Paijo, punya lahan 200 ha dan ditanam singkong. Nilai aset tanah Paijo ditaksir oleh Bank sebesar 3 triliun rupiah. Karena kinerja bagus Paijo, Bank menawarkan jumlah kredit sebesar 1.5 triliun atau 50% dari nilai aset saat dia berniat mengajukan kredit modal kerja.
Paijo paham benar apa itu makna berhutang. Dia tak ambil semua meski butuh. Dia masuk pada kelompok orang konservatif. Tapi ada juga sih yang bilang "njelimet". Dia hanya ambil 500 miliar saja.
Atas penambahan modal yang dia ambil, kini karyawan Paijo berjumlah 1000 orang. Dia jual produk makanan yang berasal dari singkong, tepung tapioka, ethanol juga singkong mentah.
Demi usaha cepat besar, secara teori Paijo seharusnya mengambil minimal 1 triliun karena permintaan luar biasa atas produk yang dia hasilkan.
Paijo bukan tak mau berhutang, tapi dia sedang memutar otak bagaimana cara mendapat tambahan modal tanpa berhutang tapi juga atas investasi pihak lain.
Atas njelimetnya dia berhitung, akhirnya di membuka semacam unit simpan pinjam di mana dia juga berfungsi sebagai wadah investasi.
Idenya sederhana, dia ingin membangun bukan dari hutang tapi dari penyertaan modal pihak lain.
Modal awal yang dipikirkannya adalah dana pensiun 1000 orang karyawannya yang selama ini disetor ke bank kini dikelola sendiri.
Kemarin, sampah sisa hasil produksi berupa kulit, daun dan batang singkong di jual seadanya.
Dana atas hasil jual sampah itu tak pernah dihitung dan dimasukkan dalam bagian bisnisnya. Kini, itu diserahkan pada wadah simpan pinjam sebagai tambahan modal.
Selain itu, dana lebih atas rencana belanja produksinya pun tak lagi harus kembali ke kas tapi ikut masuk di sana.
Atas kolek-kolek dana yang selama ini tak pernah diurus secara langsung & memberi nilai tambah, kini modal awal berhasil dikumpulkannya.
Pertama-tama, Paijo mempekerjakan manager investasi. Di sini, syarat bahwa orang yg punya kredibilitas tak diragukan benar-benar dibutuhkan.
Tak boleh ada penawaran. Harus orang yang tepat.
Investasi saham pada perusahaan-perusahaan yang potensial pun dipilihnya.
Dan benar, setelah setahun, wadah itu kini sudah memiliki aset besar.
Ada investasi langsung dalam bentuk warung makan, toko kelontong, toko oleh-oleh hingga distributor pruduk hasil olahan dari pabrik milik Paijo.
Wadah itu dalam 2 tahun ternyata juga berhasil mengumpulkan dana dalam jumlah besar yang selalu siap diputar sekaligus aset yang juga selalu memberi untung.
Dan yang lebih penting lagi, banyak orang punya duit juga tertarik menginvestasikan dananya demi untung lebih besar.
Kenapa? Karena wadah itu punya kredibilitas sekaligus ada nama Paijo di belakang semua itu. Paijo dengan segala lebih kurangnya menjadi alasan mereka percaya.
Wadah itu, secara hukum tak terkait dengan kebun dan bisnis utama Paijo dan maka ketika kebun Paijo karena satu dan lain hal bangkrut, tak ada korelasi apa pun. Dia lepas dari kepemilikan yang dapat di gugat. Demikian sebaliknya.
Jadi, ketika Paijo suatu saat akan memperluas kebun dan usahanya, atau membangun pabrik demi ekspansi produk dari kebun singkongnya, perlukah Paijo kembali berhutang pada bank? Tahu dong siapa yang akan dengan senang hati membiayainya?
Itu tetap hutang, tapi bukan seperti hutang pada bank namun lebih karena wadah itulah yang berinvestasi pada bisnis Paijo dengan resiko ditanggung bersama sesuai kesepakatan ke duanya.
