Manaqib Sayyidah Fathimah radhiyallahu ‘anhu

Bagian terakhir

Maka Rasulullah ﷺ menjawab “marhaban wa ahlan ya Ali”

Sayyidina Ali pun terdiam dan tersipu malu.

Begitu juga Nabi ﷺ terdiam dan malu beberapa saat.
Dalam benak Rasulullah ingin Sayyidina Ali untuk membuka pembicaraan, dan Ali dalam keadaan malu yang sangat sehingga tak mampu meneruskan kata-katanya.
Maka keluarlah Sayyidina Ali, dan para sahabat telah menunggu di luar dan bertanya “Apa yang Rasulullah katakan padamu ?”

Sayyiduna Ali menjawab”Rasulullah ﷺ berkata: “marhaban wa ahlan ya Ali”
Para sahabat berkata “Wahai Ali cukup seandainya Rasulullah ﷺ berkata padamu satu saja, tapi Rasulullah ﷺ telah memberimu dua jawaban yaitu ‘marhaban wa ahlan’ tidak diragukan lagi bahwa Rasulullah ﷺ telah menyetujuinya..
Dalam riwayat yang lain: Ketika Rasulullah ﷺ berada di masjid, Rasulullah berkata bahwa sesungguhnya Allah Swt telah menikahkan Fatimah dengan Ali di langit dan aku telah menikahkannya dengan Ali maka semua sahabat radhiyallahu ‘anhu yang ada di masjid pun menjadi saksi.
Di sebagian riwayat mengatakan: Rasulullah ﷺ berkata kepada Sayyidina Ali “Hai Ali apakah kau memiliki sesuatu yang bisa kau jadikan sebagai mahar?”

Maka Sayyidina Ali berkata “Wahai Rasulullah aku tak memiliki sesuatu apapun kecuali pedang dan baju perangku.”
Karena Sayyidina Ali tergolong orang yang tidak mampu, yang tumbuh besar dalam didikan Rasulullah ﷺ, seperti kita ketahui bahwa Ali hidup dalam kezuhudan dan kemiskinan yang tidak memiliki apa-apa maka Ali pun menjawab seperti itu.
“Duhai Ali mengenai pedangmu engkau harus tetep menggunakannya untuk berperang di jalan Allah sedang baju zirahmu jualah!”

Maka Sayyidina Utsman membeli baju perang tersebut dengan harga 480 dirham lalu Sayyidina Ali memberikan hasil penjualan itu kepada Rasulullah ﷺ
Rasulullah mengambil 1/3nya utk membeli minyak wangi dan sebagian digunakan menghias rumah Fatimah. Disebutkan dalam sebagian riwayat Rasulullah masuk kamar Fatimah utk bermusyawarah dan berkata “Wahai Fatimah sesungguhnya Ali ingin meminangmu dan kau telah mengenal Ali dgn baik”
Maka Sayyidatuna Fatimah diam dan tersipu malu. Rasulullah ﷺ mengetahui dengan diamnya Fatimah itu berarti dia telah ridho dan menyetujuinya.

Maka dimulailah persiapan untuk menggelar pernikahannya. Akan tetapi, tahukah anda perlengkapan apa yang dipersiapkan oleh Azzahro’?
Persiapan yang dilakukan Sayyidah Aisyah dan sebagian iring-iringan Ummahatul Mukminin dengan membawa perlengkapan pernikahan menuju rumah Fatimah, lalu Sayyidah Aisyah berkata:
“Kami gelarkan di kamar Fatimah pasir halus sebagai permadani yang menghiasi kamar Sang Bunga dan didatangkan bantal dari kulit yang didalamnya dipenuhi dengan pelepah kurma yang mana bantal ini bakal dijadikan sebagai alas tidur mereka.
Dengan perabot alat penggiling gandum dan bejana tempat air/kendi juga beberapa minyak wangi serta dipersiapkan tempat menyimpan baju (yang sekarang dikenal dengan nama lemari).”
Tahukah bagaimana bentuk lemari tersebut?

Sayidatuna Aisyah berkata “Kami tancapkan antara dua dinding sebatang kayu untuk meletakkan pakaian mereka dan juga sebagai tempat untuk menggantungan tempat air serta barang-barang mereka,
yang mana kayu ini digunakan sebagai tempat penyimpanan”

inilah lemari pemimpin para wanita nanti di surga

Subhanallah, bagaimana dulu keadaan mereka dalam kezuhudan ini. Dalam keadaan yang sangat memprihatinkan ini?
Akan tetapi Nabi ﷺ telah memberi kabar bahwa “dunia tidak pantas untuk Muhammad dan keluarga Muhammad.”
Dimana Rasulullah tidak pernah menoleh dan disibukkan oleh dunia ini.
Sementara Sayyidina Hamzah ra datang dengan membawa dua unta yang sangat istimewa sebagai jamuan makan untuk para tamu-tamu yang datang.
Sayyidah Aisyah berkata “Maka kami memakan kurma dan kismis, demi Allah aku tak melihat pernikahan yang lebih mulia dari pernikahan Fatimah.”
Bagaimana bisa sebuah pernikahan dapat menandingi pernikahan Fatimah yang mana pernikahan Fatimah telah dirayakan di langit sebelum dirayakan di bumi

Maka dgn ‘Inayah Allah SWT dimulailah perayaan pernikahan, Nabi pun keluar dgn membawa bighol/binatang sejenis kuda dan berkata:
“Naiklah wahai putriku Fatimah.”

Lalu beliau menyuruh Salman :“Bawa dan tuntun ia menuju rumah Sayyidina Ali”

dan Rasulullah mengikuti di belakang dengan Sayyidina Hamzah beserta keluarga Bani Hasyim sebagai arak-arakan menuju rumah Sayyidina Ali karamallahu wajhah
Rasulullah menyuruh sebagian perempuan-perempuan untuk mengarak Sayyidatuna Fatimah dengan disertai lantunan sya’ir-sya’ir pujian dan takbir kepada Allah, serta menarik Sayyidatuna Fatimah dalam arak-arakan tersebut.
Sungguh pernikahan yang sangat indah dan meriah. Pernikahan yang membuat seluruh alam riang gembira.

Pernikahan sang putri yang akan menjadi pemimpin para wanita di surga nantinya.

Pernikahan yg akan menghasilkan para kesatria-kesatria yg akan menjadi pemimpin pemuda di surga.
. Para Ummahatul Mu’minin saling berlomba-lomba..

Taukah kalian atas apa mereka saling berlomba-lomba??

Mereka berlomba-lomba untuk mendapat ridha Rasulullah

Para Ummahatul Mu’minin tahu bahwa Rasulullah sangat amat mencintai putrinya ini.
Tidak pernah mencintai seorang manusia pun seperti cintanya pada putrinya ini. Mereka tahu jika mereka menggembirakan dan membantu Fatimah, mereka mendapat tempat yang sangat khusus di hati Rasulullah ﷺ
sebagaimana kalian ketahui seorang anak gadis di hari pernikahannya siapakah yang paling diharapkan..??

Yang sangat diharapkan dan dibutuhkan adalah seorang ibu..

Tapi kemanakah Khadijah binti Khuwailid..??

