Fatimah & Ummu Kultsum tdk mengetahui keadaan saudarinya itu. Hari-hari pun berlalu sampai datang peristiwa perang Badar yg mana di dalamnya terdapat sebuah pertolongan/kemenangan dari Allah atas Rasul-Nya & kaum muslimin
Mereka mendapat banyak tawanan orang kafir, ternyata salah satu dari tawanan tersebut adalah Abul Ash bin Robi’ suami Zainab, dan Rasulullah tetap menegakkan perintah Allah.
Sebagian besar penduduk Mekkah mengirim sejumlah harta untuk menebus keluarga yang jadi tawanan, Zainab pun juga mengirimkan melalui Amr bin Robi’, saudara suaminya sebuah bungkusan kotak kecil dan berkata “Berikan ini kepada ayahku dan katakan Zainab ingin menebus suaminya..”
Ketika Rasulullah ﷺ Saw. sedang duduk bersama sahabatnya, datanglah Amar bin Robi’ mendekatinya dan memberikan sebuah bungkusan . Maka Rasulullah ﷺ membukanya dan ternyata di dalam nya terapat sebuah kenangan, sebuah memori masa lalu,
yaitu sebuah kalung emas milik Sayyidah Khadijah binti Khuwailid yang diberikan kepada Zainab di malam pengantinnya.
Ketika Rasulullah ﷺ melihat kalung tersebut air mata beliau yang mulia tak terbendungkan lagi sehingga mengalir menjadi saksi rasa rindu yang ada dalam hati pada seorang isteri yang setia di setiap keadaan baik suka maupun duka, dan Rasulullah ﷺ pun terdiam.
Sehingga membuat semua para sahabat terdiam dan menundukkan kepala mereka karena merasa pilu
Sesungguhnya Rasulullah teringat Khadijah. Ini adalah kenang-kenangan yg indah, sebuah pengingat terhadap kekasih tercinta, yg mana kecintaan kpd Khadijah telah memenuhi hati Rasulullah
Rasulullah ﷺ membuka mata beliau yang penuh dengan linangan air mata seraya berkata kepada para sahabat: “Jika kalian ingin mengembalikan kalung tebusan nya dan membebaskan suaminya maka laksanakanlah.”.
Maka para sahabat menjawab “Ya Rasulullah kami akan mengembalikan kalungnya dan kita akan membebaskan tebusan atas tawanan kita ini.”
Akhlak yang luar biasa. Beliau adalah Rasulullah. Beliau ﷺ adalah pemimpin mereka, beliau adalah ketua mereka. Tetapi Rasulullah ﷺ meminta izin kepada mereka Para sahabat, ini kerana agungnya akhlak yang beliau miliki kepada Allah SWT.
Rasulullah ﷺ pun kembali menuju rumah menemui Sayyidatuna Fatimah dan Ummu Kulstum. Tidak dapat dirahsiakan diwajah Rasulullah tersimpan sesuatu yang dipendam atas apa-apa yang telah disaksikan, menyimpan suatu tanda tanya, maka mereka bertanya atas apa yang telah terjadi.
Beliau ﷺ pun menceritakan bahwa beliau telah melihat sebuah kalung milik Sayyidah Khadijah, yang dikirim oleh Sayyidatuna Zainab untuk menebus suaminya.
Maka mereka bertiga duduk dalam suatu perbincangan yg mengenang masa lalu di Makkah yg penuh keindahan dan perjuangan bersama istri tercinta, kenangan diwaktu menggendong Fatimah, ketika merawatnya dan ketika Sayyidah Khadijah menghantarkan makanan sewaktu beliau ﷺ berada di gua
Kenangan tersebut membuat air mata Sayyidah Fatimah mengalir, mata Ummu Kultsum memerah tak tahan menahan rasa rindu yang ada di dalam dirinya. Maka Rasulullah ﷺ pun memeluk kedua putrinya itu dengan penuh kasih sayang laksana seorang ibu dengan diiringgi air mata kerinduan.
Maka hari-hari pun berlalu dan tahun demi tahun dilalui. Diceritakan ketika Abul ‘Ash bin Robi’ sedang memperdagangkan harta orang kafir Quraisy Makkah, ia berjumpa dengan para sahabat Nabi ﷺ yang sedang dalam perjalanan pulang dari peperangan.
Maka para sahabat pun menawan dan mengambil harta Abul ‘Ash serta membawahnya kembali ke Madinah.
