Brii Profile picture
11 Feb, 87 tweets, 10 min read
Siapa yang gak kenal lagu Nina Bobo? semua orang sepertinya tahu lagu ini.

Malam ini kita akan membahas sedikit tentang sejarah Nina bobo, diakhiri oleh Rida yang akan berbagi pengalaman seramnya.

Simak di sini, di Briistory.
Lagu Nina Bobo merupakan salah satu lagu yang bisa dibilang merupakan lagu legendaris, lagu yang sering kali dinyanyikan oleh seorang ibu untuk anaknya saat menjelang tidur.
Lagu ini dinyanyikan bertujuan untuk membuat agar sang buah hati cepat mengantuk lalu tertidur pulas.
Lagu yang sudah beredar dan banyak orang tahu sejak puluhan tahun yang lalu, masyarakat dari berbagai kalangan dan tingkatan umur hampir pasti tahu dan sangat hapal nada dan liriknya.
Tapi, lagu yang sangat lekat di kepala ini ternyata (katanya) punya sejarah kelam, menjurus seram.
Walaupun sampai sekarang masih belum jelas siapa yang pertama kali menciptanya, tapi dari banyaknya versi cerita rata-rata menjurus ke satu kisah yang bilang kalau lagu ini diciptakan oleh seorang komposer asal Belanda.
Menurut dari banyak versi cerita itu, komposer ini menciptakan lagu Nina Bobo ini ketika sdang tinggal di Indonesia, pada tahun akhir 1800-an. Dia menikahi wanita Jawa, kemudian memiliki anak yang bernama Nina.
Singkat cerita, Nina sakit keras berkepanjangan. Ketika sedang sakit inilah pada suatu hari Nina berbaring di pangkuan ibunya. Sang ibu selalu menyanyikan lagu Nina Bobo yang diciptakan oleh ayahnya.
Menjelang akhir hayat, sang ibu terus menyanyikan lagu itu, sampai akhirnya Nina benar-benar tidur, untuk selamanya.

Begitulah ceritanya, dari banyak versi.
Cukup menyeramkan sejarah lagu ini, sampai-sampai banyak orang yang jadi takut untuk menyanyikan setelah tahu muasalnya.
Karena sudah banyak versinya, makanya gw gak akan membahas sejarah Nina Bobo, gak akan menceritakan salah satu versi ceritanya. Tapi, akan menceritakan satu kisah seram yang terjadi di Bandung, yang ada hubungannya dengan lagu Nina Bobo ini,
satu pengalaman yang dialami oleh seorang babysitter yang bekerja pada satu keluarga kaya raya.

Rida namanya, masih berumur 21. tahun ketika peristiwa ini terjadi pada tahun 2006.

Begini ceritanya..

***
Rida kaget, katika baru saja membuka mata tiba-tiba melihat Ibu itu sudah duduk di pinggiran tempat tidur Nina, cucunya, duduk sambil menatap Rida yang tentu saja masih terbaring di atas tempat tidurnya sendiri, Rida Cuma tersenyum dengan sedikit mengangguk.
Setelah itu si Ibu perlahan memalingkan wajah ke arah cucunya yang sedang tertidur pulas. Lalu seperti biasa, beliau mengusap kening Nina dengan penuh kasih sayang, lalu mulai menyanyi pelan.
“Nina bobo, oh Nina Bobo, kalau tidak bobo digigit nyamuk. Tidurlah sayang, anakku manis, kalau tidak bobo digigit nyamuk.”
Lantunan lagu Nina Bobo mengalun pelan dari mulutnya, menyanyi dengan penuh kasih sayang. Sebegitu lembutnya ibu itu menyanyi, Rida jadi ikut mengantuk, lalu gak lama jadi tertidur pulas juga.
Kejadian malam itu, entah sudah yang keberapa kali, ketika Rida melihat Neneknya Nina, masuk ke dalam kamar tempat di mana Rida dan Nina tidur.

Selalu seperti itu, beliau hanya duduk di pinggir tempat tidur lalu menyanyi lagi Nina Bobo.