Sesungguhnya Khadijah telah di makamkan di bumi Makkah yang tandus.
Di hari pernikahan Sayyidatuna Fatimah, Rasulullah ﷺ teringat pada istri tercintanya yaitu Khadijah, maka Rasulullah ﷺ menuntun Sayyidatuna Fatimah masuk ke dalam rumah Sayyiduna Ali.
Para wanita-wanita berdatangan dan masuk ke kamar Sayyidah Fatimah. Kemudian Ummi Salamah melantunkan sya’ir-sya’ir pujian yang diiringi oleh para wanita-wanita yang berbunyi:
~ Sirna bi aunillahi jaaroti wasykurna hu fikulli halati

(Dengan rahmat Allah kita menjadi tetangga, rasa syukur kami atas semua nikmat ini)
~ Wadzkurna ma ‘an ‘ama Rabbul ‘Ula minkasyfi makruhati wa aafati

(Ingatlah atas kelapangan yang Allah berikan kepada kita sehongga kita jauh dari segala malapetaka dan musibah)
~ Faqot hadana ba’da kufrin waqot ‘an asyana Rabbus samawati

(Juga atas hidayah serta pentunjuk Allah sehinga kita terlepas dari kekufuran dan dengan kemurahan Allah maka kita di memberi kita kehidupan)
~ Sirna ma’a khoiri nisail waro tufda biammatin wakholati

(Sehingga kami bisa bersama sebaik-baik wanita yang mana kami siap menjadikan orang yang kami cintai sebagai tebusan keselamatan mu)
~ Ya bintaman fadholahu dul ula bilwahyi minhu warrisalati

(Wahai putri seorang yang diagungkan dengan sebuah wahyu dan kerasulan)
Saat itu para wanita-wanita melantunkan bait-bait syair dengan riang gembira yang mana ini semua mereka lakukan dengan harapan agar dapat menggembirakan hati Sayyidatuna Fatimah.
Kemudian Nabiﷺ membawa masuk Fatimah ke rumah Ali dan berkata “Jangan kau sentuh istrimu sampai aku kembali.”

Maka Rasulullah pergi menuju masjid untuk menunaikan shalat Isya

Berapa banyak dari kita dgn sebab acara pernikahan memudakan urusan shalat atau bahkan meninggalkanya?
Tapi Rasulullah tidak ada di dalam hatinya yang lebih mulia dari shalat.

Maka Rasulullah kembali ke masjid untuk melaksanakan shalat Isya’ bersama para sahabat dan para tamu, Nabi memberikan pencerahan serta memberikan nasehat-nasehat.
Setelah itu Rasulullah dengan cepat berjalan menuju rumah Sayyidah Fatimah. Ketika Rasulullah masuk, semua para wanita keluar kecuali satu yang tidak keluar, yaitu Asma’ binti Umais, menemani Fatimah berada duduk di ujung kamar. Kemudian Nabi berkata:
”Siapa ini..?”

Asma’: “Asma’”

Nabi: “Binti umais?”

Asma’: “Iya, wahai Rasulullah”

Nabi: “Mengapa kau tidak keluar?”
Asma’ binti Umais berkata :“Wahai Rasulullah, seorang anak gadis di hari seperti ini sangat membutuhkan seorang teman wanita yang bisa diajak curhat dan diskusi.”
Subhanallah, anak gadis di hari pernikahannya, di zaman yg penuh kehormatan dan adab mungkin dia tdk mengerti perkara-perkara atau tata cara serta urusannya yg berkaitan tentang pernikahan, mungkin ia merasakan rasa malu, mungkin terjadi atasnya perkara-perkara yg tdk ia mengerti
Asma’ bertanya: “Bolehkah aku temani Fatimah wahai Rasulullah?”

Maka Rasulullah teramat sangat gembira, karena Asma’ membuat putrinya terhibur dan tenang. Bagi Fatimah di hari seperti ini, ia sangat membutuhkan ibunya, Khadijah.
Dan Asma’ binti Umais berusaha menggantikan sebagai peranan Khadijah, oleh karena itu Rasulullah ﷺ. gembira.
Asma’ binti Umais berkata :“Maka Nabi ﷺ pun mendoakanku dengan doa-doa yang sangat banyak. Demi Allah, aku sangat mengharapkan doa-doa itu. Dan inilah yang selalu ku harapkan dan ku impi-impikan.”
Asma’ binti Umais termasuk dari wanita-wanita yang penuh perjuangan dan ikut hijrah serta memiliki sebuah peran yang besar bagi para muslimat.

(Di sebagian riwayat bukan Asma’, akan tetapi Ummu ‘Aiman)
Asma’ berkata “Maka Rasulullah mendoakan aku ‘Allahummah fazh-ha minassyaithan wahfazh-ha ‘an yaminiha wa ‘an syimaliha wa min amamiha wa min khalfiha wa min fauqiha wa min tahtiha.”
Asma’ berkata “Maka Rasulullah mendoakanku dengan doa yang begitu banyak. Demi Allah, doa-doa itulah yang selalu ku harap atas apa-apa yang aku miliki.” (‘Alaihim Ridwanullahi Ta’ala)
Kemudian duduklah Rasulullah, seraya mendoakan pada kedua mempelai dan mengambil sedikit air, dan menggunakannya untuk berwudhu’ dan membaca-bacakan air tersebut. Kemudian berkata pada Fatimah “Menghadaplah padaku.”, maka Nabi memercikkan air pada dadanya.
Nabi berkata “Baliklah.” Nabi memercikkan air pada punggungnya serta kepalanya seraya berdoa “Allahumma inni uidzuha bika wa durriyataha minassyaithanirrajim.”..
Kemudian Nabi. memanggil Sayyidina Ali dan berkata “Menghadaplah kapadaku.” Nabi pun memercikkan air pada dadanya, kemudian memercikkan air pada punggungnya serta mendoakannya dengan doa yang sangat agung.
Kemudian mendoakan mereka berdua dengan doa “Allahumma barik fiihima wa barik alaihima wa barik lahuma finaslihima.” .
Kemudian melanjutkan doanya “Allahumma hadzihi binti wa ahabbul khalqi ilaiyya, Allahumma hadza akhi wa ahaabul khalqi ilaiyya, Allahummaj’alhu laka waliyyan wa bika hafiyyan wa barik fi ahlihi
(Ya Allah, ini ‘Fatimah’ adalah anakku dan dia adalah seseorang yang paling aku cintai, Ya Allah dan ini ‘Ali’ adalah saudaraku dan dia adalah seseorang yang aku cintai, Ya Allah jadikanlah Ali sebagai penolong (wali) bagi-Mu, dan jadikan hambamu yang selalu mengabdi pada-Mu)
Kemudian Nabi ﷺ menuju pintu keluar, ketika Nabi ﷺ memegang daun pintu, Nabi ﷺ memberikan nasihat-nasihat pada kedua mempelai dan berkata “Wahai Fatimah, tugasmu adalah segala urusan di dalam rumah. Dan engkau wahai Ali, tugasmu adalah semua urusan yang ada di luar rumah.”
Kemudian Nabi ﷺ berhenti di tengah pintu dan mendoakan kedua mempelai tersebut, dan meminta kepada Allah agar menjaga keduanya serta mengeluarkan dari mereka keturunan yg shaleh. Maka kedua mempelai tersebut melalui hari dan malamnya dgn keindahan dan Kebahagiaan serta kebaikan.
Ketika muncul mentari pagi, Rasulullah ﷺ bergegas menuju rumah Fatimah. Yang mana demi Allah tidaklah ada pagi dan sore kecuali Rasulullah ﷺ melalui rumah Fatimah. Tahukah anda mengapa..? Semua itu karena Fatimah memiliki tempat khusus di hati Rasullullah ﷺ
Di pagi hari itu Rasulullah pun menuju rumah Fatimah, kemudian meminta izin dan masuk seraya memberikan salam kepada mereka berdua kemudian bertanya “Bagaimana kau temukan istrimu wahai Ali..?”
Sayyidina Ali menjawab :“Sebaik-baiknya pendamping untuk membantu dalam ke taatan.”