Ketika Sayyidatuna Zainab mendengar kabar tersebut, maka beliau kembali mengirim sesuatu untuk menebus suaminya tersebut.
Kemudian Nabi ﷺ berkata “Wahai para sahabatku jika kalian ingin mengembalikan harta-hartanya dan membebaskannya maka laksakanlah.” Maka para sahabat dengan segera dan berlari ke rumah mereka masing-masing untuk mengembalikan harta yang telah diambil dari Abul ‘Ash.
Bahkan mereka mengembalikan harta Abul ‘Ash walau sekecil apa pun yang telah mereka dapatkan dari harta rampasannya, itu semua para sahabat lakukan karena rasa cinta dan memuliakan hubungan kekeluargaan Abul ‘Ash dengan Rasulullah ﷺ
Kemudian Rasulullah ﷺ memanggil Abul ‘Ash dan membisikkan sesuatu di telinganya, maka Abul ‘Ash kembali ke Mekkah dalam keadaan sangat sedih. Zainab gembira dengan kedatangan suaminya, akan tetapi wajah Abul ‘Ash menunjukan sebuah kesedihan yang sangat mendalam.
Lalu Zainab berkata “Apa yang telah terjadi padamu wahai suamiku?”
Abul ‘Ash menjawab “Sebuah perceraian wahai istriku.”
“Mengapa bisa begitu suamiku?” tanya Zainab.
Abul ‘Ash menjawab :“Sesungguhnya ayahmu telah meminta kepadaku agar menceraikan dan mengembalikanmu padanya dan ayahmu telah mengirim Zaid Bin Haritsah tuk menjemputmu.”
Zainab pun bersedih, akan tetapi Zainab tahu bahwa telah datang perintah Allah dan Rasul-Nya yg harus ditaati.
Maka Zainab pun berangkat menujuh Madinah dgn ditemani saudara Abul ‘Ash karena Abul ‘Ash tak sanggup mengantarkannya, agar tdk bertambah rasa sedih atas perpisahannya
Karena Abul ‘Ash sangat sayang dan cinta pada Zainab.
Bagaimana tidak, Zainab adalah putri Rasulullah ﷺ, seorang wanita yang memiliki adab-adab yang sempurna, yang meiliki kesetiaan dan menunaikan hak-hak seorang istri dengan sempurna,
yang mana tidak pernah tampak darinya kejelekan, bahkan demi cintanya pada suaminya Zainab rela mempertaruhkan nyawa dan hartanya, bahkan mempertaruhkan kalung kesayangan pemberian ibunya. Di mana kalung tersebut adalah harta paling berharga yang dia miliki.
Begitu juga Abul ‘Ash sangat mencintai Zainab, akan tetapi dia telah berjanji pada Rasulullah dan Abul ‘Ash tidak akan melanggar janji tersebut.
Datanglah saudara Abul ‘Ash, maka berangkatlah Zainab beserta kedua anaknya Umamah dan Ali dengan menaiki unta.
Sayyidah Zainab pun menghindar-hindar dan unta pun bergerak-gerak ketakutan. Di mana saat itu Zainab dalam keadaan mengandung, harus berpergian menempuh jarak jauh serta mendapat gangguan seperti itu.
Maka terjatuhlah Zainab dari atas unta yang tinggi ke tanah yang sangat keras dan panas.
Sementara saudara Abul ‘Ash dan para sahabat bertarung melawan orang-orang musyrikin. Membela istri saudaranya. Sehingga orang-orang musyrikin mundur dan kabur.
Ketika saudara Abul ‘ash melihatnya, ternyata tubuh Zainab sudah dipenuhi darah. Zainab telah mengalami pendarahan yang sangat parah, Zainab mengalami keguguran. Bayi yang dikandungnya telah pecah dan keluar dari perutnya.
Penderitaan yang tidak dirasai oleh orang lain, dalam keadaan tubuh berlumuran darah dan janinnya gugur.
Maka Zainab pun dibawa kembali ke Makkah untuk berobat. Mengubati rasa sakit yang sangat pedih karena pendarahan yang dialaminya.
Setelah pulih, Zainab pun kembali berangkat menuju Madinah. Ketika sampai, Zainab disambut oleh ayahnya dengan pelukan kerinduan.
Kemudian Zainab duduk di kamar bersama Fatimah dan Ummu Kultsum, saling berpelukan, bercerita, melepas rasa rindu, dan Zainab pun menceritakan derita yang baru saja dialaminya.