Demikianlah Sovereign Wealth Fund (SWF) yang baru-baru ini ramai dibicarakan.
Tak sama persis, tapi gambaran sederhananya, tak terlalu jauh berbeda.
Sama seperti Paijo yang pada akhirnya berusaha memanfaatkan dana yang memang ada sejak awal, ide pembentukan SWF sebenarnya juga berfokus pada pengelolaan surplus neraca berjalan yang dipisahkan dari neraca pemerintah, untuk kemudian dikelola sebagai dana investasi.
Norwegia, sebagai contoh pemilik SWF dengan aset terbesar di dunia, terbukti sukses dengan mengelola dana pensiun. Norway Government Pension Fund Global bahkan mampu memiliki dana kelolaan sebesar US$ 1,1 trillion pada akhir 2019.
Tak berbeda dengan Paijo dan Norwegia, dalam implementasinya hampir 80% SWF yang ada di dunia pun melakukan investasi saham dan obligasi. Bahkan beberapa raksasa SWF memiliki saham pada perusahaan global seperti Microsoft , Apple, Nestle , Alibaba , Royal Dutch hingga Shell.
Disamping itu mereka juga sering berinvestasi pada real estate , infrastruktur dan private equity.
Kini, negara kita pun dalam waktu dekat akan segera memiliki SWF dengan nama Indonesia Investment Authority (INA).
Ini dibentuk dan dibuat akibat diundangkannya UU Ciptaker, maka dasar hukumnya adalah UU Omnibus Law Ciptaker.
Keputusan ini telah dimuat dalam Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 2020 tentang Modal Awal Lembaga Pengelola Investasi dan Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2020 tentang Lembaga Pengelola Investasi (LPI).
Rencananya, dana awal investasi pemerintah di LPI adalah RP, 75 triliun.
Berbeda dengan Norrwegia, jenis SWF yang direncanakan untuk Indonesia adalah untuk mengelola investasi.
Sekali lagi, sama dengan Paijo yang tak lagi harus berurusan dengan bank demi usahanya yang makin besar, dengan adanya sovereign wealth fund ini, Indonesia pun tidak perlu lagi khawatir tentang biaya pembangunan negara.
Kita tidak melulu hanya akan memiliki sumber pembiayaan berbasis pinjaman, tetapi juga dalam bentuk saham dan investasi.
Jadi, jelas kan kaitan UU Ciptaker dan kemana kita akan melangkah dan maka UU itu sangat penting harus disahkan?
Pak Jokowi mang ga ada matinya. Gerakannya selalu dua atau tiga langkah mendahului siapa pun para pengkritiknya.Kita tidak melulu hanya akan memiliki sumber pembiayaan berbasis pinjaman, tetapi juga dalam bentuk saham dan investasi.
Jadi, jelas kan kaitan UU Ciptaker dan kemana kita akan melangkah dan maka UU itu sangat penting harus disahkan?
Pak Jokowi mang ga ada matinya. Gerakannya selalu dua atau tiga langkah mendahului siapa pun para pengkritiknya.
.
.
.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Bencana di satu sisi, anugerah pada sisi yang lain, itu realitas yang selalu muncul. Demikian pula dengan Jakarta sebagai ibu kota yang selalu banjir pada setiap musim hujan, bisa juga dilihat dari sisi pandang itu.
Banyak orang pintar berpendapat, teknologi seharusnya dapat berperan mengatasi hal tersebut. Apalagi bila dana ada. Tak ada alasan itu tak bisa.
Seharusnya, ya..!!
Namun bagaimana bila banjir justru dimaknai sebagai proyek?
Bukankah memang ada budget atas dana bencana alam? Dan jumlahnya tidak kecil?
Jangan berpikir ini untuk mereka yang menjadi korban. Ini tentang proyek yang mau ga mau harus hadir dan mereka yang dapat rejeki karena terlibat mengurus proyek tersebut.