Kemudian Nabi bertanya kepada Sayyidatuna Fatimah :“Bagaimana kau temukan suamimu wahai Fatimah..?”

Fatimah menjawab : “Wahai ayahku, dia adalah sebaik-baiknya suami.”
Maka Nabi mengangkat tangannya dan berdoa “Allahumma ijma’ syamlahuma wa allif baina qulubaihima waj’alhuma wa dzurriyyatahuma min waratsatil jannah, warzuq huma dzurriyyatan thahiratan mubarakatan waj’al dzurriyyatahuma-albarakah waj’alhum aimmatan yahduna biamrika íla tho’atik”
“Ya Allah, kumpulkan mereka dalam kebaikan dan satukan hati mereka berdua dan berikan pada mereka keturunan yang menjadi penduduk surga. Serta berikan atas mereka berdua sebuah keturunan yang bagus, yang suci,yang penuh keberkahan.
Dan jadikan setiap anak cucu mereka keberkahan dan jadikan mereka semua para pemimpin yang memberi hidayah dengan perintah-perintah-Mu kepada ketaatan”
Sayyidina Anas berkata: yang mana beliau adalah periwayat semisal doa-doa ini dari Rasulullah. Beliau berkata :“Demi Allah, telah Allah keluarkan dari mereka berdua (Sayyidatuna Fatimah dan Sayyidina Ali) keturunan-keturunan yang banyak dan baik.”
Sayyidina Anas memiliki umur yang panjang setelah meninggalnya Rasulullah ﷺ Saw.. Beliau mendapati zaman Sayyidina Hasan dan Husain, juga mendapati zaman anak Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husain. Bahkan beliau mendapati zaman cucu dari pada Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husain.
Sayyidina Anas menemukan mereka adalah keturunan yang banyak dan baik dari Ahlul Bait Rasulullah yang bersumber dari suatu rumah yang agung. Suatu rumah yang dipenuhi dengan kefakiran dan kekurangan, rumah yang diliputi kezuhudan dan keridhaan.
Begitu juga Sayyidina Ali berada dalam sebuah kamar yang penuh kezuhudan dalam urusan dunia, yaitu kamar yang penuh kewaraan, sebuah kamar yang diliputi sifat sabar.
Yang mana Sayyidah Fatimah tidak pernah merasa letih lisannya untuk berdzikir, malamnya dihiasi dengan Qiyamul Lail, dan siangnya dihiasi dengan puasa.
Begitu juga Sayyidina Ali mujahadahnya tidak kalah dengan Sayyidatuna Fatimah. Yang mana beliau seorang yang ahli ibadah dan mujahadah, yang tidak pernah merasa lelah dalam menjalankan ketaatan dan jihad fi sabilillah.
Di rumah yang sangat sederhana ini, mereka pun terbiasa tertimpa bermacam-macam musibah, mulai dari kefakiran sampai kesusahan. .
Suatu saat ketika Sayyidina Ali datang, beliau melihat tangan sang putri Rasulillah terasa kasar, dan tampak di pundaknya bekas hitam, karena kesehariannya memikul air. Sayyidatuna Fatimah telah bekerja hingga letih, keringatnya pun bercucuran dari tubuhnya.
Melihat hal tersebut, Sayyidina Ali berkata “Wahai putri Rasulillah, sesungguhnya ayahmu telah mendapat bagian dari rampasan perang, tidakkah engkau pergi dan meminta kepada ayahmu seorang pembantu?”
Sayyidatuna Fatimah menjawab “Wahai suamiku, sesungguhnya aku sangat malu untuk mengatakan hal itu.”

Sayyidina Ali berkata “Pergilah dan kabarkan pada ayahmu.”
Kemudian Sayyidatuna Fatimah pergi, akan tetapi ia tidak menemukan ayahnya, maka ia mengabarkan kepada Sayyidah Aisyah. Maka Aisyah pun menyampaikan kabar tersebut pada Rasulullah
Ketika menjelang malam, setelah mendengar kabar dari Sayyidah Aisyah, maka Rasulullah pun bergegas menuju kamar Sayyidatuna Fatimah, dan masuk ke dalamnya. Sedangkan Sayyidina Ali dan Fatimah berbaring dan tertutup dalam selimut.
Dengan sebuah selimut yang mana jika menutup kepala mereka, maka kaki mereka terbuka, dan jika digunakan menutup kaki mereka, maka kepala mereka terbuka.
Ketika mereka mengetahui Rasulullah telah masuk, mereka berdua berusaha bangun untuk menyambut Raasulullah.
Maka Nabi ﷺ berkata: “Jangan bangun, tetaplah kalian berada ditempat kalian.”
Maka Rasulullah memasukkan kedua kakinya kedalam selimut tersebut. Sayyidina Ali berkata :“Sehingga aku rasakan dingin kaki Rasulullah diperutku.”

Nabi ﷺ bertanya: “Apa yang ingin kalian sampaikan?”

Maka Sayyidatuna Fatimah terdiam dan tersipu malu.
Kemudian Sayyidina Ali berkata “Aku yang akan menjelaskannya wahai Rasulullah. Sesungguhnya putri enkau Fatimah telah lama menahan letih dan capek karena pekerjaan yang ada di rumah. Setiap hari ia menggiling gandum sehingga tangannya tampak kasar.
Dan setiap hari ia memikul air sehingga tampak bekas hitam di pundaknya, dan dadanya terasa sesak dan sakit. Dan dia telah tertimpa banyak sekali kesulitan.”

Sayyidina Ali terus mengadu kepada Rasulullah atas apa2 yg telah menimpa istrinya, yg mana beliau adalah putri Rasulullah
Maka Nabi ﷺ. menjawab: “Tidak. Demi Allah, aku tidak akan memberikan pada kalian berdua sedang aku meninggalkan orang-orang yang berada di masjid (Ahlus Suffah), dan orang-orang fakir dari kaum muslimin sedang berada dalam kelaparan.”
Rasulullah ﷺ lebih memilih kelaparan bagi keluarganya dari pada para sahabatnya, dan para muslimin yang berada dalam kelaparan.

Kemudian Nabi ﷺ berkata :“Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang mana lebih baik dari pada seorang pembantu..?”
Maka mereka berdua menjawab “Tentu Ya Rosulullah.”..