Selalu seperti itu..

***
Waktu itu sudah bulan ketiga Rida bekerja di keluarga ini, di rumah ini. Keluarga kecil yang sangat baik, memperlakukan Rida layaknya keluarga, gak membeda-bedakan
Pak Revan dan istrinya, Ibu Novie, begitu Rida memanggil kedua majikannya. Pasangan muda itu memiliki satu anak perempuan yang berumur hampir dua tahun, Karenina namanya, dengan nama panggilan Nina.
Karena Ninalah Rida akhirnya bekerja di keluarga ini, dia diberi kepercayaan untuk mengasuh Nina dikala Ibunya sedang sibuk dengan kegiatannya.
Sehari-harinya, Rida menempati kamar besar di lantai dua bersama dengan Nina. Jadi, di kamar itu ada dua tempat tidur, satu untuk Rida, satu lagi untuk Nina. Kamar yang sangat nyaman.
Tinggal di satu rumah besar bertingkat gak menjadikan Rida capek dan jenuh, karena selain dia ada asisten rumah tangga juga yang bekerja di keluarga ini, Imas, jadinya gak terlalu sepi.

Imas sudah lebih dulu beberapa bulan tinggal dan bekerja di sini.
Jadi, yang tinggal di rumah besar ini hanya berlima, yaitu Pak Revan dan Istri, Nina, Rida, dan Imas.

Tapi kadang Ibunda dari Pak Revan juga datang mengunjungi cucunya, biasanya neneknya Nina ini tidur di kamar bawah, depan ruang makan, Rida beberapa kali melihatnya begitu.
Yah, walaupun baru tiga bulan kerja di rumah ini tetapi kurang lebih Rida sudah hapal dengan kebiasaan masing-masing penghuninya, contohnya: Kapan Pak Revan mulai bersiap berangkat kerja, kapan waktunya Bu Novie bersantai meminum teh di teras depan,
atau kapan biasanya Ibunda Pak Revan datang ke rumah lalu masuk ke kamarnya.

Hampir semuanya Rida hapal, jadinya sudah bisa mengikuti semua alur hidup di rumah ini.

***
“Kamu sudah lama kerja di sini, Mas.” Rida membuka percakapan, ketika pada suatu sore dia sedang istirahat santai di halaman belakang rumah bersama Imas.

“Bulan ini, udah tujuh bulan, hehe.” Jawab Imas.
“Gimana? Kamu betah gak?”

“Betah aja kok, Bapak sama Ibu kan baik banget orangnya.”

“Iya sih, baik banget, aku setuju. Oh iya, sebelum aku ada babysitter juga gak sih sebelumnya?”
“Ada, udah dua kali, tapi dua-duanya sebentar. Yang satu cuma dua minggu, yang terakhir hampir sebulan. Yang terakhir ini perginya gak pamit, tiba-tiba pergi dan gak balik lagi.”

“Oh, gitu. Kira-kira kenapa tuh ya? kamu tau alasannya Mas?”
“Gak tau juga, hmmmmm, ya gitu deh.”

Agak tersendat keluar dari mulit Imas untuk kalimat yang satu ini, padahal sebelumnya dia bisa bicara agak santai dan mengalir.
“Jadi aku babysitter yang ketiga ya. Hmmmm..”

“Sepanjang yang aku tau sih gitu.”

Setelah itu, beberapa saat lamanya mereka berdua berdiam tanpa percakapan, masing-masing bermain dengan pikirannya sendiri, menikmati suasana dan udara sore Bandung yang kebetulan sedang cerah.
Selama ini, Rida agak susah untuk berbincang akrab dengan Imas, karena Imas sepertinya sangat pemalu, gak akan jawab kalau gak ditanya, gak pernah berinisiatif mengajak ngobrol Rida, selalu Rida yang membuka percakapan, itu pun lebih hanya seperti tanya jawab.
Tapi, Rida bisa mengerti, karena ya itu tadi, Imas sepertinya pemalu.
“Oh, Iya, kalau Nenek, Ibunya Pak Revan, rumahnya di mana ya? selama tinggal di rumah ini aku sama sekali belum pernah kenalan apalagi ngobrol sama dia.”