Ketika mereka menyampaikan atas apa yang dialami Zainab kepada Rasulullah maka marahlah beliau ketika mendengarnya
“Apa mau mereka sehingga tak memilik rasa takut? Mereka telah kehilangan rasa jantan, telah hilang keberanian mereka, kehilangan semua rasa sampai beraninya menyerang perempuan!”
Maka sangat pilu dan sedih. Sangat murkalah Rasulullah dengan apa-apa yang mereka lakukan. Maka Nabi ﷺ memerintah para sahabat untuk mencari mereka dan apabila menemukan Khabbar bin Aswad dan kaumnya agar membakar mereka…!!
Keesokan harinya Nabi ﷺ mengutus beberapa sahabat untuk menyusul sahabat yang telah berangkat dan memberi kabar bahawa Rasulallah tidaklah berhak menyiksa dengan api kecuali Allah, maka jangan bakar mereka tapi bila kalian bertemu mereka, bunuhlah mereka.
Semua itu kerana perlakuan dan siksaan mereka yang keji pada putri Rasulillah ﷺ. Inilah balasan bagi mereka di dunia dan nanti di akhirat mereka akan dapatkan azab yang lebih pedih yaitu azab neraka sebagai seburuk-buruk tempat yang mereka tuju.
Dan tinggallah Zainab dan putrinya Umamah di Madinah. Suatu hari Rasulullah ﷺ. menghampiri Ali (adik Umamah) dan menggendongnya dengan penuh kasih sayang, dan Rasulullah ﷺ pun sangat mencintai Umamah.
Sampai suatu saat ketika Rasulullah ﷺ sedang sholat bersama sahabat, ketika Rasulullah sujud tiba-tiba Umamah naik ke punggung beliau hingga Rasulullah ﷺ menahan dengan memperlambat sujudnya.
Beliau ﷺ tidak ingin bangun dari sujud sedang putri kecil itu masih di punggungnya yang mulia. Karena rasa cinta beliau yang begitu mendalam padanya. Dan Rasulullah sering keluar menuju masjid dengan Umamah berada digendongan dan pelukan mesra beliau ﷺ
Kerana Rasulullah sangat sayang pada anak kecil, Rasulullah sangat mencintai cucu-cucunya.
Dan begitulah indahnya kasih sayang rasulullah ﷺ bukan sahaja kepada ahli keluarga baginda, malah para sahabat, seluruh manusia, sekalian alam.
Kisah bermula dengan kebahagiaan baginda Rasulullah sebelum menjadi Rasul. kemudian kisah diteruskan dengan penderitaan dan kehilangan.
Ketika Sayyidah Fatimah mencapai usia ke-18, sebahagian sahabat datang untuk melamarnya, diantaranya datang Sayyidina Abu Bakar, dan Rasulullah ﷺ hanya diam lalu berkata “Aku menunggu perintah dari Allah”.
Kemudian datang Sayyidina Umar maka Rasulullah menjawab sebagaimana jawaban pada Sayyidina Abu Bakar.
Maka mereka berdua mendatangi Sayyidina Ali seraya berkata “Wahai Ali engkau termasuk salah satu orang yg pertama masuk Islam dan engkau adalah begini.. begini.. dan begini!”
Sayyidina Abu Bakar dan Umar memberi semangat pada Sayyidina Ali dan berkata “Sebaiknya engkau pergi melamar Fatimah dari Rasulullah dan engkau adalah orang yang pantas dan berhak memilikinya, engkau juga adalah sepupunya.”
Maka berangkatlah Sayyidina Ali dalam keadaan sangat malu, lalu masuklah beliau ke rumah Rasulullah dengan rasa malu yang sangat besar, duduk di hadapan Rasulullah dan beliau ﷺ melihat dari mata Sayyidina Ali terpancar sebuah kata-kata dan rasa malu.
Rasulullah ﷺ berkata : “Apa yang ada di benakmu wahai Ali.?”
Sayyidina Ali menjawab dengan mata yang berkaca-kaca “Terlintas di benakku Fatimah duhai Rasulallah”.
Bersambung besok, insya Allah 🙏🏿
Sallu ala Nabi🌹
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Dalam benak Rasulullah ingin Sayyidina Ali untuk membuka pembicaraan, dan Ali dalam keadaan malu yang sangat sehingga tak mampu meneruskan kata-katanya.