Maka Rasulullah berkata :”Jika kau hendak menuju tempat tidur maka bertasbihlah 33 kali, dan bertahmidlah 33 kali, dan bertakbirlah 34 kali, karena itu lebih baik dari seorang pembantu.”
Sayyidina Ali berkata “Demi Allah aku tidak pernah meninggalkannya sama sekali.”

Salah satu sahabat bertanya apakah kau tidak pernah meninggalkannya walaupun di hari siffin, yaitu hari terjadinya fitnah dan cobaan yang sangat besar?”
Sayyidina Ali menjawab “Aku tidak pernah meninggalkannya walaupun di hari siffin karena itu adalah wasiat dari Rasulullah”
Dan yang perlu kita ingatkan kepada teman-teman tercinta dan juga para wanita serta para muslimin dan muslimat, bahwasannya wasiat yang telah diwasiatkan Rasulullah ﷺ kepada putrinya Fatimah itu adalah sebaik-baiknya wasiat.
Maka seharusnya bagi seorang muslim dan muslimah sangat menjaga dan memperhatikan wasiat ini karena di dalamnya terdapat kunci-kunci, kebaikan karena ini adalah sebuah wasiat dari seorang kekasih kepada orang yang dikasihinya.. .
Yaitu wasiat Al-Musthafa kepada Zahra Al-Batul. Yang mana Rasulullah tdk pernah mencintai seorangpun seperti cintanya kepada Fatimah. Dan wasiat tersebut juga ditujukan kepada Ali bin Abi Thalib suami Fatimah, yg mana Sayyidina Ali adalah manusia paling mulia di sisi Rasulullah.
Maka seharusnya bagi seorang muslim untuk menjaga bacaan tasbih ini. Yang mana tidak membutuhkan waktu lebih dari setengah menit untuk membaca:

33 kali Subhanallah

33 kali Alhamdulillah

34 kali Allahu Akbar
Yang kemudian ditutup dengan kalimat ”Lailahaillallah, Wahdahu La Syarikalah, Lahulmulku wa Lahul hamdu, wa hua ‘alakulli syain Qodir”
Yang mana barang siapa membacanya maka Allah akan memberikan penolong atasnya secara batin, dan memberikannya sebuah kekuatan, dan kesehatan serta sebuah ‘afiah. Yang mana semua itu lebih baik dari pada seorang pembantu, karena itu semua adalah pertolongan dari Allah SWT.
Setelah beberapa waktu, Sayyidatuna Fatimah dan Sayyidina Ali kembali mengalami kelaparan yang sangat luar biasa. Yang mana mereka berdua selalu melalui hari-hari mereka dengan tanpa makanan, begitu juga halnya dengan anak-anak mereka.
Ketika mereka mengetahui bahwa Rasulullah ﷺ mendapatkan bagian dari hasil rampasan perang dan juga banyak mendapat hewan-hewan ternak, maka Sayyidina Ali berkata kepada Fatimah, ”Berangkatlah kepada ayahmu dan mintalah bagian pada Rasulullah, siapa tahu ayahmu akan memberimu?”
Maka Sayyidatuna Fatimah pergi karena taat atas perintah suaminya, Fatimah menuju rumah sang ayah. Ketika sampai,Sayyidatuna Fatimah berkata “Wahai ayahku, kami telah tertimpa kesusahan dan kelaparan, sudikah engkau memberikan sesuatu kepada kami?”
Rasulullah ﷺ Saw. menjawab “Wahai putriku, maukah engkau aku berikan lima kalimat yang mana baru saja Jibril mengajarkannya kepadaku, sebagai ganti lima domba yang kau pinta.”

Sayyidatuna Fatimah berkata “Wahai ayahku, aku lebih memilih kalimat tersebut.”
Subhanallah, kita lihat inilah Fatimah yang terdidik di rumah Rasulullah, bagaimana fatimah memilih.

Yang mana Rasulullah memberikan pilihan kepada Sayyidatuna Fatimah, “Apakah engkau memilih lima ekor kambing, atau aku akan mengajarkanmu lima kalimat?”
Fatimah berkata “Wahai ayahku, kalimat yang akan kau ajarkan kepadaku lebih baik dari pada makanan yang akan kau berikan kepadaku.”

Rasulullah tersenyum dengan gembira dan berkata : wahai fatimah “Katakanlah :
1) Ya Awwalal awwalin

2) Ya Akhiral akhirin

3) Ya Dzalquatil matiin

4) Ya Rahimal masakin

5) Ya Arhamarrahimin

Wahai Fatimah, ketahuilah sesungguhnya lima kalimat ini lebih baik bagimu.”
Maka Sayyidatuna Fatimah pergi dengan perasaan gembira, ketika Sayyidina Ali melihat Sayyidatuna Fatimah tidak membwa sesuatu, Sayyidina Ali berkta ”Wahai istriku, apa yang telah ayahmu katakan kepadamu?”
Sayyidatuna Fatimah berkata :“Wahai suamiku, aku telah pergi dengan tujuan dunia dan aku kembali kepadamu dengan membawa akhirat. Aku telah pergi untuk menginginkan sesuatu dari dunia dan aku kembali kepadamu membawa akhirat.”
Maka Sayyidatuna Fatimah pun mengajarkan kepada suaminya kalimat yang baru saja diajarkan oleh Rasulullah. Yang mana kalimat tersebut termasuk dari doa yang selalu dibaca oleh mereka.
Di satu kesempatan yang lain, mereka meminta kepada Rasulullah sebagian dari hajat mereka, maka Rasulullah kembali mengajarkan kepada Fatimah agar membaca doa ini:
اللهم رب السماوات السبع ورب العرش العظيم، ربنا ورب كل شيء، منزل التوراة والإنجيل والفرقان، فالق الحب والنوى, أعوذ بك من شر كل شيء أنت آخذ بناصيته، أنت الأول فليس مثل شيء، وأنت الآخر فليس بعدك شيء، وأنت الظاهر فليس فوقك شيء، اقضِ عنا الدين، وأغننا من الفقر.
Allahhumma Rubbussamawatis sab’i wa Rubbul ‘arsyil ‘adhim, Rabbunaa wa Rabbu kullisyai, munzilu Taurat wal Injil wal Qur’an, faaliqil habbi wannawa. A’udzubika min syarri kulli syai’ wa anta akhidun binashiyatihi, antal awwal falaisa mitslu syai’ wa Anta akhiru falaisa ba’daka
syai’ wa antad dhahiru falaisa fauqoka syai’. Aqdhi anni dain wa aqnini minal faqri.

Inilah lafaz doa yang telah diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi..
Sebagaimana telah kita sebutkan pada kalian, yaitu seyogyanya kita selalu menjaga wasiat ini yang telah di wasiatkan oleh Rasulullah Saw. pada putrinya Fatimah. Yang mana itu adalah wasiat yang agung. Jangan sampai seorang muslim melalaikan atau bahkan meninggalkannya.
Seharusnya, diri kita masing-masing selalu menjaganya. Yang mana pasti kita akan menemukan barokahnya di dunia, serta yang lebih agung nantinya diakhirat, Insya Allahu Ta’ala.
Setelah pernikahan SayyidatunaFatimah dengan Sayyidina Ali, Rasulullah setiap hari melewati rumah Fatimah, dan berkata:
“Shalat, shalat wahai Ahli Bait.” .
Serta membacakan ayat al ahzab ayat 33 (Innama yuridullaha liyudhiba ankum rijzsa ahlal baiti wayuthohhirukum tadhira)

Beginilah keseharian Rasulullah yang penuh perhatian pada putrinya.

