Mumpung malem selasa.
Waktunya begadang, sekalian bagi2 cerita mistis tipis2
Kejadian ini sdh lama, sekitar awal tahun 2000an. Kebetulan ada beberapa teman yg masih ingat kejadian ini jadi sekalian dikumpulin.
Waktu itu rasanya kalau ada orang mati muda atau mendadak mesti arwahnya bakal nggangguin orang2. Minimal menampakan diri di sekitar lokasi
Salah satunya cerita ttg kematian Mbak Santi. Langsung sja saya bagi ceritanya. Jadi waktu itu sedang rame2nya musim layangan. Anak2 SD, SMP sampe bapak2 semua main layang2.
Nah, mbak Santi ini punya adik laki2, namanya Agung. Temen2 Agung waktu itu semuanya punya layang2. Si Agung juga pingin punya layang2. Di minta sama Mbak Santi buat nyariin bambu. Karena sayangnya mbak Santi akhirnya pagi harinya dia carilah bambu buat Agung
Bambu yg mau diambil mbak Santi ini posisinya ada di sebelah sungai yg biasa dipake mandi perempuan. Jadi mbak Santi mandi dulu. Setelah itu dia pake handuk, terus jalan mbawa pisau buat ngambil bambu. Waktu itu ibu2 yg lagi mandi udah ngingetin buat nyuruh orang aja.
Tapi mbak Santi gak mau. Dia ambil sendirilah bambu itu. Malangnya, waktu dia berusaha motong bagian tengah bambu, ternyata ada kabel listrik di sela antar bambu. Gak sengaja kabel itu kepegang Mbak Santi.
Kata ibu2 waktu itu, kabelnya langsung ngelilit tanganya mbak Santi, mirip ular lagi ngikat mangsa. Mbak Santi langsung kejang2 dan jatuh. Ibu2 cuma bisa teriak. Gak lama kemudian ada bapak2 dateng langsung matiin aliran kabel. Tapi sayangnya Nyawa Mbak Santi gk ketolong
Lokasi sungai ini cuma 20 meter dari Puskesmas. Mbak Santi sempat kelihatan melek, seperti ekspresi orang baru bangun tidur waktu dibawa warga ke dalam puskesmas. Tapi baru lima menit direbahin di ranjang perawatan, Mbak Santi meninggal dunia
Waktu itu saya sendiri sempat melihat kondisi mbak Santi. Maklum orang desa, kalau ada kejadian rebutan jdi penonton. Gak sampe 10 menit setelah meninggal, badan mbak Santi yg awalnya normal tiba2 berubah jadi hangus. Mirip korban kebakaran
Warga makin banyak yg penasaran waktu itu, tapi Pak Mantri marah2 terus ngusir warga keluar dari Puskesmas. Siang itu juga Mbak Santi dimakamin di pemakaman umum desa
Malam harinya barulah kejadian2 aneh mulai dialami warga. Yg pertama dialamin Pak Sunar. Waktu itu dia lagi kebelet BAB, jadi malem2 keburu lari ke sungai di dekat puskesmas. Sungai ini masih satu aliran sama sungai tempat mbak Santi kesetrum.
Pak Sunar langsung aja jongkok disungai sambil ngerokok lintingan. Sarungnya dia gantung di dekat tembok wakaf (musola kecil) di samping sungai. Setelah buang hajat, Pak Sunar berdiri mau ngambil sarung. Gak sengaja dia kaya lihat orang duduk di deket wakaf.
Karena penerangan waktu itu cuma pakai lampu dop 5 watt, Pak Sunar kurang begitu jelas melihat siapa yg duduk. Dia cepet2 ngambil sarung terus dipake, kawatir yg duduk orang perempuan. Waktu pak Sunar ndeket, bener aja ternyata memang orang perempuan.
"arep neng banyu ta beng (mau ke sungai nak)" Pak Sunar menyapa gadis perempuan yg duduk di samping wakaf. Ucapan Pak Sunar cuma dibalas anggukan sama perempuan itu. Pak Sunar tidak curiga sama sekali, dia lalu pamit pulang sambil menyalakan rokok.
Baru sedotan pertama, Pak Sunar langsung ingat kalau yg disapanya tadi Mbak Santi. Kebetulan Pak Sunar ikut mensolati Mbak Santi siang harinya. Tanpa melihat ke belakang Pak Sunar langsung lari terpuntal puntal. Pagar tinggi Puskesmas dilompatinya hany dengan satu gerakan
Ada lagi kejadian yg menimpa mas Arifin.Sekitar malam ketiga setelah kematian Mbak Santi. Waktu itu mas Arifin mencari teman2nya. Biasanya malam minggu gengnya membuat acara2 bakar2an. Yg dibakar bisa ayam, entok atau kelinci. Pokoknya hewan peliharaan yg tdk dimasukan pemiliknya
Tapi sudah keliling kampung Mas Arifin tdk ketemu sama sekali dg batang hidung teman2nya. Sampai akhirnya mas Arifin melewati Puskesmas. Dia mencium bau hangus mirip bau arang dibakar. Mas Arifin mengira itu teman2nya yg sedang membakar arang untuk bakar2an.