Rida kembali membuka percakapan setelah jeda beberapa belas menit.
“Oh, Nenek Ranti tinggalnya gak jauh dari sini, masih di Buah batu juga, tapi beda komplek. Memangnya kenapa Da?” Kali ini Imas kelihatan penasaran.

“Oh, panggilannya Nenek Ranti?” Tanya Rida.

“Iya, kenapa emangnya?”
“Ya, gak apa-apa, aku suka bingung mau manggilnya apaan kalo ketemu. Tapi sekarang udah tau kan, hehe.”

“Ketemu? Emang kamu pernah ketemu Nenek Ranti?”

“Beberapa kali aku lihat dia masuk rumah, trus masuk ke kamar di sebelah kamar kamu. Itu kamar dia kan?”
“Iya Rida, itu kamarnya. Trus kamu sempat ngobrol sama dia?”

“Gak pernah. Tapi, beberapa kali dia masuk ke kamarku malam-malam, kayaknya lagi kangen sama cucunya. Trus duduk di pinggir ranjang, menyanyi Nina Bobo sambil memperhatikan Nina.”
“Aku cuci piring dulu bentar ah.”

Percakapan terhenti ketika Imas tiba-tiba berdiri dari duduknya lalu pergi ke dapur. Ya sudah, Rida pun langsung masuk juga ke dalam rumah.

***
Pada suatu pagi, ketika Bandung cuacanya sedang sendu, langit gelap menumpahkan hujan yang gak terlalu deras, udara dingin terbawa angin sepoi merambah masuk ke dalam rumah.
Rida yang sedang menggendong Nina di teras depan sangat menikmati suasana itu, suasana yang sangat dia sukai.

Bercanda dengan Nina yang terus berada di gendongannya, sesekali derai tawa tergelak keluar dari mulut anak kecil yang sangat menggemaskan ini.
Walaupun umurnya sudah hampir dua tahun, tetapi Nina masih belum lancar berbicara, hanya beberapa kata yang sering kali gak jelas terdengar dan gak jelas maksudnya apa, tapi tetap lucu dan menggemaskan.
Rumah sudah sepi, Pak Revan sudah berangkat kerja, Bu Novie juga pergi ke luar, sedangkan Imas sedang pergi berbelanja, jadi hanya Rida dan Nina yang mengisi rumah besar ini.
Sampai jam sembilan, hujan masih turun walau gak sederas beberapa jam sebelumnya, gerimis kecil jatuh dari langit yang masih saja mendung gelap.
Nina yang masih dalam gendongan, Rida perhatikan sudah mulai mengantuk, memang kebiasaannya seperti ini.
Benar, beberapa saat kemudian akhirnya Nina benar tertidur, pulas. Karena itulah, akhirnya Rida memutuskan untuk masuk ke dalam rumah.
Tapi, ketika sudah hendak melangkahkan kaki, Nina melihat ada seseorang yang datang masuk ke halaman rumah.

“Oh, Nenek Ranti.” Begitu Rida bilang dalam hati.
Walau belum sering bertemu dan malahsama sekali belum pernah berbincang, tapi Rida sudah hapal perawakan dari Ibunda Pak Revan ini. Tubuhnya gak terlalu kurus, rambut panjang nyaris semuanya sudah memutih terikat sanggul, berpakaian terusan warna gelap.
Beliau melangkah menyusuri halaman rumah, diguyur gerimis yang masih saja turun.

“Kok gak pake payung Nek?” Rida menyapa sambil tersenyum, ketika jarak mereka sudah gak terlalu jauh.

Tapi Nenek Ranti hanya tersenyum, sambil terus melangkah mendekat.
“Nina tidur ya?” Begitu Nenek ranti bilang ketika dia sudah berada di hadapan Rida.

“Iya, Nek. Baru aja cucu Nenek yang cantik ini tidur, hehe.” Jawab Rida.