Suatu hari terjadi suatu keadaan yang sangat menakjubkan dan indah.
Ketika itu Sayydina Ali dalam keadaan yang sangat amat letih. Ketika itu datang Rasulullah serta berseru “Shalat, shalat wahai ahlil bait” dan membacakan ayat (Innama yuridullah li yudzhiba ankum..) dengan tujuan ingin membangunkan Sayyidina Ali.
Mendengar suara Nabi ﷺ dengan segera Sayyidina Ali bangkit dan duduk seraya berkata “Demi Allah tidak kita shalat kecuali apa yang telah ditentukan kepada kita, karena diri kita di tangan Allah, jika Allah mengkehendaki kita bangun maka kita akan bangun.”
Mendengar hal tersebut, Rasulullah kembali dan memukulkan tangannya pada pahanya. Serta mengulang-ulangi kata-kata Sayyidina Ali dalam keadaan tersenyum.
“Tidaklah kita shalat kecuali apa yang telah ditentukan kepada kita, tidaklah kita solat kecuali apa yang telah ditentu kepada kita.” Kemudian Nabi Saw. membaca ayat (wakanal insanu aksaro syai in jadala {Kahfi:54}).. .
Kebiasaan Rasullah. jika ingin berpergian akhir rumah yang dituju adalah rumah Fatimah. Mengucapkan salam perpisahan kepada isteri-isterinya, kemudian mendatangi rumah Fatimah dan duduk di dalamnya. Kemudian melakukan perjalanannya.
Kebiasaan para sahabat jika melihat Nabi ﷺ masuk ke rumah Fatimah, mereka menunggu ingin melihat keadaan Rasulullah ketika keluar dari rumah tersebut. Mereka semua tahu, jika Rasulullah masuk ke rumah Fatimah, selalu keluar dalam keadaan yang menakjubkan.
Setiap kali masuk kerumah Fatimah, Rasulullah selalu memiliki gerak gerik yang sulit di gambarkan karena kegembiraannya. Nabi ﷺ Saw. selalu keluar dalam wajah yang penuh kegembiraan dan cahaya, karena rumah tersebut adalah rumah yang dipenuhi rasa cinta,
rumah yang penuh kasih sayang ,rumah ketenangan, rumah yang menjadi tempat bagi Nabi ﷺ untuk menenangkan dirinya, terlebih-lebih ketika terlahir Hasan dan Husain..
Yang mana Kedua bayi tersebut yaitu hasan dan husain telah memenuhi keseharian Nabi ﷺ juga membuat beliau merasa tenang. Nabi ﷺ sangat senang dengan keberadaan mereka berdua serta bermain-main dengan mereka.
Setiap Nabi datang ke rumah Fatimah, Nabi menghampiri Fatimah sejenak, kemudian Nabi bermain dengan kedua bayi tersebut, serta meletakan di atas dadanya, dan menaikkan di atas punggungnya, sedang Fatimah menyapu, membereskan rumah, dan Rasulullah melirik fatimah dgn penuh rahmat.
Suatu hari Nabi ﷺ kembali dari kepergian atau peperangan, seperti biasa jika datang, pertama tempat yang dituju setelah masjid adalah rumah putrinya, Fatimah. Kemudian setelah itu pergi kerumah isteri-isteri beliau.
Rumah Fatimah adalah yang terakhir yang beliau tuju jika beliau mau bepergian, dan rumah pertama yang dimasuki jika datang dari berpergian.

Suatu hari Rasulullah datang dari berpergian, beliau masuk ke masjid, sholat, kemudian langsung kerumah Fatimah.
Ketika masuk ke rumah Fatimah, ia menangis melihat keadaan ayahnya yang tampak letih dan lelah, serta tubuhnya dipenuhi debu bekas perjalanan jauh. Maka Fatimah dalam keadaan menangis bergegas membersihkan debu di wajah ayahnya. Fatimah menangis, menangis, dan terus menangis.
Melihat hal tersebut, Rasulullah berkata, ”Jangan kau bersedih wahai putriku, jangan bersedih, karena Allah akan menampakkan agama ini.”

Maka Nabi ﷺ mengusap titisan air mata, dan meredakan tangisan putrinya.
Ini semua karena cintanya Fatimah pada ayahnya, tidak mampu melihat ayahnya dalam keadaan ini. Fatimah tahu siapakah ayahnya. Akan tetapi, Nabi ﷺ tidak pernah meninggalkan usahanya, kelapangannya, serta kemampuannya kecuali dipergunakan di jalan Allah dan demi kejayaan agama ini
Kamar Sayyidina Ali dan sayyidatuna fatimah agak jauh dari kamar Rasulullah, dalam satu sisi Rasulullah sangat senang jika kamar Fatimah dekat degannya, karena Rasulullah sangat senang keluar masuk rumah Fatimah.
Rasulullah setiap kali menikah memperluas kamarnya, sedang kamar seseorang yang paling dekat dengan kamar-kamar Rasulullah adalah kamar sahabat anshar, yaitu Haritsa bin Nu’man.
Suatu ketika Sayyidatuna Fatimah mendatangi ayahnya dan berkata, ”Wahai Rasulullah, tidakkah engkau bicara pada Haritsa dan meminta darinya agar membagikan pada kita sebagian dari kamarnya?”.

Rasulullah menjawab “Wahai putriku, demi Allah saya sangat malu untuk melakukannya.”
Allahu Akbar..

Kita lihat Rasulullah malu dengan para sahabat yang selalu siap setiap saat berkorban bukan hanya harta atau rumah mereka, akan tetapi segala jiwa raga bahkan ruh mereka demi Rasullah..
Rasulullah ﷺ berkata “Saya malu wahai putriku karena ia telah membagi sebagian rumahnya untukku.”