"wah asik iki" pikir mas Arifin. Dia langsung melompati pagar puskesmas. Mencari2 ke sudut belakang. Kiri dan kanan, tapi tidak tampak teman2nya di sana. Mas Arifin lalu mengikuti aroma hangus yg diciumnya sejak dari depan puskesmas. Aromanya mengarah ke ruang pemeriksaan
Mas Arifin berhenti di sana. Aroma itu semakin kuat, tapi Mas Arifin tak yakin itu berasal dari aktifitas bakar2an. Dia sempat mengintip ke celah jendela. Samar2 ruangan terlihat kosong. Hanya ada kasur panjang dan meja administrasi.
Mas Arifin yakin bau hangus itu dari dalam. Dia juga kawatir ada kebakaran dari dalam ruangan perawatan. Karena tak menemukan apapun, Mas Arifin beranjak pulang. Ketika wajahnya menengok ke kanan, sudah ada seorang wanita yg berdiri di sampingnya.
Tubuhnya hangus dengan bagian2 yg merekah berwarna merah. hanya matanya yg terlihat putih besar melotot ke arah Mas Arifin. Tak menunggu lama, mas Arifin berteriak teriak sambil berlari. Pagar besi yg terkunci sempat ditabraknya sampai rusak engselnya
Mbak2 perawat yg waktu itu lupa namanya juga sempat cerita. Kalau sore hari sebelum puskesmas tutup, dia sempat melihat ada seorang wanita yg duduk di kursi antrian. Kebetulan mbak perawat jadi orang terakhir yg plg dari Puskesmas.
Mbak Perawat sempat menegur perempuan yg duduk sendirian itu. Tapi wanita itu tidak menjawab. Hanya duduk saja sambil menunduk. Mbak Perawat juga merasa aneh, karena melihat wanita itu cuma menggunakan kain jarik yg menutupi bagian tengah tubuhnya.
Karena tak merespon, Mbak Perawat berniat memanggil Pak Gonto. Kebetulan Pak Gonto ini magersari kebun di sebelah Puskesmas. Waktu Mbak Perawat mau keluar dari pintu puskesmas ada suara yg meneriaki telinganya. "Wes Muliho (sudah pulang sana)
Mbak perawat melihat ke belakang, tapi tidak ada apa-apa. Baru selangkah mengeluarkan kaki, di depan pintu sudah ada perempuan tadi tapi dengan tubuh hangus dan masih memakai jarik. Mbak perawat itu langsung lemas dan pingsan di dekat pintu
Klimaks dari kejadian ini berakhir tepat di malam ketujuh. Kali ini Pak Gonto yg mengalaminya. Selain jadi magersari kebun, sebulan sekali Pak Gonto diminta ikut membersihkan Puskesmas. Karena sejak pagi sibuk di kebun, Pak Gonto baru mulai bersih2 setelh magrib
Sekitar pukul 10 malam, semua pekerjaanya baru beres. Mulai dari mencabuti rumput di pavingan parkiran sampai menyapu kamar2. Ketika akan mengunci pintu ruang tunggu, Pak Gonto bertemu dengan sosok Mbak Santi. Dia duduk terdiam di kursi sambil menatap ke kamar perawatan
Pak Gonto yg sejak kecil sering diajak ayahnya bertemu dengan bangsa lelembut membuatnya tidak takut sama sekali. Dia malah membuka plastik berisi tembakau dan melintingnya di dekat Mbak Santi.
"wes beng, kang ikhlas. Iki duduk alam siro. Muliho neng papane (sudah nak, yg ikhlas. Ini bukan alam mu. Pulang saja ke tempatmu)" Pak Gonto menasehati sosok Mbak Santi yg masih termenung. Anehnya, tak lama kemudian Mbak Santi justru menangis.
Suara segukanya terdengar menggema di dalam ruang tunggu. Kepala sosok Mbak Santi lalu menuduk.
"Sekaken wong tuwek siro. Isin rungu anake ngobyok terus (kasihan orang tuamu. Malu mendengar anaknya gentayangan terus)" Pak Gonto melanjutkan ucapanya sambil menghembuskan asap
Tangis sosok mbak Santi terdengar semakin menggema. Dia lalu berdiri, dan berjalan ke arah ruang perawatan. Sosok itu lalu menghilang ke dalam gelapnya ruang itu.
