Selamat pagi.

Pemerintah berencana mengganti tes swab dengan metode saliva direct test untuk mendeteksi virus corona. Apa itu saliva, bagaimana cara kerja serta efektivitasnya, dan apakah bisa menjadi standar penegakan diagnosis Covid-19 di Indonesia?
Mula-mula saya ucapkan duka cita yang mendalam atas meninggalnya Andrew Brooks, seorang profesor di Rutgers University yang mengembangkan tes saliva pertama kali untuk virus corona. Dia meninggal karena serangan jantung pada usia 51. Bagi saya, Brooks adalah pahlawan.
Masuk pada pembahasan. Dari pengertiannya dahulu.

Tes saliva atau tes air liur adalah tindakan medis tanpa memasukkan alat ke dalam rongga tubuh manusia. Istilah kerennya disebut non-Invasive.
Tes saliva cuma membutuhkan sedikit sampel air liur. Amat berbeda dibanding dengan swab nasofaring (NP). Metode NP itu membutuhkan Q-tip panjang yang dimasukkan ke dalam lubang hidung lalu diputar.
Q-tip adalah sebutan untuk “cotton bud”. Kata itu umum dipakai dalam pembicaraan orang Amerika.
Karena cuma butuh sedikit sampel air liur, maka itu berefek pada kebutuhan waktu tesnya. Amat cepat. Bisa kurang dari satu menit. Seseorang pada dasarnya hanya meludah ke dalam wadah kecil saja untuk memberi sampel.
Perlu juga diketahui. Dalam penegakan diagnosis Covid-19 lewat tes PCR, setelah sampel lendir dikumpulkan, RNA virusnya harus diekstraksi sebelum dapat dideteksi. Beda dengan tes saliva.
Pada tes saliva, pengujian Covid-19 tak memerlukan langkah ekstraksi. Tetapi dapat diganti dengan penambahan enzim yang dipanaskan. Nah, ekstraksi RNA ini butuh waktu yang agak lama.
Sementara, penambahan enzim dan pemanasan pada tes saliva itu relatif sebentar. Dari berbagai literatur didapati bahwa tes berbasis air liur ini dapat melakukan tes sekitar 90 sampel dalam waktu kurang dari tiga jam.
Tentunya hal ini amat membantu pekerjaan di lab—karena akan lebih banyak hasil tes yang diperoleh. Dus, tes saliva memiliki tingkat akurasi sebesar 94 persen. Sebanding dengan hasil tes berbasis swab nasofaring (NP).
Dapat dikatakan, tes saliva memiliki cara sederhana untuk pengumpulan sampelnya. Seseorang dapat melakukannya tanpa harus datang ke rumah sakit atau klinik, dan dapat memakai kurir khusus untuk mengirim sampelnya ke lab.
Kalau bicara tes swab, seperti yang kita tahu, tes ini amat tergantung dengan tenaga kesehatan atau medis untuk melakukannya. Pun, bagi sedikit orang, tes swab juga membuat tidak nyaman karena merangsang batuk dan bersin.
Pertanyaan besarnya, apakah tes saliva bisa menjadi standar penegakan diagnosis Covid-19 di Indonesia? Menurut saya layak dan bisa. Apalagi tes berbasis air liur ini telah mengantongi izin Badan Pengawas Obat dan Makanan di Amerika Serikat (FDA).

Terima kasih.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Prof. Zubairi Djoerban

Prof. Zubairi Djoerban Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @ProfesorZubairi

4 Feb
Sebenarnya isu ini sudah agak lama. Yaitu tentang penyintas Covid-19 yang masih mengeluhkan sejumlah gejala--yang dikenal sebagai Long Covid. Beberapa penyintas yang mengalami ini mengirim DM kepada saya.

Untuk merangkum pertanyaan mereka, ini penjelasan saya soal Long Covid:
Kita coba rekap dulu data kasus Covid-19 di dunia. Total jenderal, ada sebanyak 103 juta kasus, di mana 53,3 juta di antaranya sembuh dan mengakibatkan 2,24 juta orang meninggal. Angka ini terus meningkat, termasuk di Indonesia, yang tercatat sudah ada 1,1 juta kasus.
Dari data, dapat terlihat bahwa spektrum klinis infeksi Covid-19 ini memang amat luas. Meliputi infeksi asimtomatik, demam, kelelahan, mialgia, penyakit saluran pernapasan atas ringan, pneumonia dan lain-lain.
Read 16 tweets
3 Feb
Selamat siang.