Maka Nabipun tidak membicarakan hal tersebut pada Haritsa.
Ketika sampai kabar tersebut kepada Haritsa bin Nu’man, maka segera Haritsa bergegas dan berlari menuju rumah Rosulullah seraya berkata:
“Wahai Rasul Allah, sesungguhnya telah sampai kabar kepadaku bahwa engkau ingin memindah putrimu Fathimah dekat denganmu dan rumahku yg paling dekatnya rumah di antara Bani Najjar denganmu. Wahai Rosul Allah, ketahuilah. Sesungguhnya aku serta hartaku milik Allah dan Rosul-Nya.!”
Haritsa berkata,”Wahai Rosul Allah.. Demi Allah, harta yang kau ambil dariku lebih aku cintai daripada yang kau tinggalkan padaku. Jika engkau ambil dariku sesuatu, Demi Allah itu lebih aku senangi Dan cintai…!”
Melihat kuatnya cinta yang ada di hati Haritsa, maka Rasulullah menjawab: “Apa yang engkau katakan adalah benar”

Maka Rosulullah gembira melihat ketulusan cinta yang ada pada Haritsa kepada Allah dan Rosul-Nya seraya mendoakan dengan doa yang sangat banyak.
Haritsa pun memberikan sebagian kamarnya dan Rasulullah menjadikannya tempat tinggal putrinya, Fathimah dan suaminya Ali bin. Yang mana kamar Sayyidatuna Fathimah kira-kira berukuran 2,5×2 meter persegi, semuanya tidak sampai 5 meter sedang tingginya kira-kira mendekati 2meter.
Sampai-sampai sebagian Tabi’in berkata, “Aku masuk kamar Rosul Allah dan ku angkat tanganku maka dapatku sentuh atap rumah Rosul Allah SAW.”
Beginilah bentuk rumah Rasulullah dan rumah Sayyidatuna Fathimah rumah yang kecil ini yang menjadi tempat RosulAllah keluar masuk dan tempat bermain-main dengan cucunya.
Ketika Allah SWT memberikan pertolongan dalam perang Badar kepada Rasulullah dan kaum muslimin, maka Rasul dan para sahabat kembali menuju Madinah dalam keadaan penuh kegembiraan.
Akan tetapi, Subhanallah…! !! Dunia ini bukanlah tempat tinggal Nabi Muhammad ﷺ ataupun keluarga Nabi ﷺ yang mana Ruqoyyah, istri Sayyidina ‘Utsman dalam keadaan sakit keras bahkan Sayyidina ‘Utsman tidak dapat menghadiri perang Badar karena merawat Ruqoyyah bintu Muhammad ﷺ
Ketika pulang Rasulullah dari Perang Badar yang penuh dengan pertolongan Allah SWT ternyata datang kabar yang sangat mengagetkan bahwa Ruqoyyah telah kembali ke Rahmatullah. Banyak para wanita menangis atas kepergian Ruqoyyah.
Sampai-sampai Sayyidina ‘Umar bin Khattab berdiri dan berteriak mencegah para wanita agar tidak menangis

maka Rosul Allah SAW berkata kepada Sayyidina ‘Umar:

“Biarkan mereka, selagi mereka menangis dengan tangisan yang tidak menyerupai tangisan Syaithon.”.
Jenazah Rugoyyah telah di masukkan ke dalam liang lahat, Rasulullah berdiri di tepi liang lahat dan di sampingnya Fathimah sedang menangis. Beliau mengambil tepi bajunya dan mengusap air mata sang putri yang sangat sedih karena di tinggal sang kakak
yg mana ditahun lalu di tinggal sang bunda dan sekarang kehilangan kakak yg ia cintai dan setelah ini Fathimah akan kehilangan, kehilangan dan kehilangan. Walaupun terasa berat hati, melepas tapi Rosulullah tetap sabar dan mengajarkan kepada Fathimah tentang arti sebuah kesabaran
Setelah 6 bulan perginya Ruqoyyah, Nabi menikahkan Sayyidina ‘Ustman dengan Ummu Kultsum, yang mana Ummu Kultsum menggantikan peran Ruqoyyah dan selalu terlintas di benaknya gambaran Ruqoyyah.
Rasulullah sangat mencintai Sayyidina ‘Utsman bahkan Beliau SAW bersabda, “Jika aku memiliki putri ketiga maka aku akan nikahkan dengan ‘Utsman.”
Ini semua krn cintanya Nabi kepada Sayyidina Utsman

Karena hal tersebut Sayyidina Utsman memiliki dua cahaya, sebab Utsman menjadi suami dari dua putri Nabi. Karena putri Beliau ﷺ adalah sebuah cahaya oleh krn itu Sayyidina Utsman di juluki ”Dzunnurain, si pemilik dua cahaya.”
Beginilah keadaan dalam rumah tangga Rasulullah dan Sayyidatuna Fathimah penuh perjuangan dan ketabahan.

Peperangan Uhud telah di depan mata. Di peperangan kali ini Sayyidatuna Fathimah juga turut ikut serta bersama sang ayah.
Dalam peperangan tersebut terjadi perpecahan di barisan muslimin. Keadaannya sangat memperihatinkan , pertahanan muslimin menjadi kacau balau, semua orang kafir mulai menujukan pandangan dan serangannya kepada Nabi ﷺ
Keadaan semakin gawat, Nabi tetap bertahan, menepis serangan yang bertubi-tubi sehingga tanpa di sadari Nabi ﷺ terpeleset ke dalam lubang. Tubuh beliau ﷺ luka-luka dan letih, tiba-tiba orang paling celaka Ibnu Gom’ah memanfaatkan kesempatan tersebut dan melemparnya dengan batu
Lemparan batu tersebut menyebabkan kening Beliau ﷺ yang sangat mulia terluka. Kening yang telah menembus langit, pecah akibat kerasnya hantaman serta menyebabkan gigi geraham Beliau ﷺ patah. Topi baju perang Beliau yang terbuat dari besi,
menusuk pipi beliau yang menyebabkan darah keluar dengan derasnya dari wajah indah beliau, melihat keadaan yang sangat memilukan tersebut dengan segera Malik bin Sinan menghisap darah dari wajah Nabi yang telah berlumuran darah. Akan tetapi, darah di wajah beliau tetap mengalir,
maka para sahabat mendukung Rosulullah naik ke gunung Uhud.

Sayyidatuna Fathimah yang juga ikut serta dalam peperangan kali ini, terkadang ikut serta dalam peperangan di jalan Allah beserta ayahnya juga suaminya membantu dalam mengobati orang yang luka-luka, minuman dan makanan.
Ketika para sahabat membawa Rasulullah ke tempat Fathimah dalam keadaan luka-luka dan wajah yang berlumuran darah.

Melihat keadaan Sang Ayah Sayyidatuna Fathimah menangis.
Keluar dari wajah yang paling bercahaya, wajah yang paling agung di sisi Allah, yaitu wajah yang telah Allah sebutkan dalam al-Qur’an,

Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. (al-Baqa rah:144)
Wajah yang mulia inilah yang karenanya Allah menjadikan Ka’bah sebagai qiblat bagi kaum muslimin yang mana tidak ada wajah yang semulia dan seagung wajah Beliau ﷺ Wajah yang lebih indah dari bulan purnama, wajah yang sangat agung dan mulia.
Wajah yang dapat menghilangkan segala kesumpekan bagi yang memandangnya. Yang mana memandangnya adalah sesuatu yang sangat amat ni’mat dan indah bagi para sahabat. Kini, wajah yang sangat itu mengalirkan darah dari dahi, pipinya juga dari giginya.
Ketika di bawa ke atas gunung yang merawat dan yang mengobati Nabi ﷺ adalah Sayyidatuna Fathimah.

Sayyidatuna Fathimah dengan segera mencuci wajah sang ayah dengan air, akan tetapi setiap kali selesai mencucinya darah dari wajah Sang Nabi ﷺ tetap mengalir.
Kemudian Sayyidatuna Fathimah mengambil sedikit potongan tikar lalu membakarnya kemudian mengambil abunya dan meletakkan di tempat keluarnya darah. Abu tersebut menjadikan darah di wajah Rasulullah sedikit demi sedikit berhenti.
Di samping itu Sayyidatuna Fathimah tetap menangis karena rasa kasih sayangnya terhadap Sang Ayah.

