Mengenang 22 Tahun Tragedi PEMBANTAIAN Arakundo oleh Serdadu Indonesia.

Tragedi Idi Cut 3 Februari 1999 atau lebih dikenal dengan tragedi berdarah arakundo terjadi di Aceh Timur.
Bedasarkan pengakuan saksi mata yang selamat, TNI aparat Indonesia membunuh masyarakat dengan sadis dan keji, masyarakat yang tak berdosa dibaringkan di jalan, diikat tangan dan kaki, lalu ditindih batu diatas badan kemudian aparat TNI menceburkan korban Hidup-ke dalam sungai.
Peristiwa ini tjd di Idi Cut, Pukul 1 malam 3 Februari 1999

Pembantaian ini diduga merupakan tindakan balas dendam ABRI atas penyisiran (sweeping) yang dilakukan sejumlah org tak dikenal dan berujung pada pembunuhan beberapa personel ABRI di Lhok Nibong pada tgl 29 Desember 1998
Jenazah mereka diceburkan ke Sungai Arakundo.Klaim ini diperkuat oleh kesaksian korban yang mendengar kata-kata para serdadu ABRI saat sedang membantai korban:

“Kalian bunuh kawan kami. Kalian ceburkan mereka ke sungai. Rasakan balasannya.
Jembatan Arakundo, Idi, Aceh Timur
Pada tanggal 2 Februari 1999, warga desa Matang Ulim, Darul Aman, Aceh Timur, bersama-sama menyiapkan pentas kegiatan di lapangan Simpang Kuala, Idi Cut.
Sekitar pukul 16.00 WIB, sejumlah tentara datang dengan membawa senjata laras panjang. Penduduk setempat menduga mereka anggota Koramil setempat.
Aparat militer tersebut langsung mengobrak-abrik pentas yang sedang dikerjakan serta menganiaya beberapa orang yang saat itu sedang berada di sekitar tempat pembuatan pentas. Meski diserobot, masyarakat kembali melanjutkan persiapan acara.
Sebelum acara dimulai pukul 20.30 WIB, massa yang berjumlah sekitar 10.000 orang dan datang dari berbagai daerah sudah berkumpul sejak sore harinya, membanjiri lapangan Simpang Kuala sampai ke pinggiran jalan nasional Medan-Banda Aceh.
Setelah acara selesai keesokan harinya pukul 00:45 WIB, masyarakat pulang dengan berjalan kaki, menggunakan sepeda motor, dan menaiki mobil bak terbuka.
Jalur kepulangan mereka melewati kantor Koramil Idi Cut. Saat itu, massa menjadi kacau karena banyak kendaraan yang diberhentikan oleh anggota Koramil.

Ada sejumlah laporan yang menyebutkan kerumunan massa awalnya dilempari batu dari arah markas Koramil di Idi Cut.
Pukul 01:00, tembakan membabi buta dilepaskan dari arah markas Koramil ke arah kerumunan. Beberapa truk aparat sudah bersiaga di sana.
Setelah gelombang tembakan pertama, terjadi lagi penembakan ke arah massa. Setelah banyak massa berjatuhan, seorang saksi mata mendengar anggota TNI mengatakan, “Kamu yang membunuh tentara, habis semua. Kamu potong leher. Kamu campak ke sungai.
Beberapa korban lainnya menyebutkan para pelakunya adalah anggota Batalyon Linud 100. Sebanyak 58 korban yang tertembak dinaikkan ke dalam truk aparat, baik yang sudah tewas maupun yang terluka.
Tetapi ada juga beberapa korban terluka yang tidak terangkut karena bersembunyi di selokan samping jalan.

Sekitar pukul 03:00 WIB, banyak saksi mata melihat tiga truk militer yang mengangkut korban penembakan bergerak menuju jembatan Sungai Arakundo.
Sebelum diangkut ke truk, para korban diikat terlebih dahulu dengan kawat di sekujur tubuhnya, kemudian dimasukkan ke karung goni milik masing-masing tentara yang masih bertuliskan nama pelaku beserta pangkatnya, contohnya “Sertu Iskandar“.
Batu besar diikatkan di setiap karung sebagai pemberat, lalu karung tersebut dilemparkan ke Sungai Arakundo. Seorang saksi mata lain mengatakan bahwa ceceran darah di sekitar jembatan Arakundo berusaha ditutup-tutupi dengan pasir oleh tentara.
Pasir tersebut adalah hasil penambangan penduduk sekitar sungai yang biasa ditumpuk di dekat jembatan.

Tanggal 4 Februari pukul 08.00-12.00 WIB, tentara masih bertahan di sekitar lokasi pembantaian Idi Cut. Penembakan acak secara membabi buta pun masih terjadi sesekali.
Hari itu juga sampai keesokan harinya, penduduk desa melakukan pencarian di sungai dan berhasil mengangkat enam karung berisi jenazah korban. Jasad korban ketujuh yang ditembak mati ditemukan di dalam kendaraannya.
Puluhan warga sipil terluka akibat insiden ini. 58 orang ditangkap dan kabarnya disiksa saat ditahan di penjara. Mereka semua dilepaskan tanggal 5 Februari.
Tiga orang yang dituduh sebagai penceramah dalam kegiatan di Simpang Kuala sekaligus anggota GAM ditangkap aparat keamanan dan diadili. Pasca-insiden ini, 13 orang dilaporkan hilang dan tidak pernah ditemukan lagi.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Atjeh Imperial Archives

Atjeh Imperial Archives Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @atjehsultanate