Sebenarnya apa langkah yang harus dilakukan ketika Anda mengalami reaksi alergi setelah disuntik vaksin Covid-19?

Banyak pertanyaan soal ini dan saya anggap juga amat penting. Saya akan coba jawab. Semoga bermanfaat. Berikut uraiannya:
Pertama-tama, jika Anda mengalami reaksi alergi kategori parah usai divaksin, maka, segera dapatkan perawatan medis. Segera. Jangan ditunda-tunda.
Apa definisi seseorang mengalami reaksi alergi parah?

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat atau CDC punya batasannya. Yaitu jika seseorang memerlukan pengobatan dengan Epinephrine atau harus dibawa ke rumah sakit. Itu kategori alergi parah menurut CDC.
Read 13 tweets
31 Jan
Bagaimana efektivitas mengenakan masker kain di atas masker bedah? Apakah boleh pakai masker bedah atau N95 dua kali? Apakah benar masker dobel atau tiga lapis itu mencegah penyebaran strain korona yang lebih menular?

Di bawah ini penjelasan saya seputar masker:
Prinsipnya, memakai satu masker atau dua sama-sama mengurangi risiko terinfeksi Covid-19. Pun, ada langkah-langkah lain yang juga penting. Seperti jaga jarak dan tidak berkerumun. Itu jangan dilupakan juga.
Bagaimana dengan masker kain? Rekomendasi WHO menyebutkan, masker kain itu harus memiliki tiga lapisan.

Di antaranya lapisan dalam yang menyerap, lapisan tengah yang menyaring dan lapisan luar yang terbuat dari bahan non-penyerap seperti poliester.
Read 11 tweets
31 Jan
Kini, ada gejala baru Covid-19 yang menyerupai sariawan. Bagaimana membedakannya dengan penderita sariawan biasa? Banyak orang bertanya hal ini. Berikut jawaban saya:
Pertama, sariawan itu memang salah satu gejala Covid-19. Tapi, gejala ini ditemukan pada sedikit pasien. Sekitar 6-7 persen. Secara umum, gejala Covid-19 pada mulut itu sebanyak 20-25 persen.
Lalu, bagaimana bedakan sariawan biasa dengan Covid-19? Yang jelas, jangan langsung menduga jika sariawan itu pasti Covid-19.

Anda bisa menduga bahwa itu Covid-19 kalau sariawannya disertai panas tinggi, batuk kering, diare, kehilangan penciuman dan konjungtivitis.
Read 6 tweets
30 Jan
Ada usulan agar pemerintah menerapkan lockdown Pulau Jawa. Bagaimana pendapat saya?

Ya amat patut dipertimbangkan. Terapkan saja. Tegas dan konsisten. Kan sudah ada contoh bagus. Misalnya Vietnam, yang melakukan lockdown dan kini telah memiliki kehidupan mereka kembali.
Coba lihat foto di artikel FINANCIAL TIMES ini. Situasi di sana telah "normal kembali". Hampir tak terlihat masker di wajah mereka. Hal itu menjadi kenyataan bagi orang Vietnam--setelah berjuang dengan menerapkan lockdown sebelumnya.

ft.com/content/ffa506…
Vietnam tahu betul bagaimana bicara prioritas. Mereka tidak mempertaruhkan kesehatan masyarakat dengan ekonomi. Karena, jika melindungi kesehatan, ya ekonomi akan mengikuti. Buktinya, Vietnam disebut sebagai negara dengan kinerja ekonomi terbaik di Asia pada 2020.
Read 4 tweets
18 Jan
Selain Kristen Gray, yang meresahkan lagi adalah beredarnya pesan berantai di media sosial dan WAG tentang vaksinasi @jokowi yang dianggap gagal dan harus diulang. Pertanyaan ini diajukan terus oleh jurnalis kepada saya, entah kenapa. Biar clear, berikut jawaban saya:
Duduk persoalan isu ini dimulai dari pesan seorang dokter di Cirebon yang menyatakan injeksi vaksin Sinovac seharusnya intramuskular (menembus otot) sehingga penyuntikannya harus dilakukan dengan tegak lurus (90 derajat).
Menurut dokter itu, vaksin yang diterima @jokowi tidak menembus otot, karena tidak 90 derajat. Sehingga, dianggapnya, vaksin tersebut tidak masuk ke dalam darah, dan hanya sampai di kulit (intrakutan) atau di bawah kulit (subkutan). Apakah benar?
Read 10 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!