Suatu hari seperti biasanya, Rosulullah selalu keluar masuk ke rumah Fathimah tapi kali ini, Rasul merasakan keganjalan di rumah Fathimah.
Rasulullah tahu bahwa telah terjadi selisih paham antara Fathimah dgn suaminya.

Nabi sangat senang mendamaikan mrk berdua. Maka Nabipun memanggil mrk berdua seraya menarik tangan ‘Ali dan meletakkannya di perut dan mengambil tangan Fathimah untuk di letakkan di perut Beliau ﷺ
Rasulullah menahan tangan mereka berdua sampai hilang pertikaian mereka dan kembali damai.

Perselisihan faham seperti ini adalah hal yang wajar terjadi pada manusia, akan tetapi selagi rasa cinta dan menghormati masih ada maka perselisihan tersebut pasti akan cepat reda,
terlebih lagi jika timbul perselisihan yang terjadi di lingkupan rumah tangga yang penuh di selimuti rasa Taqwa dan ketaatan.
Suatu hari, Nabi ﷺ mendengar bahwa telah terjadi selisih faham antara suami istri yang mulia ini. Maka, Nabi ﷺ dengan segera bergegas dengan cepatnya menuju rumah Sayyidatuna Fathimah dengan wajah kerisauan.
Para sahabat heran melihat atas apa yang terjadi sehingga membuat bekas di wajah Rasulullah. Beliau pun masuk ke rumah mereka berdua, berdiam lama di rumah Fathimah. Para sahabat pun menunggu Nabi ﷺ dengan perasaan risau.
Tak lama kemudian, Nabi keluar dari rumah Fathimah dengan wajah yang berseri-seri dan nampak guratan kebahagiaan di wajah Sang Nabi ﷺ .

Melihat hal tersebut, sebahagian sahabat bertanya atas keadaan yang mengherankan tersebut..!
Nabiﷺ menjawab, “Bagaimana aku tidak gembira, karena aku telah mendamaikan antara dua orang yang paling aku cintai…”

Sekali waktu Rasulullah mendatangi rumah Fathimah dan melihat ada perubahan di wajah sang putri tercinta. Maka Nabiﷺ bertanya:

”Wahai Fathimah, mana suamimu.?
Fathimah menjawab, “Aku tak tahu..”

Nabi berkata, “Apakah telah terjadi sesuatu di antara kalian berdua….?”

Fathimah menjawab, “Wahai ayah, ‘Ali telah berlaku begini dan begini..!” Sayyidatuna Fathimah terus mengadu.
Maka Nabi mencari Sayyidina ‘Ali dan akhirnya menemukan di masjid dalam keadaan tidur.

Nampaknya, Sayyidina ‘Ali keluar dari rumah untuk menjauhi pertikaian dengan Sayyidatuna Fathimah, meredakan masalah kemudian kembali.
Rasulullah menemukan Sayyidina ‘Ali sedang tidur dan tubuhnya di penuhi debu karena hembusan angin, maka Nabi menggerak-gerak kan Sayyidina ‘Ali dengan kakinya dan berkata:

“Bangun..! Bangun…! Wahai Aba Turob (bapaknya debu). Bangun wahai Aba Turob…!!!”
Maka Sayyidina ‘Ali bangun dan Nabi ﷺ menggandeng tangan Sayyidina ‘Ali, membawanya kembali ke rumah Sayyidatuna Fathimah lalu mendamaikan mereka berdua, Sayyidina’Ali berkata, “Demi Allah setelah hari ini aku tidak akan membuatmu marah selamanya, Wahai Fathimah…”
Beginilah kehidupan rumah tangga mereka berdua Sayyidina Ali berlemah lembut dgn Sayyidah Fathimah dan begitu halnya dengan Fathimah kepada sang suami. Sampai-sampai suatu hari ketika melihat Fathimah memakai siwak sebelum sholat, Ali mencandai dgn senyuman dan melantunkan syair,
حظيتَ يا عودَ الأراكِ بثَغرها *** أما خفتِ يا عودَ الأراكِ أراكَ .

لو كنتَ من أهلِ القتالِ قَتَلتُك *** ما فـازَ مِنِّـي يا سِواكُ سِواك

“Beruntung sekali engkau wahai kayu siwak, telah menyentuh gusinya..

Apakah kau tidak takut wahai siwak, karena aku telah melihatmu…
Kalau sampai engkau mungkin untuk dibunuh, pasti ku bunuh engkau…

Ketahuilah wahai siwak, tidak ada yang selamat dari aku selain engkau….”
Beginilah keseharian rumah tangga Sayyidina ‘Ali dalam berbagi kasih dengan istri tercinta.

Selang waktu setelah berlangsungnya pernikahan yang harmonis tesebut yang kira-kira mencapai setahun tepatnya di pertengahan Ramadhan di tahun ke-3 setelah hijrah
Sayyidatuna Fathimah mendapat anugerah bayi laki-laki yang mana wajah sang bayi adalah paling miripnya dengan wajah Nabi setelah ibunya.

Kabarpun sampai kepada Nabi maka dengan segera beliau mendatangi, menggendong sang bayi.
Kemudian, beliau mengumandangkan lafadz Adzan di telinga kanan dan Iqomat di telinga kiri.

Nabi mengusap seluruh tubuh sang bayi dan mendoakannya seraya berkata kpd Sayyidina Ali

“Akan kau beri nama siapa wahai ‘Ali..?”

Ali menjawab, “Ku beri nama Harb (si jago / wira perang)”
Rasulullah berkata, “Bukan, tapi namanya Hasan, wahai ‘Ali…”

Maka Nabi ﷺ memberinya nama Hasan.

Tidaklah berlalu setahun kecuali telah dilahirkan Husain. Yang mana kedua bayi tersebut adalah jantung hati Rosulullah dan penggembiranya. .
Sayyidatuna Fathimah pun semakin gembira dan bahagia karena dengan berkah hadirnya dua bayi tersebut, semakin sering mengundang kehadiran dan semakin membuat gembira serta bahagia sang Ayah Rasulullah.
Terkadang Rosulullah ketika masuk ke rumah Fathimah dan berebahan, Sayyidina Hasan menaiki dada Rasulullah dan Sayyidina Husain menaiki punggung Beliau. Kedua bayi tersebut bermain-main di tubuh Rasulullah dan Nabi pun juga bermain dengan sang jantung hati. .
Bahkan terkadang ketika Nabi sedang menggendongnya, masuk Anas bin Malik (pembantu Nabi SAW) menemukan Rasulullah sedang berjalan menggunakan kedua lutut dan kedua tangannya sedang Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husain berada di punggung Nabi
Melihat hal ini Anas berkata, “Wahai Hasan dan Husain, alangkah agungnya kenderaan kalian…”