"isun pamit pak. (saya pamit pak)" suara Mbak Santi sesaat setelah sosoknya menghilang
Pak Gonto mengangguk, lalu beranjak dari duduknya. Ditutupnya pintu puskesmas sambil berdoa agar arwah Mbak Santi tenang.
Setelah kejadian itu, tak ada lagi orang2 yg melihat sosok Mbak Santi di sekitar Puskesmas
Ada memng yg bercerita sempat melihat wanita melambaikan tangan di dekat puskesmas. Tapi tdk ada yg bisa memastikan itu Mbak Santi atau bukan.
Segitu dulu deh. Mendekati tengah malam, jam begadang sdh cukup. Btw, buat temen2 yg sering baca tulisan2 saya bolehlah sesekali dm kasih saran. Untuk cerita2 sampai hari ini saya masih mengandalkan pengalaman orang2 dekat.
Belum ada kiriman via dm atau apapun. Boleh deh sesekali brgkali ada yg mau berbagi cerita. Saya juga penggemar berat cerita horor etnik.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
SUARA resleting tas dan langkah kaki anak-anak Mira bersahutan siang itu. Mereka harus segera bergegas meninggalkan rumah kontrakan yang sudah empat tahun mereka tempati. Uang yg dimiliki Mira tinggal bertahan untuk seminggu.
Salsa, anak pertama Mira hanya bisa secepat mungkin membantu adik2nya mempersiapkan diri. Siang itu juga mereka harus berpindah. Waktu kontrak rumah sudah habis tiga hari lalu. "Ayo.. Ayo cepat, ini angkot terakhir," kata Mira meneriaki Dela anak keduanya dan dua adiknya
BUAH buah durian berguguran sore itu. Angin kencang baru saja menerpa kebun durian milik Makrufin dan Wahid. Keduanya tertawa senang karena tak perlu susah susah menunggu buah durian jatuh sendiri.
"Lumayan Hid, banyak yang jatuh" Makrufin langsung mendekati buah2 yg jatuh.
Wahid juga tak mau kalah. Diambilnya karung goni mencari-cari buah durian yang banyak menggelinding sampai ke arah sungai. Keduanya tertawa senang menghitung banyaknya durian yang mereka kumpulkan.
Halo...
Setelah sebulan penuh libur akhirnya ada cerita lagi yg masuk. Sementara cerita pendek2 dulu. Yg panjang masih disimpan kalau sudah sempat. Seperti biasa akan coba ditulis secepat mungkin.
2001
ADA satu orang anak di kelasku yg kala itu terlihat paling aneh. Dia yg mau aku ceritakan. Alif namanya. Anak pendiam yg suka duduk di pojok ruang kelas. Oh iya, namaku Tika. Waktu itu aku baru duduk di bangku kelas 1 SMP. Saat aku mengenal Alif
Satu lagi kisah horor dari salah satu narasumber. Kali ini saya tidak janji selesai sehari, tapi diupayakan secepatnya. Bagi yg paham lokasi atau orang yg terlibat dalam thread yg saya tulis, saya harap bisa menyimpannya secara pribadi 🙏
2011.
SIANG itu suasana pabrik serasa lebih cerah dari biasanya. Setidaknya itu yg dirasakan Tatang. Bujangan yg sudah bekerja selama tiga tahun di salah satu pabrik yg ada di pesisir Jawa Tengah. Bukan karena gajinya yg naik, tapi siang itu ada banyak buruh perempuan baru.
SELASA siang itu hari terakhir cuti kerja Karno. Besok dia harus kembali bekerja sebagai buruh di salah satu kota industri di Jawa Barat. Karno memilih menghabiskan hari terkahir cutinya mengunjungi tempat wisata andalan di kota kampung halamanya.
Beberapa hari sebelumnya, tempat wisata yg dikunjungi Karno mendapat musibah. Sebuah jembatan gantung putus saat ada belasan wisatawan yg berdiri di atasnya. Akibatnya beberapa orang tewas menjadi korban. Ada rumor yg mengatakan jika mereka tumbal dari tempat wisata itu
Satu lagi cerita pendek pengalaman horor salah satu teman. Seperti biasa kalau bisa ditulis cepat, langsung diselesaikan.
1997
EKONOMI keluarga Dewi berkembang pesat tahun itu. Maklum, bapaknya Pak Dullah kala itu menjadi kepala desa di wilayah yg terbilang subur. Meskipun belum digaji seperti sekarang, tapi pendapatan Pak Dullah bisa dibilang lebih dari cukup