Dalam hati, Rida bernafas lega karena akhirnya bisa berbincang dengan Nenek ranti.
“Nenek masuk dulu aja, dingin kan habis kehujanan.” Begitu Rida bilang kemudian.
Lagi-lagi Nenek Ranti hanya tersenyum, sejak tadi pandangannya gak lepas menatap cucu kesayangan yang sedang pulas.

Lalu perlahan tangannya mengelus pipi Nina dengan lembut, seberkas rasa sayang tersirat jelas dari gurat wajah yang sudah mengerut menua.
“Nina bobo, oh Nina Bobo, kalau tidak bobo digigit nyamuk. Tidurlah sayang, anakku manis, kalau tidak bobo digigit nyamuk.”

Nyaris berbisik, tiba-tiba Nenek Ranti menyanyi, sangat pelan.
Rida gak kaget, karena sudah beberapa kali dia mendengar sang Nenek menyanyi untuk cucunya pada malam hari.

Lantunan lagu Nina Bono terus mengalun pelan. Rida terus diam mendengarkan..
Entah sudah berapa belas menit kemudian, Nenek Ranti lalu berhenti menyanyi. Setelah itu dia kembali tersenyum, lalu malangkah masuk ke dalam rumah.
Rida terus memperhatikan Nenek Ranti sampai akhirnya dia masuk ke kamarnya.

Gak lama kemudian, Rida ikut masuk, lalu naik ke lantai dua menuju kamarnya.

***
Pada suatu siang, ketika Rida sedang membereskan mainan Nina di ruang tengah, dia dipanggil oleh Bu Novie.

“Rida, ini kamu yang bikin teh?” Begitu Bu Novie bilang ketika Rida sudah sampai di meja makan.

“Iya Bu.” Jawab Rida.
“Buat siapa? Saya kan udah ngeteh tadi pagi, Bapak juga pulang malam. Buat kamu ya?”

“Bukan Bu. Teh itu buat Nenek Ranti, saya lihat dia beberapa kali ngeteh di meja ini kan. Ya sudah saya buatkan sekalian, hehe.”
“Memang kamu lihat Nenek Ranti datang ke rumah ini?” Bu Novie bertanya lagi.

“Lihat lah Bu, itu dia sedang ada di kamarnya kan. Tadi pagi dia datangnya, pas Ibu sedang keluar sama Imas.” Jawab Rida panjang.

“Oh gitu. Ya sudah.”
Setelah itu Bu Novie pergi masuk ke kamarnya. Rida, kembali lagi dia malaksakan tugas hariannya.

***
Memasuki bulan keenam, Rida mulai merasa ada yang aneh dengan rumah ini, dengan keluarga ini, termasuk juga Imas.

Rida merasa ada yang mereka sembunyikan, awalnya coba mengabaikan, tapi gak bisa, ini malah membuat Rida makin penasaran.
Dan rasa penasaran Rida semakin tajam, pertanyaan semakin mengerucut pada satu topik bahasan.

Keluarga ini seperti ragu untuk menjawab pertanyaan atau membahas tentang Nenek Ranti. Mereka seperti menghindar, entah malas menjawab atau apa alasannya, Rida gak tahu, belum tahu.
Hingga pada suatu hari, demi menjawab rasa penasaran, Rida sengaja memancing Pak Revan dan istri. Ketika pada suatu sore mereka bersama Nina sedang bersantai di ruang tengah, di depan tv.
Oh iya, setelah sudah hampir lebih dari setengah tahun bekerja, Rida sudah semakin akrab dengan majikannya, sudah berbincang tanpa sungkan, tapi masih di dalam batas etika dan kesopanan.
“Bu, kok Nenek Ranti gak pernah mau kumpul sama kita di sini ya, seringnya sendirian di kamarnya aja.” Ucap Rida membuka obrolan.

