KH. Hasyim Asy’ari dikenal sebagai seorang ulama yg sangat toleran terhadap perbedaan mazhab. Meski beliau termasuk pendiri Nahdatul Ulama yg dikenal banyak mengambil pendapat Imam Syafi’i namun dgn tegas ia menyeru para ulama NU menjauhi sifat fanatik buta terhadap satu mazhab.
Mengenai hal ini beliau menulis: “Wahai para ulama yang fanatik terhadap madzhab-madzhab atau terhadap suatu pendapat, tinggalkanlah kefanatikanmu terhadap urusan furu’ (cabang agama), dimana para ulama telah memiliki dua pendapat atau lebih yaitu;
setiap mujtahid itu benar dan pendapat satunya mengatakan mujtahid yang benar itu satu akan tetapi pendapat yang salah itu tetap diberi pahala. Tinggalkanlah fanatisme dan hindarilah jurang yang merusakkan ini (fanatisme).
Selama hidupnya, KH.Hasyim dikenal sebagai seorang ulama yang menyeru pentingnya persatuan umat Islam dengan meninggalkan fanatisme buta. Ia mendorong para ulama bersatu padu dan tidak terpecah-belah demi kejayaan agama Islam.
Dalam kitabnya Risalah Ahlu Sunnah wa al-Jama’ah, Kiai Hasyim mewanti-wanti para ulama agar bersikap santun terhadap mereka yang berbeda dalam masalah furuiyah.
Jika ditemukan amalan orang lain yang memiliki dalil-dalik mu’tabarah, akan tetapi berbeda dengan amalan Syafi’iyyah, mereka tidak boleh diperlakukan keras.
Hal ini dipertegas dalam Muktamar NU ke-XI pada 9 Juni 1936, “Janganlah perbedaan itu (perbedaan furu’) kalian jadikan sebab perpecahan, pertentangan, dan permusuhan
Semoga bermanfaat 🙏🏿🌹
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Dalam benak Rasulullah ingin Sayyidina Ali untuk membuka pembicaraan, dan Ali dalam keadaan malu yang sangat sehingga tak mampu meneruskan kata-katanya.
Maka keluarlah Sayyidina Ali, dan para sahabat telah menunggu di luar dan bertanya “Apa yang Rasulullah katakan padamu ?”
Sayyiduna Ali menjawab”Rasulullah ﷺ berkata: “marhaban wa ahlan ya Ali”
Syeikh Dr. Yusri Rusydi hafidzohullah pernah berkata:
Di dalam pendapat imam syafii, siapa saja yang menjumpai org kafir mau masuk islam maka ia tdk boleh menunda meskipun sesaat
Bahkan kata beliau imam syafii kalau ada orang mau masuk islam di waktu khotib lagi khutbah jumat -
maka wajib bagi khotib menunda khutbah jumatnya
Karena kalau dia berkata tunggu sampe selesaj jumat, tandanya ia ridho dengan kekufuran walau sesaat, dan keridhoan atas kekufuran merupakan bentuk kekufuran
Dan tidak sah jamaah yang sholat di belakang khotib itu, karena ia telah kafir (seandainya ia menunda orang yang mau masuk islam)
Urusan acara itu urusan lain, khawatir yang niat mau masuk islam ini belum mengucapkan syahadat tau-tau meninggal gimana?
Fatimah & Ummu Kultsum tdk mengetahui keadaan saudarinya itu. Hari-hari pun berlalu sampai datang peristiwa perang Badar yg mana di dalamnya terdapat sebuah pertolongan/kemenangan dari Allah atas Rasul-Nya & kaum muslimin
Mereka mendapat banyak tawanan orang kafir, ternyata salah satu dari tawanan tersebut adalah Abul Ash bin Robi’ suami Zainab, dan Rasulullah tetap menegakkan perintah Allah.
Sebagian besar penduduk Mekkah mengirim sejumlah harta untuk menebus keluarga yang jadi tawanan, Zainab pun juga mengirimkan melalui Amr bin Robi’, saudara suaminya sebuah bungkusan kotak kecil dan berkata “Berikan ini kepada ayahku dan katakan Zainab ingin menebus suaminya..”
Mereka sepakat untuk menulis perjanjian yang berisikan kesepakatan untuk memboikot Rasulullah ﷺ dalam “Sye’eb/lembah Abdul Mutthalib” semuanya dari Bani Hasyim dan Bani Abdul Mutthalib baik yang muslim atau yang kafir
Dalam isi surat perjanjian itu mereka sepakat untuk memutuskan semua hubungan dengan mereka.
Tidak menikahi mereka, tidak jual beli dengan mereka, mencegah segala sebab-sebab masuknya rezeki kepada mereka,
tidak menerima perdamaian sampai Bani Abdul Mutthoalib menyerahkan Rasulullah ﷺ untuk dibunuh. Mereka menggantungkan surat perjanjian itu dalam Ka’bah. Bertambah parah keadaan Rasulullh ﷺ bersama Sayyidatuna Khadijah
Hari ini 20 Jumadil akhir 1442 H hari kelahiran wanita suci
Saya akan berbagi kisah dalam beberapa bagian yg saya ambil dari Manaqib Sayidah Fatimah
Semoga setiap bait kata merawat luka dihati kita. Krn inilah penawarku, tanda diriku hidup
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Banyak riwayat yang menyebutkan keagungan Sayyidatina Fatimah binti Muhammad ﷺ
Di antaranya: Diriwayatkan oleh Miswar bin Makromah, Rasulullah ﷺ bersabda: “Fathimah adalah belahan jiwaku siapa yang membuatnya marah maka telah membuatku marah.”
Dalam riwayat lain, Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya puteriku Fathimah adalah bidadari yg suci tdk pernah haid”
Diberi nama Fathimah (dalam Bahasa Arab fathuma-yafthumu : memisah atau melepas) krn Allah melepas/meyelamatkan anak cucunya dan para pecintanya dari api neraka
Sangat mengesankan pada apa yang ditulis oleh Imam Baihaqi dalam kitab Manaqib Imam Syafii, bagaimana cara Imam Syafii, sebagai guru mengajar salah satu muridnya yang sangat lamban dalam memahami pelajaran, bahkan lahn dalam membaca Al Qur'an.
Sang Murid itu adalah Ar Rabi’ bin Sulaiman, murid paling lamaban. Berkali-kali diterangkan oleh sang guru Imam Syafii, tapi Robi’tak juga faham. Setelah menerangkan pelajaran, Imam Syafii bertanya,
“Rabi’ Sudah faham paham belum ?”
“Belum faham, ”jawab Rabi’.