Ketika musuh terlalu besar dan kuat, akal kita gunakan. Bukan konfrontasi secara langsung kita pilih. Lincah dan gesit gerakan tubuh kita yang lebih kecil kita gunakan.
📷Firnadi
Pukulan tangan kecil kita memang tak akan langsung membuat lawan jatuh. Dia terlalu kuat dan perkasa. Sangat mungkin, diperlukan lebih dari 20 atau bahkan 50 kali lawan harus terpukul dan itu pun harus pada tempat vital.
Dan itu pun dengan syarat jangan sampai kita sempat terpukul terlebih dahulu.
Itulah gambaran tentang Jokowi. Dia hadir di tengah sekelompok orang dengan kekuatan super dan dilindungi benteng pertahanan yang perkasa.
Aspek seksualitas secara biologis, ditentukan oleh bagaimana peran gender yang dibangun masyarakat. Ya.., masyarakat memang sangat menetukan bagaimana peran gender berjalan.
Adakah kesepakatan yang sudah baku, yang sudah tak lagi kita ungkit meski itu terlihat tidak adil?
Banyak..! Coba deh jujur. Lepas semua paradigma yang sudah tertanam dalam diri kita.
Lepas semua pemahaman agama, budaya, dan jadilah manusia sederhana yang bebas dari intervensi apapun. Dan..,munculkan satu pertanyaan saja. Contoh,
Punyakah kita kemewahan dapat memilih diliahirkan sebagai laki-laki?
Percaya atau tidak pertanyaan seperti ini adalah beban tersendiri bagi sebagian anak muda perantauan ketika mudik lebaran.
Apalagi gaya dan asesoris yang melekat sudah bercerita bahwa dia adalah bagian dari orang yang sukses.
Ukurannya sederhana saja, mobil contohmya, atau gaya berbusana & wangi parfum yang tercium. Padahal dia baru sampai dibawah pohon nangka, sepuluh meter jarak dari pintu rumah mak bapak.
Harumnya....
Kita dianggap sukses dgn materi itu, tapi blm komplit bila belum menikah.
Seringkali menikah bukan urusan saya pribadi, namun bagian dari nilai melekat sebuah tolok ukur.
Sadar gak sadar, kita telah dan sedang tinggal dalam sebuah masyarakat yang terlalu sibuk dengan intervensi atas kehidupan pribadi.
Berapa waktu yang anda butuhkan ketika berkendara dari Jogja ke Jakarta?
Saat belum ada tol, mungkin 9 hingga 11 jam bila lancar dan ga ngebut. Setelah jalan tol menghubungkan semua kota, 7 atau ada yang 8 jam.
📷LiveJournal
Tujuh jam dapat dicapai saat belum ada jalan tol, pasti anda lupa bahwa mobil anda punya pedal rem. Hajar dan terus hajar sambil ngebayangin seolah dirinya adalah Michael Schumaker.
Namun, selalu ada masa dimana anda dipaksa untuk meletakkan kaki anda pada pedal rem demi bersiap. Jalanan turun yang ekstrim dan berliku. Tak ada cara selain itu kecuali mati atau celaka adalah tujuan.
Ini adalah pertunjukan laser terhebat sekaligus paling spektakuler pernah digelar. Kemampuan menciptakan teknologi sekaligus perhitungan luar biasa rumit mampu mereka hadirkan demi hiburan pada perayaan budaya dan tahun baru mereka.
Ini bukan sekedar hiburan mahal dan mereka senang, ini adalah cara bangsa itu bercerita tentang dirinya.
Adakah diskripsi lebih lengkap selain luar biasa?
Dan lantas kita bertanya, kenapa China?
Entahlah..!! Yang jelas, mereka bekerja jauh lebih giat. Mereka bertarung tak kenal waktu demi masa depan bangsanya. Mereka lebih senang sibuk dengan bekerja dan berkarya.