Dan benar, suasana langsung berubah kaku, sama seperti sebelum-sebelumnya ketika Rida mulai membahas tentang Nenek Ranti.
Kali ini juga sama, mereka berdua gak menjawab pertanyaan, malah kikuk serba salah kelihatannya. Sampai akhirnya mereka malah mengalihkan pembicaraan.

Kebetulan pada saat itu ada Imas juga, dia duduk memperhatikan perbincangan Rida dengan dua majikannya.
“Pak, punten. Saya boleh ke Borma sebentar ya? sama Rida, sebentar aja Pak, pingin jajan, hehe.” Tiba-tiba Imas bilang begitu.

Tentu saja Rida sedikit kaget, kenapa tiba-tiba Imas bilang begitu?
Pak Revan tentu saja mengijinkan, kemudian Rida dan Imas langsung bergegas pergi meninggalkan rumah, berjalan kaki mereka keluar komplek perumahan.
Dalam perjalanan menuju Borma itulah, mereka mulai berbincang.

“Tumben kamu Imas, ngajak aku jalan, hehe.”

“Ada yang aku mau omongin Da.”

“Apaan Mas? Sigana serius euy, hehe.”
“Rida, emang kamu udah berapa kali ngeliat Nenek Ranti?” Tanya Imas sambil memperlambat langkah.
“Beberapa kali, seringnya selintas aja. Pas dia dateng, masuk ke kamarnya, atau malam-malam masuk kamar trus nyanyi lagu Nina Bobo buat cucunya. Ya sama kayak yang aku pernah cerita dulu. Ada apa sih Mas?”
“Aku juga aneh deh, bikin penasaran, Bapak sama Ibu jugagak pernah jawab kalo aku nanya-nanya soal Nenek Ranti, aya naon sih?” panjang lebar kalimat Rida, berakhir dengan pertanyaan.
“Rida, Nenek Ranti kan udah meninggal. Meninggalnya seminggu sebelum Nina lahir. Aku dengar cerita ini dari tetangga rumah.”
DEG! Jantung Rida seperti berhenti mendengar ucapan Imas.

Mereka berhenti melangkah, di jalan komplek yang tergolong sepi ini akhirnya semua pertanyaan Rida terjawab.
“Nina ini cucu pertamanya, beliau sudah menunggu lama kelahiran Nina. Tapi Tuhan berkehendak lain, Nenek ranti meninggal karena sakit satu minggu sebelum Nina lahir.” Lanjut Imas.

Rida belum bisa berkata-kata, lidahnya mendadak kelu, tubuhnya seketika kaku.
“Makanya, Ibu sama Bapak bingung setiap kali ada pertanyaan dari kamu tentang Nenek Ranti.”

“Ini juga alasannya kenapa dua Babysitter sebelum kamu gak ada yang kuat, mereka ketakutan, sering melihat almarhumah Nenek Ranti masuk ke dalam kamarnya,” Tutup Imas.
“Tapi, Mas. Aku melihat Nenek Ranti, aku ngobrol, aku denger dan lihat dia nyanyi.” Akhirnya Rida bicara juga, sambil gemetaran.

“Iya Rida, aku tahu. Tapi ya itu tadi, Nenek Ranti udah meninggal dua tahun yang lalu.”

***
Jam sepuluh malam, Rida sudah berada di dalam kamarnya bersama Nina.

Nina terlelap tidur pulas di atas ranjangnya, sementara Rida masih melamun di tempat tidurnya, belum merasakan kantuk.
Resah dan gelisah, mengingat perbincangan dia dengan Imas siang tadi. Perbincangan yang membahas Nenek Ranti.

Sosok Nenek yang beberapa kali Rida lihat penampakannya di dalam rumah, di dalam kamar, berhadapan, sedikit berbincang, tapi ternyata beliau sudah meninggal.
Menyadari akan hal ini, Rida mulai meragukan diri sendiri, apakah dia akan kuat bertahan dalam ketakutan tinggal di sini, di rumah ini.

Gak menutup kemungkinan, sosok Nenek Ranti akan muncul lagi.

Gelisah..
Tapi, mungkin karena lelah setelah seharian bekerja, menjelang jam sebelas malam Rida mulai mengantuk lalu akhirnya pulas tertidur.

