Ketika televisi sebagai ruang tempat kita mencari hiburan hanya menyediakan konten drama tentang si kaya versus miskin,
📸Jaume Cusidó
sinetron bernuansa agama dgn kedangkalan surga nerakanya hingga cerita setan dlm wujud pocongnya, kita mengambil jarak.
.
.
Ketika ruang politik dlm layar kaca mereka kuasai demi merampok cerdas kita & mereka hanya menampilkan tokoh-tokoh mereka ingin, kita pun dibuat muak.
Alamiah sebagai sifat dasar kita atas gelar makhluk bebas, menggugat. Kita mencari.
Di luar sana, BB dan FB memberi tawaran. Tak terasa, kita pun dibuat senang.
📸Freepik
Berawal dari sekedar eforia dapat mudah berkomunikasi dengan murah, musim reuni sebagai saingan musim rambutan di bulan Desember saat libur Natal dan Tahun Baru, marak terjadi. Paling tidak itu dapat kita lihat kembali pada awal-awal tahun 2008 hingga 2012 an.
📸Saltinouhair
Reuni, CLBK hingga pamer sukses kita setelah sekian lama tak berjumpa dengam teman SMP, SMA memberi warna baru pada hidup kita.
Media FB dan WA dibuat jadi grup. Ruang kita ngobrol dan bersosialisasi menjadi lebih mengasikkan.
📸RarindraPrakasa
Kadang, saking antusianya, kita lupa punya anak dan akhirnya anak pun sibuk dengan game yang disediakan alat ajaib itu, smartphone.
Kita berubah. Dunia kita bertransformasi dan kita larut di dalamnya.
📸forthelovewanderlust
Ketika media sosial digunakan dalam kampanye Obama dan Obama yang awalnya bukan siapa-siapa dalam panggung pllitik AS dan dia sebagai orang hitam pertama di AS duduk sebagai Presiden, sukses yang sama pada Jokowi yang bukan siapa-siapa.
📸Bostonglobe
Tanpa media sosial seperti itu, Obama atau Jokowi mungkin tak sempat hadir. Sangat mungkin cerita tentang minoritas politik keduanya tak pernah sampai pada kita karena cara memilah mereka. Kemarin, mereka selalu punya cara siapa diorbitkan, siapa tidak perlu.
📸telegraphuk
Media sosial adalah tentang siapa pun. Itu tentang Saya , anda, dan kita semua. Dia tak berjarak.
Anda tak sekolah, tapi bisa bikin cerita, dan cerita itu menarik, pasar tidak lagi bertanya anda lulusan ITB, UI atau UGM. Pasar tak bersyarat atas kehadiran anda.
📸danielab2007
Pasar juga tak bertanya dengan segala dalil atas pantas tidaknya seseorang duduk di sana.
Bahwa media mainstream dan kemudian Televisi tampak seperti ditinggalkan, itulah realitas kita hari ini.
📸indiatimes
Bahwa media mainstream harus tetap hidup dan segala cara harus dibuatnya, termasuk harus membuang independensinya, itu resiko logis karena bukan dia saja jadi korban. Ada ratusan jenis bisnis yang langsung terlihat kuno dan bubar.
Tak satu pun diantara kita tahu kenapa dan apalagi bersiap.
Ketika media mainstream tak lagi independen, ketika saya dan anda tiba-tiba bisa punya cara menggantikan posisi mereka, yo wis..,pasar tanpa paksaan akan menoleh pada apa yang mereka butuh.
Ketika mereka yang tadinya bukan siapa-siapa dan tiba-tiba langsung lebih berpengaruh dari media mainstream yang ada, para pemilik media itu marah, logiskah?
Buzzer?
Merusak tatanan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat?
Ga masalah mereka sebut kita apa. Tak penting apa pun julukan itu hingga harus menempel pada kita saat ini. Satu hal yang pasti, mereka yang gentleman tak mudah beralasan ketika kalah.
📸holzklotz1
Saya akan tetap menggaungkan narasi ke Indonesia an demi kebersamaan kita dalam satu nusa satu bangsa dan satu bahasa kita.
📸pngtree
Itu terpatri dan tak mungkin lepas dari DNA saya sebagai hal alami dimana tanah yang saya pijak adalah tanah Indonesia, air yang saya minum, dari bumi Indonesia dan udara yang saya hirup juga milik pertiwi.
Masih ngatain gw buzzer?
NORAK LOE...!!
.
.
.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Wis luwih saka sewulan saben dina minggu ing gerbang kedatangan Bandara Schipol, ana simbah kakung mapag penumpang pesawat Garuda sing mabur saka Jakarta.
Mripate prasasat tanpa kedep nyawang penumpang sing metu saka gerbang kedatangan, utamane penumpang wanita.
Ing ngarep lawang metune penumpang, ana cafe sing biasane dinggo andok wong kang lagi mapag penumpang.
Sawise krasa kesel simbah kakung mau banjur pesen kopi sadurunge dheweke mulih. Makasiswi ayu sing ngewangi kerja dadi pelayan cafe ora iso nahan rasa penasarane.
Seandainya yang berbicara adalah Dahlan Iskhan atau Ignatius Jonan, mungkin itu akan terdengar enak. Terdengar pas antara musik dan vokal dalam jalinan harmonis sebuah komposisi.
Ketika pada peringatan Hari Pers, Jokowi ingin pemerintah dikritik. Yang "nyamber" koq ya Sudjiwo Tejo, partai Demokrat, PKS hingga YLBHI.
Trus kritik mereka, baik nada maupun lyric-nya bisa-bisanya sama. Tertibkan buzzer.
Ini seperti jeruk makan jeruk.
Buzzer adalah fenomena. Belum ada kajian pasti ini benar atau salah. Ini seperti proses alamiah atas jawaban spontan kita terhadap perubahan jaman.
SATOE INDONESIA TANPA SEKAT
.
.
.
Menanti Indonesia Menjadi Mercusuar Dunia
.
.
Ibarat sebuah mesin, Indonesia adalah V6. Mesin besar dengan power besar dan torsi yang seharusnya juga besar. Itu mesin dengan spec dan DNA balap.
Negara ini memiliki garis pantai terpanjang nomer 2 di dunia. Nomer 6 terluas ZEE nya, dan nomer 13 terluas sebagai wilayahnya. Sangat besar, sangat potensial sebagai salah satu pemimpin dunia.
Jumlah penduduknya, Indonesia menempati urutan nomer 4 dunia.
"Bagaimana dengan prestasinya?"
Ibarat mesin pada mobil, V6 yang dimilikinya ternyata tak pernah bisa bekerja sebagai mana mestinya. Banyak hal tak bekerja dengan baik pada mesin itu.
Bangga akan kebesaran masa lalu kita tanpa memahami esensi kenapa nenek kita jaman itu mampu mencapai titik mengagumkan tersebut, adalah kesia-siaan.
📷SonyaYulianti
Majapahit dengan segala kebesarannya hingga kekuasaan dan pengaruhnya tercatat sebagai salah satu kerajaan terbesar di dunia, adalah tentang sejarah masa lalu kita.
Bangga?
Menjadi sangat besar dan kemudian disegani bukan cerita sehari dan besok jadi. Bukan hari ini warga biasa, besok jadi ketua partai. Bukan warisan, itu tentang perjuangan.