil merampas senjata dan mesiu.
19 Nov 1946.
Pagi hari
Para pemuda gerilyawan berkumpul di Banjar Ole, Desa Marga, Tabanan. Di sinilah, Letkol I Gusti Ngurah Rai menyusun kembali induk pasukan Resimen Soenda Ketjil. Ada kekuatan sekitar 70 orang, plus para pemuda desa yg pernah menerima latihan ketentaraan.
19 Nov 1946.
Pukul 16.00
Pertunjukan kesenian Janger yg didatangkan dari Banjar Tunjuk. Penduduk dan para pemuda gerilyawan menikmati pertunjukan yg disertai demonstrasi permainan pencak silat.

Pukul 18.00
Semua anggota pasukan dan para perwira berkumpul di tempat Ngurah Rai.
Read 16 tweets
14 Nov 20
Suro Diro Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti

1. Karna sang Putera Kunti
Karena pergulatan hidup, Karna memperoleh anugerah sebuah senjata yang maha dahsyat: siapapun yang dituju oleh senjata itu, dipastikan tewas. Tapi senjata itu hanya dipakai satu kali.
Krisna sbg “pengendali” perang Bharatayudha kemudian mengorbankan Kacha utk dijadikan sasaran senjata pamungkas itu. Kacha yg kesaktiannya mampu melumat seluruh Kurawa, tewas seketika. Tapi Arjuna — kepada siapa senjata itu rencananya diperuntukkan — selamat. Karnapun dikalahkan.
2. Bhisma Dewabratha
Bhisma adalah kakek sekaligus mahaguru bagi Pandawa dan Kurawa. Ia berguru pada Parasurama, hingga kedigjayaan mereka sebanding. Tak akan ada pahlawan baik dari pihak Pandawa maupun Kurawa yang mampu mengalahkannya.
Read 11 tweets
2 Nov 20
Mengapa Orang Hindu Jarang Hafal Kitab Weda?

Pertanyaan ini sering sekali diajukan oleh penganut agama lain kepada penganut Hindu, sementara di internal Hindu justru jarang dibahas.

— a thread —
Proses pengajaran agama Hindu mirip seperti air, ia mengalir saja sembari memberi hidup dan kesuburan pada semua yang dilaluinya.

Menghafal Weda memang tidak menjadi budaya dalam agama Hindu.
Sebagai agama tua yang tidak terseret perdebatan kitab palsu atau asli, penganut Hindu tidak merasa perlu membuktikan bahwa kitabnya asli dan tidak berubah sedikitpun, dengan mengajukan bukti banyaknya penghafal Weda.
Read 16 tweets
25 Oct 20
JAYADRATHA

Hari ke 13 Bharatayudha, ketika Abimanyu mjd ujung tombak pasukan Pandawa utk menghancurkan formasi Cakrawyuha yg diterapkan Mahaguru Drona, tiba2 Jayadratha, raja kerajaan Sindhu yg memihak Kurawa, datang dgn ribuan pasukannya dan memotong jalur bantuan Pandawa.
Jadilah Abimanyu bertempur sendiri ditengah kepungan formasi dahsyat yang ia sendiri belum tuntas mempelajarinya. Jayadratha ikut mengeroyoknya secara pengecut, yang bertentangan dengan adab pertempuran para ksatria, yang seharusnya dilakukan satu lawan satu. Abimanyupun gugur.
Arjuna yg sedih bercampur bangga mendengar kisah kematian putranya mengucap sumpah “besok sebelum matahari terbenam, leher Jayadratha harus putus. Bila aku gagal melaksanakan sumpah ini, biarlah aku mati dgn masuk ke api pembakaran. Besok, aku atau Jayadratha yang akan dibakar”.
Read 19 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!