***
Semilir angin bertiup terasa membelai tubuh, Rida yang sedang tidur merasakan hal itu. Terjagalah ia, walau malam masih gelap..
Rida yang tidur menghadap dinding, membelakangi tempat tidur Nina, sangat yakin kalau pintu dalam keadaan terbuka walau gak melihat secara langsung, hembusan angin menandakan seperti itu.

Sadar akan itu, tentu saja Rida langsung berniat untuk bangun lalu menutup pintu kamar.
Tapi ketika niatnya belum juga terlaksana, tiba-tiba ada sesuatu yang membuatnya berhenti bergerak, mengurungkan niat.
“Nina bobo, oh Nina Bobo, kalau tidak bobo digigit nyamuk. Tidurlah sayang, anakku manis, kalau tidak bobo digigit nyamuk..”

Lantunan lagu Nina Bobo mangalun terdengar,
walaupun Rida masih menghadap dinding, tapi dia sangat yakin kalau yang sedang menyanyi ada di dalam kamar.
Rida langsung lemas, ketakutan membuncah memenuhi isi kepala.

Dari suaranya, Rida sudah tahu siapa yang sedang menyanyi, tanpa harus melihatnya langsung.
“Nina bobo, oh Nina Bobo, kalau tidak bobo digigit nyamuk. Tidurlah sayang, anakku manis, kalau tidak bobo digigit nyamuk..”

Lantunan nada seram terus mengalun pelan, nyaris seperti berbisik.

Nenek Ranti sedang menyanyi di belakangnya, sedang menyanyi Nina Bobo untuk cucunya.
Sosok Nenek Ranti datang berkunjung lagi, masuk ke kamar..

Rida ketakutan, tubuhnya gemetaran.
Rida menangis pelan..

Sementara Nenek Ranti terus saja bernyanyi, sesekali diselingi tawa kecil..
Nina bobo, oh Nina Bobo..

Kalau tidak bobo digigit nyamuk.

Tidurlah sayang, anakku manis, kalau tidak bobo digigit nyamuk..

***
Begitulah, satu kisah seram yang terjadi, terkait dengan lagu Nina Bobo. Ditambah dengan sejarahnya, lagu ini memang punya getaran yang berbeda, seram.

Sekian cerita malam ini.

Sampai jumpa minggu depan.

Tetap sehat, supaya bisa terus gemeteran bareng.

Salam
~Brii~

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Brii

Brii Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @BriiStory

4 Feb
Banyak kisah tentang pengalaman seseorang yang tanpa sengaja berjalan melintas tirai beda alam. Tentu saja ada akibat dibelakangnya.

Seperti yang pernah dialami oleh salah satu teman, dia pernah menembus “batas” dimensi. Seram..

Simak hanya di sini, di Briistory.

***
Suara itu muncul lagi, lebih jelas dari sebelumnya.

Kali ini terdengar dengungan panjang dengan frekuensi agak tinggi, aku yang sedang mengendarai motor mendadak pusing dan mual, fokus jadi bergeser gak lagi memperhatikan jalan.
Gak tahan, lalu memperlambat laju motor kemudian berhenti.

Setelah sudah benar berhenti, aku langsung melepas helm lalu menarik nafas dalam-dalam, coba mengambil oksigen banyak-banyak. Perlahan, pusing dan rasa mual mulai reda, berangsur menghilang.
Read 118 tweets
21 Jan
Bali, gak perlu dijelaskan panjang lebar lagi kalau pulau ini merupakan salah satu tempat terindah di muka bumi, eksotis di berbagai sisi.

Tempat tujuan paling diidamkan oleh banyak wisatawan, dalam dan luar negeri. Terkenal juga dengan sebutan Pulau Dewata, tempatnya para Dewa.
Tapi gak bisa dipungkiri juga kalau Bali punya banyak cerita mistisnya. Salah satunya adalah peristiwa yang dialami oleh salah satu teman kita berikut ini.