Maka keluarlah Sayyidina Ali, dan para sahabat telah menunggu di luar dan bertanya “Apa yang Rasulullah katakan padamu ?”
Sayyiduna Ali menjawab”Rasulullah ﷺ berkata: “marhaban wa ahlan ya Ali”
Syeikh Dr. Yusri Rusydi hafidzohullah pernah berkata:
Di dalam pendapat imam syafii, siapa saja yang menjumpai org kafir mau masuk islam maka ia tdk boleh menunda meskipun sesaat
Bahkan kata beliau imam syafii kalau ada orang mau masuk islam di waktu khotib lagi khutbah jumat -
maka wajib bagi khotib menunda khutbah jumatnya
Karena kalau dia berkata tunggu sampe selesaj jumat, tandanya ia ridho dengan kekufuran walau sesaat, dan keridhoan atas kekufuran merupakan bentuk kekufuran
Dan tidak sah jamaah yang sholat di belakang khotib itu, karena ia telah kafir (seandainya ia menunda orang yang mau masuk islam)
Urusan acara itu urusan lain, khawatir yang niat mau masuk islam ini belum mengucapkan syahadat tau-tau meninggal gimana?
KH. Hasyim Asy’ari dikenal sebagai seorang ulama yg sangat toleran terhadap perbedaan mazhab. Meski beliau termasuk pendiri Nahdatul Ulama yg dikenal banyak mengambil pendapat Imam Syafi’i namun dgn tegas ia menyeru para ulama NU menjauhi sifat fanatik buta terhadap satu mazhab.
Mengenai hal ini beliau menulis: “Wahai para ulama yang fanatik terhadap madzhab-madzhab atau terhadap suatu pendapat, tinggalkanlah kefanatikanmu terhadap urusan furu’ (cabang agama), dimana para ulama telah memiliki dua pendapat atau lebih yaitu;
Mereka sepakat untuk menulis perjanjian yang berisikan kesepakatan untuk memboikot Rasulullah ﷺ dalam “Sye’eb/lembah Abdul Mutthalib” semuanya dari Bani Hasyim dan Bani Abdul Mutthalib baik yang muslim atau yang kafir
Dalam isi surat perjanjian itu mereka sepakat untuk memutuskan semua hubungan dengan mereka.
Tidak menikahi mereka, tidak jual beli dengan mereka, mencegah segala sebab-sebab masuknya rezeki kepada mereka,
tidak menerima perdamaian sampai Bani Abdul Mutthoalib menyerahkan Rasulullah ﷺ untuk dibunuh. Mereka menggantungkan surat perjanjian itu dalam Ka’bah. Bertambah parah keadaan Rasulullh ﷺ bersama Sayyidatuna Khadijah
Hari ini 20 Jumadil akhir 1442 H hari kelahiran wanita suci
Saya akan berbagi kisah dalam beberapa bagian yg saya ambil dari Manaqib Sayidah Fatimah
Semoga setiap bait kata merawat luka dihati kita. Krn inilah penawarku, tanda diriku hidup
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Banyak riwayat yang menyebutkan keagungan Sayyidatina Fatimah binti Muhammad ﷺ
Di antaranya: Diriwayatkan oleh Miswar bin Makromah, Rasulullah ﷺ bersabda: “Fathimah adalah belahan jiwaku siapa yang membuatnya marah maka telah membuatku marah.”
Dalam riwayat lain, Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya puteriku Fathimah adalah bidadari yg suci tdk pernah haid”
Diberi nama Fathimah (dalam Bahasa Arab fathuma-yafthumu : memisah atau melepas) krn Allah melepas/meyelamatkan anak cucunya dan para pecintanya dari api neraka
Sangat mengesankan pada apa yang ditulis oleh Imam Baihaqi dalam kitab Manaqib Imam Syafii, bagaimana cara Imam Syafii, sebagai guru mengajar salah satu muridnya yang sangat lamban dalam memahami pelajaran, bahkan lahn dalam membaca Al Qur'an.
Sang Murid itu adalah Ar Rabi’ bin Sulaiman, murid paling lamaban. Berkali-kali diterangkan oleh sang guru Imam Syafii, tapi Robi’tak juga faham. Setelah menerangkan pelajaran, Imam Syafii bertanya,
“Rabi’ Sudah faham paham belum ?”
“Belum faham, ”jawab Rabi’.