1 Feb
Acheh, Bangsa Asia Tenggara pertama yang berkunjung ke Eropa

Salah satu kerajaan Asia yang dihubungi para musafir niaga Belanda di Asia-Tenggara adalah Acheh, di utara Sumatra. Image
Acheh adalah kerajaan Islam yang pada masa itu sudah memiliki hubungan dagang dengan India, Persia dan Turki. Awal dari hubungan dengan Acheh oleh Belanda di nilai jauh lebih menguntungkan.
Karena waktu itu kedatangan mereka disambut baik oleh Raja Acheh. Lagi pula untuk melindungi posisinya di kawasan itu dari Portugis, yang menjadi pesaingnya dan sering menghasut orang Acheh untuk melawan Belanda.
Read 45 tweets
31 Jan
KISAH TRAGIS KAPITEN WEBB.

George Johan Albert Webb. Dia dilahirkan pada tanggal 23 Juli 1861 di Batavia, dari pasangan Samuel Arthur Webb dan Johanna Charlotta Geertruida Alexandrina Muller Kruseman. Image
Pada bulan Desember 1884, dia diangkat menjadi letnan pada pasukan infanteri Koninklijke Nederland Indies Leger(KNIL). Pada tahun berikutnya dia dikirim bertugas ke India.
Di tahun 1887 dia ditugaskan di Aceh di dalam Batalion Infanteri ke-12. Pada tanggal 12 Oktober 1887 di pertempuran dekat Kuta Pohama dia menunjukkan keberanian yang luarbiasa yang memuaskan pimpinannya.
Read 11 tweets
20 May 20
Foto" Darurat Militer 2003-2004, Kekuatan Militer dan Pasukan Khusus Indonesia.

42000 Pasukan Tambahan Vs 3000 Gerilyawan

1. Ranpur VAB buatan Perancis dalam Operasi Darurat Militer Aceh 2003

2. Pasukan kavaleri TNI AD dari Yonkav 7 Sersus
3. Firepower ranpur TNI di Operasi Militer di Aceh

4. Pasukan linud mendarat di Aceh dalam rangka Operasi DM

5. Pesawat tempur jenis Hawk 209 digunakan TNI untuk menggempur GAM.

6. PT-76 Marinir TNI AL dalam Operasi DM Aceh 2003
7. Patroli BTR-50 Marinir di DM Aceh 2003

8. Kendaraan Tempur BTR-40

9. Kendaraan Tempur Alvis Saracen, Inggris

10. Truk rantis TNI dengan armor batang kelapa. Lapisan batang kelapa ditambah lapisan baja.
Read 5 tweets
19 May 20
Mengenang 17 Tahun Darurat Militer, Nestapa Rakyat Aceh

Awal pemberlakukan status darurat militer pada 19 Mei 2003 langsung diwarnai dengan aksi pembakaran sejumlah gedung sekolah di Nanggroe Aceh Darussalam yang dilakukan oleh Militer.
19 MEI 2003 menjadi memori kelam bagi penduduk bumi Serambi Mekkah. Sejak pukul 00.00 WIB, sebuah status perang berlaku di setiap jengkal tanah Aceh. Hari itu, Presiden Megawati Sukarnoputri dengan meminjam mulut Menko Polhukam Jenderal SBY mengumumkan pemberlakuan status DM.
Segera setelah itu, mesin dan armada perang dikerahkan. Setidaknya, Jakarta mengirimkan 30 ribu personel pasukan TNI dan 12 ribu Polisi. Personel itu lengkap dengan alat tempur.
Read 11 tweets
4 May 20
Balang Padang Milik Siapa...???

Blang Padang dan Blang Punge adalah “Umeung Musara” (Tanah Wakaf) Masjid Raya Baiturrahman yang tidak boleh diperjualbelikan, atau dijadikan harta warisan.

Dan tidak ada pihak yang dapat mengganggu gugat status keberadaan hak miliknya.
Dalam sebuah tulisan Karel Frederik Hendrik Van Langen De Inrichting van Het Atjehschee Staatbestur Onder Het Sultanaat” pada tahun 1888 yang kemudian diterjemahkan oleh Prof. Abu Bakar Atjcheh dengan judul Susunan Pemerintahan Atjcheh semasa kesultanan.
Dalam buku ini disebutkan bahwa Blang Padang dan Blang Punge adalah “Umeung Musara” (tanah wakaf) Masjid Raya Baiturrahman yang tidak boleh diperjualbelikan, atau dijadikan harta warisan. Dan tidak ada pihak yang dapat mengganggu gugat status keberadaan hak miliknya.
Read 16 tweets
3 May 20
Mengingat Aceh Bersimbah Darah

BAGI orang Aceh, peristiwa konflik selama penerapan Daerah Operasi Militer (DOM) adalah sebuah kenangan yang tidak akan terlupakan.

Apalagi bagi mereka yang merasakan langsung sepatu laras militer dan hantaman popor senjata.
Buku “Aceh Bersimbah Darah” merupakan satu dari sekian buku yang mencatat sejarah konflik Aceh. Buku ini bisa menjadi “koran sepanjang masa” bagi orang Aceh.

Membaca buku ini, orang dapat melihat langsung peristiwa Aceh bersimbah darah.
Buku ini dimulai dari kisah peradaban dan kekerasan di Serambi Mekkah.

Bab I mengisahkan tentang korban DOM yang sebagian besar adalah syuhada.

Bab II diulas sejarah pembantaian di Aceh.
Read 7 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!