Nabi berkata, “Sebaik-baik penunggang adalah mereka berdua..”
Suatu hari masuk Sayyidina Anas ke rumah Fathimah yang mana Sayyidina Anas pada waktu itu masih kecil. Ketika masuk, melihat Rasulullah dan Sayyidina Ali sedang tidur sedangkan Sayyidatuna Fathimah membersihkan rumah

Sayyidina Hasan dan Husain sedang bermain-main.
Kemudian Rasulullah berkata: “Wahai Anas, aku dan ini (mengisyaratkan kepada Sayyidatuna Fathimah) dan orang yang tidur ini (Sayyidina Ali) serta dua anak ini (Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husain) nanti di akhirat berada di tempat yang sama.”
Mereka inilah yang di sebut dengan “Ahlul Kisa’ ” yang telah di selimuti oleh Rasulullah dengan surban (kisa’) Beliau ﷺ
Mudah-mudahan Allah menjadikan kita semua termasuk dalam lingkupan kebahagiaan ini dan di catat sebagai orang-orang yang akan singgah di telaga Rasulullah dan mendapatkan syafaat beliau ﷺ
Amin ya Raab🤲🏿

Jazakumullahu khair🙏🏿😍

Semoga bermanfaat 🌹

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Sayid Machmoed BSA

Sayid Machmoed BSA Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @sayidmachmoed

6 Feb
Izin saya menambahkan, Gus ku🙏🏿😍

Faedah penting bagi kita di musim hujan:

Diriwayatkan bahwasanya Nabi Muhammad SAW bersabda :
"Jibril mengajariku sebuah obat dengannya saya tidak lagi butuh pada obat lain dan dokter".
Kemudian Abu Bakr, Umar, Utsman dan Ali, bertanya :
"Apa itu, wahai Rasulullah? Sesungguhnya kami membutuhkan obat tersebut".

Lalu Nabi Muhammad SAW bersabda :
"Ambillah air hujan secukupnya, dan bacakanlah atasnya surat Al-Fatihah, Al-Ikhlash, Al-Falaq, An-Naas, dan ayat Al-Kursiy. Masing-masing dibaca sebanyak 70 kali. Diminum pagi dan sore selama 7 hari.
Demi Dzat yang telah mengutusku dengan hak sebagai seorang Nabi,
Read 6 tweets
5 Feb
Syeikh Dr. Yusri Rusydi hafidzohullah pernah berkata:

Di dalam pendapat imam syafii, siapa saja yang menjumpai org kafir mau masuk islam maka ia tdk boleh menunda meskipun sesaat

Bahkan kata beliau imam syafii kalau ada orang mau masuk islam di waktu khotib lagi khutbah jumat -
maka wajib bagi khotib menunda khutbah jumatnya

Karena kalau dia berkata tunggu sampe selesaj jumat, tandanya ia ridho dengan kekufuran walau sesaat, dan keridhoan atas kekufuran merupakan bentuk kekufuran
Dan tidak sah jamaah yang sholat di belakang khotib itu, karena ia telah kafir (seandainya ia menunda orang yang mau masuk islam)

Urusan acara itu urusan lain, khawatir yang niat mau masuk islam ini belum mengucapkan syahadat tau-tau meninggal gimana?
Read 4 tweets
4 Feb
Manaqib Sayyidah Fathimah radhiyallahu ‘anhu

Bagian ke 3

Fatimah & Ummu Kultsum tdk mengetahui keadaan saudarinya itu. Hari-hari pun berlalu sampai datang peristiwa perang Badar yg mana di dalamnya terdapat sebuah pertolongan/kemenangan dari Allah atas Rasul-Nya & kaum muslimin
Mereka mendapat banyak tawanan orang kafir, ternyata salah satu dari tawanan tersebut adalah Abul Ash bin Robi’ suami Zainab, dan Rasulullah tetap menegakkan perintah Allah.
Sebagian besar penduduk Mekkah mengirim sejumlah harta untuk menebus keluarga yang jadi tawanan, Zainab pun juga mengirimkan melalui Amr bin Robi’, saudara suaminya sebuah bungkusan kotak kecil dan berkata “Berikan ini kepada ayahku dan katakan Zainab ingin menebus suaminya..”
Read 46 tweets
4 Feb
Jauh sebelum itu KH Hasyim Asy’ari sudah mewanti-wanti untuk menjauhi sifat fanatik dalan bermazhab. Itu beliau tuangkan di dalam kitab:

📚Mawa’idz, hal. 33 dalam kompilasi kitab Hasyim Asy’ari, Irsyadu al-Sariy fi Jam’i Mushannafati al-Syaikh Hasyim Asy’ari

Sebagai berikut
KH. Hasyim Asy’ari dikenal sebagai seorang ulama yg sangat toleran terhadap perbedaan mazhab. Meski beliau termasuk pendiri Nahdatul Ulama yg dikenal banyak mengambil pendapat Imam Syafi’i namun dgn tegas ia menyeru para ulama NU menjauhi sifat fanatik buta terhadap satu mazhab.
Mengenai hal ini beliau menulis: “Wahai para ulama yang fanatik terhadap madzhab-madzhab atau terhadap suatu pendapat, tinggalkanlah kefanatikanmu terhadap urusan furu’ (cabang agama), dimana para ulama telah memiliki dua pendapat atau lebih yaitu;
Read 8 tweets
3 Feb
Manaqib Sayyidah Fathimah radhiyallâhu ‘anhu

Bagian ke 2

Mereka sepakat untuk menulis perjanjian yang berisikan kesepakatan untuk memboikot Rasulullah ﷺ dalam “Sye’eb/lembah Abdul Mutthalib” semuanya dari Bani Hasyim dan Bani Abdul Mutthalib baik yang muslim atau yang kafir
Dalam isi surat perjanjian itu mereka sepakat untuk memutuskan semua hubungan dengan mereka.

Tidak menikahi mereka, tidak jual beli dengan mereka, mencegah segala sebab-sebab masuknya rezeki kepada mereka,
tidak menerima perdamaian sampai Bani Abdul Mutthoalib menyerahkan Rasulullah ﷺ untuk dibunuh. Mereka menggantungkan surat perjanjian itu dalam Ka’bah. Bertambah parah keadaan Rasulullh ﷺ bersama Sayyidatuna Khadijah
Read 81 tweets
2 Feb
Hari ini 20 Jumadil akhir 1442 H hari kelahiran wanita suci

Saya akan berbagi kisah dalam beberapa bagian yg saya ambil dari Manaqib Sayidah Fatimah

Semoga setiap bait kata merawat luka dihati kita. Krn inilah penawarku, tanda diriku hidup

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Banyak riwayat yang menyebutkan keagungan Sayyidatina Fatimah binti Muhammad ﷺ

Di antaranya: Diriwayatkan oleh Miswar bin Makromah, Rasulullah ﷺ bersabda: “Fathimah adalah belahan jiwaku siapa yang membuatnya marah maka telah membuatku marah.”
Dalam riwayat lain, Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya puteriku Fathimah adalah bidadari yg suci tdk pernah haid”

Diberi nama Fathimah (dalam Bahasa Arab fathuma-yafthumu : memisah atau melepas) krn Allah melepas/meyelamatkan anak cucunya dan para pecintanya dari api neraka
Read 83 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!