Simak di sini, di Briistory..

***
Aku Irene, tinggal dan bekerja di Jakarta, pernah mengalami peristiwa menyeramkan yang gak masuk di akal.

Pengalamanku ini berawal ketika bersama dua teman dekat berlibur ke Bali, gak menggunakan pesawat, kami memilih untuk mengendarai mobil, road trip istilahnya.
Read 71 tweets
14 Jan
Perjalanan malam seringkali membuahkan kisah seram.

Seperti yang pernah dialami oleh salah satu teman kita Rizky, ketika dia menggunakan angkot untuk kembali ke tempat kost-nya di Jatinangor pada suatu tengah malam.

Simak kisahnya di sini, di Briistory.

***
Aku Rizky, Mahasiswa angkatan 2005 salah satu kampus di Jatinangor, Jawa Barat.

Yang akan aku ceritakan kali ini adalah peristiwa yang aku alami sendiri pada tahun 2006.

Begini ceritanya..
Seperti mahasiswa lain yang berasal dari luar daerah di mana letak kampus berada, aku yang berasal dari Sukabumi harus ngekost juga.

Tempat kostku gak teralu jauh dari kampus, masih bisa dijangkau dengan jalan kaki untuk pulang pergi kuliah.
Read 71 tweets
7 Jan
Malam ini, gw akan membahas sedikit tentang satu mahluk yang bisa dibilang salah satu urban legend di Indonesia, yaitu tuyul.

Ini sekadar berbagi cerita aja, silakan diambil hikmahnya kalo ada.

Yuk simak yuk, di sini, di Briistory..

*** Image
Kayaknya udah gak ada yang gak tau tuyul, hampir semua orang di Indonesia udah tahu. Jadi gw gak perlu lagi menjelaskan apa itu tuyul ya.

Intinya, tuyul adalah mahluk ghaib yang bentuknya anak kecil, gundul, kerjaannya mencuri uang, dan sering kali memiliki tuan.
Banyak mitos mengenai tuyul, gw gak tau pasti itu beneran mitos atau malah fakta. Satu yang pasti, pendapat kebanyakan orang akan bilang kalau tuyul ada tuannya, sang tuan inilah yang memelihara si tuyul, si tuan ini juga yang memerintahkan dan menyuruh tuyul untuk mencuri uang.
Read 62 tweets
24 Dec 20
Banyak ketakutan dalam pikiran ketika sedang di kamar mandi, sering kali memaksa diri untuk lekas selesai karena merasakan ada yang aneh, padahal mungkin hanya pikiran jelek saja.
Ah, tapi bisa juga terjadi beneran kan?

Simak cerita kali ini, tentang hantu di kamar mandi.

***
Kamar mandi, satu ruangan yang selalu ada di setiap bangunan, entah itu rumah, kantor, tempat ibadah, mall, dan lain sebagainya, kamar mandi pasti ada.
Ya memang tujuan dibuat untuk memenuhi salah satu hasrat manusia, yaitu membersihkan diri alias mandi, buang air, atau kegiatan lainnya.
Read 83 tweets
10 Dec 20
Lagi-lagi, perjalanan menuju satu tempat menghasilkan kisah membuka tabir gelap. Benturan dua dimensi gak terelakkan, menjadi suguhan kisah seram.

Prio, pemuda asal Jogja, akan menceritakan kisahnya ketika menyusuri jalan lintas selatan Jawa. Simak di sini, di Briistory..

***
Jam delapan malam aku sudah di atas motor kesayangan, menyusuri jalan lintas selatan pulau Jawa.

Aku bekerja di Purwokerto, malam jumat ini harus pulang ke Jogja karena ayah masuk rumah sakit.
Bukan kebiasaanku untuk pulang mendadak seperti ini, jadwal pulang biasanya dua minggu atau malah satu bulan sekali. Tapi ini harus aku jalani, walaupun salah satu kakak bilang kalau aku gak perlu pulang, keluarga besar sudah banyak yang menemani dan mengurus keperluan Ayah.
Read 78 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!